Pagi ini, Kala sengaja menukar jadwal prakteknya dengan Roy. Kala ingin menemui sepupu kesayangannya. Kala yang masih meringkuk di tempat tidurnya, enggan untuk beranjak dan memulai aktivitas paginya. Tubuhnya terasa letih yang teramat sangat. Apalagi ditambah setelah mimpi super aneh tadi malam.
Dalam mimpinya, Kala merasa berada di suatu tempat yang asing. Sebuah dataran yang belum pernah dipijakinya. Kala berjalan menyusuri jalan setapak, terus berjalan masuk ke dalam hutan yang cukup rimbun sambil sesekali menyentuh pucuk-pucuk tumbuhan yang dilewatinya. Hingga pada satu titik didepannya terdapat persimpangan jalan. Kala menghentikan langkah.
Kala melihat seseorang sedari tadi mengulurkan tangan kearahnya. Tapi perlahan tangan itu berhenti terulur dan sosok di depannya itu berjalan mundur dan menjauh pergi.
Sementara dari arah belakangnya, terdengar suara langkah kaki mendekat ke arah Kala. Jelas sekali. Derap kaki itu seperti meminta untuk ditunggu.
Hati kala kacau tiada terkira. Satu tangan yang baru saja menghilang adalah tangan yang biasa digenggamnya pada hari-hari kemarin. Yang senantiasa menemaninya ke mana pun Kala berpetualang. Saat ini, tangan itu mungkin memilih menemui jalan barunya. Pergi dari genggaman tangannya. Melepas perlahan agar tidak terlalu membekas. Karena Kala tahu rasanya ditinggal pergi tanpa kejelasan. Raib dalam satu momen. Dadanya nyaris meledak ingin menangis ketika bahkan dalam mimpinya pun, Kala tetap harus merasakan kepergian itu lagi.
Dan mengapa di persimpangan jalan ini, ada suara langkah kaki yang mendekat. Kaki Kala berubah kaku dan tak bisa digerakkan. Tidak tahu harus mengejar tangan yang pergi atau memutar kaki menunggu yang sedang tertuju ke arahnya.
Apa ini isyarat Tuhan agar kala mengikhlaskan segala sesuatu yang terjadi padanya. Berdamai dengan masa lalu dan bersiap membuka diri untuk apapun yang dihidangkan Tuhan kepadanya. Ketika Tuhan meminta Kala berbagi detik hidupnya dengan detik hidup seseorang yang berlari kepadanya. Serta mengakhiri detik hidup yang sebelumnya diberikan untuk sosok yang Kala jaga di hati.
Setelah bergelut dengan perasaan gamang, akhirnya Kala memaksa kesadarannya untuk kembali berjibaku dengan kenyataan. Kala mengambil handphone yang ada di meja kecil sebelah tempat tidurnya. Mencari sebuah nama dan menekan tombol 'memanggil'. Dengan sabar ditunggunya, suara di seberang menyahut.
"Haloooo dengan Ramona Prameswari yang cantik, keren dan baiknya luar biasa. Selalu bersedia diganggu dengan curhatan anda. Ada yang bisa Mona bantu?" Mona, yang juga merupakan sepupu Kala, selalu menyapa sepupunya itu dengan kalimat panjang dan luar biasa nyentrik. Sudah lebih dari berjuta-juta kali Kala mendengar kalimat ajaib itu, tapi anehnya setiap kali mendengarnya Kala merasa telah datang ke orang yang tepat. Seseorang yang akan menjadi tong sampah raksasa masalah hidup Kala yang pelik.
"Dek... hari ini lo berpijak dimana?" tanya Kala.
Dek adalah panggilan khusus dari Kala untuk Mona. Jika kala sudah memanggilnya dengan sebutan itu, tandanya Kala sedang dalam masalah super genting dan butuh bantuan dari Mona. "Wah kayaknya curhatan tingkat Dewa nih. Kenapa lagi lo, Mas bro?"
"Lo dimana? Gue samper ke tempat lo yak?" Kala enggan menceritakan langsung masalahnya di telpon. Dia ingin bertatap muka dan meluapkan keluh kesahnya pada Mona.
Mona sadar kakak sepupunya ingin sekali menemuinya dan membahas langsung apa yang mengganggu pikirannya saat ini. "Gue lagi ada event kuliner di daerah belakang klinik lo nih. Datang aja sini. Gue di tenda kru ya. Kalau susah tanya aja sama sekuriti mana yang namanya Mba Mona, gue PIC disini."
"Ya udah, gue nanti kesana ya. Gue mau mandi dulu. Jangan kemana-mana lo. Awas kalau gue datang lo ngilang."
"Siap Kumendan! Delapan-enam!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA SEA (TAMAT)
RomanceKala adalah seorang dokter yang nyaris tidak bisa beranjak dari luka kisah percintaan masa lalunya. Sementara Sea adalah seorang dosen yang belum ingin membuka hati untuk mencintai karena takut terluka oleh orang yang salah. Keduanya ditautkan pada...