PART 15 - Sang Objek yang Insecure

71 4 0
                                    

Alarm yang bertuliskan bangun pagi muncul di layar ponsel Sea. Terdengar deringnya bersenandung, perlahan makin keras dan mengusik pulas tidurnya. Telinga Sea menangkap bising suara yang makin lama makin memekakkan. Sea bergeming. Pelan tapi pasti, Sea berusaha melepaskan diri dari jerat selimut yang membelitnya. Sea ingat pesan dari Ayahnya tentang pertarungan pertama manusia setiap awal harinya adalah bagaimana manusia sanggup mengalahkan rasa kantuk yang luar biasa di pagi hari agar segera bisa terbangun dan melakukan banyak kebaikan.

Dari kecil, mindset Sea tertanam bahwa dirinya tidak ingin kalah dari setiap pertarungan pertamanya. Sea menyingkirkan selimutnya. Sea perlahan duduk dan meneguk segelas air putih. Kulitnya terasa kering seperti kurang terhidrasi, mungkin akibat pengaruh Air Conditioner di kamarnya yang membuatnya sedikit malas minum karena terlalu nyaman akan kesejukan yang terasa.

Sea beranjak menuju kamar mandi, mengambil wudhu dan memulai shalat subuhnya. Mukena berwarna putih menjuntai ke seluruh tubuhnya. Raka'at demi raka'at dijalankan dengan khusyuk. Hingga akhirnya Sea mengucapkan salam seusai shalatnya. Sea mengangkat tangannya membendung semua doa yang sudah dipendamnya sejak semalam, dan membiarkannya menguap menuju ke langit berharap doa-doanya itu didengar dan dikabulkan oleh-Nya.

Sebenarnya Hari Minggu adalah hari santai bagi Sea. Biasanya dirinya akan lebih memilih memanjakan diri seharian dengan maraton menonton drama series apapun yang sudah diincarnya. Tapi hari ini, Sea ada janji dengan Mona. Jam 9 pagi ini, Sea harus sudah bersiap diri. Sea segera mengambil handuknya dan mandi. Setelah mandi, Sea malah tertegun lama di depan lemari bajunya. Ia mendadak merasa awkward dengan selera berpakaiannya. Apalagi karena kesibukannya, Sea sudah lama tidak menjejakkan kakinya ke pusat perbelanjaan. Sudah jarang sekali memperbaharui model-model baju mainnya.

"Kelamaan ngajar, perasaan dandanan gue jadi resmi-resmi banget. Kebanting gak ya sama Mona. Itu anak gayanya kan nyantai banget. Disangka tante-tante lagi jalan sama keponakan kalau gue pakai baju resmi-resmi." Sea mengedarkan pandangannya ke seluruh tumpukan baju-baju di depannya itu. Berupaya mencari setelan yang paling santai yang pernah Sea miliki.

Yang pertama Sea ambil adalah celana panjang blue jeans yang sudah sangat lama sekali tidak pernah Sea kenakan. Lalu ditariknya sebuah kaos berlengan panjang berwarna hitam dari tumpukan kaos-kaos Sea. Tak lama, mata Sea tertarik memadu-padankan sebuah jaket tangan panjang jenis longline denim. Diambilnya jaket tersebut. Terakhir, Sea mengambil kerudung berbahan paris berwarna hitam polos. Sea lalu menutup lemari bajunya.

Sea tidak langsung memakai pakaian yang telah dipilihnya barusan. Sea justru menggunakan pakaian rumah lain lebih dulu karena Sea ingin memasak nasi goreng untuk sarapan pagi ini. Diambilnya, nasi putih dari rice cooker lalu menuju kulkasnya untuk mengambil 2 buah telur yang akan diceploknya nanti serta bahan-bahan lainnya yang dibutuhkan untuk membuat bumbu nasi goreng. Kemudian, Sea beralih ke dapur bersama yang disediakan Ibu Kos untuk semua penghuni kosan. Sea mulai memasak nasi goreng dengan bumbu buatan andalannya tak lupa ditambahkannya kecap manis agar lebih mantap. Sea menata nasi goreng yang telah matang, telur ceplok, dan irisan ketimun di atas dua piring yang telah Sea sediakan untuk dirinya dan Mona. Sea sengaja membuatkan sarapan untuk Mona sebagai ucapan terima kasih karena telah bersedia meluangkan waktu spesial untuknya menemaninya mencari sepatu.

Sea mengetuk pintu kamar Mona.

"Siapa?" tanya Mona.

"Sea," jawab Sea pelan. Aroma nasi goreng yang Sea bawa menggugah hidung orang yang ada dibalik pintu itu.

Mona mengendus-endus nikmatnya bau masakan yang "Lo bawa apaan? Enak banget wanginya." teriaknya masih dari balik pintu. Kemudian, Mona yang masih memeluk selimutnya muncul dari balik pintu kamar.

KALA SEA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang