Sea tiba di rumah Pak Dekan. Sea turun dari motor tukang ojek online yang ditumpanginya. Memberikan helm yang digunakannya lalu mengambil lembaran uang untuk membayar tukang ojek tersebut. Tukang ojeknya kemudian pergi dari sana.
Keadaan rumah itu sudah sangat ramai. Banyak sekali yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhumah istri dari Pak Dekan. Termasuk beberapa dosen yang dikenalnya. Sea mulai mencari batang hidung Nura. Nampaknya Nura belum sampai.
Nura menelpon Sea. "Panjang umur dia," gumam Sea melihat layar handphone-nya.
Sea langsung mengangkat telpon masuk dari Nura. "Halo, Ra."
"Lo udah sampe belum? Gue lagi nyari parkir nih di taman paling ujung, agak sedikit jauh dari rumah Pak Dekan. Soalnya parkirannya penuh, cuy," jelas Nura sambil fokus ke kemudinya.
"Gue baru sampai. Masih di teras rumah. Belum masuk."
Nura menginjak rem mobilnya ketika posisi mobilnya sudah baik terparkir. "Ya udah, tungguin gue ya. Kita masuk bareng kedalam."
"Oke," jawab Sea yang lalu keluar lagi dari teras rumah dan memilih menunggu.
Nura di pinggir jalan depan rumah Pak Dekan. Terlihat dari kejauhan, Nura berjalan dengan terburu-buru. Sesekali Nura berdadah-dadah ke arah Sea, memberi sinyal bahwa itu dirinya. Begitu tiba persis di hadapan Sea, Nura tampak merapihkan pakaiannya. Membetulkan posisi kacamatanya. Meluruskan ujung kerudungnya. "Do I look good?"
Sea manggut-manggut sambil memberikan sebiji jempol kepada Nura. "Perfect!"
Mereka langsung masuk dan menemui Pak Dekan. Tak lupa mereka memberikan ucapan turut berduka cita kepada beliau. Terlihat beliau sangat terpukul dan bersedih atas kepergian belahan jiwanya. Satu kalimat lirih yang selalu terdengar dari ucapan beliau setiap kali bertemu dengan para pelayat, "Maafin Ibu ya kalau Ibu ada salah. Tolong doain Ibu biar lancar di sana." Setelah itu air mata beliau kembali mengalir. Tangan beliau langsung menyapu pipi yang basah karena derai air mata. Istri Pak Dekan selalu hadir disetiap acara penting mendampingi suaminya.
Sea dan Nura turut merasakan kehilangan sosok Ibu yang baik hati.
Seusai bertemu dengan Pak Dekan, Sea dan nura sempat sedikit bercengkrama dengan beberapa dosen di teras depan rumah Pak Dekan.
Beberapa dosen sudah mulai berpamitan pulang, sebagian memilih menemani Pak Dekan hingga proses pemakaman selesai dilakukan. Sea dan Nura memilih untuk lebih dulu pamit dari sana. Mereka segera keluar dan berjalan menuju mobil Nura yang terparkir di ujung taman sana.
Ketika sudah sampai di depan mobilnya, Nura memencet kunci mobil. Otomatis kunci di pintu mobilnya terbuka.
Mereka langsung masuk kedalam mobil.
Nura duduk d ibalik kemudinya. Nura memeriksa kaca spion depan dan sebelah kanannya. Mulai menyalakan mobilnya. Tak lama mesin Mobil Sedan itu menyala.
Sea mengambil tempat duduk di sebelah Nura dan segera menggunakan sabuk pengamannya.
"Cari makan siang dulu, yuk. Gue laper, Se." Nura mengajaknya makan karena perutnya sudah berbunyi.
Sea mengangguk setuju. "Boleh."
Nura mengarahkan mobilnya menuju tempat makan enak di sekitaran Tebet. "Lo tau Ayam Tulang Lunak, kan? Deket sini ada resto yang jual itu. Enak banget. Daging dan tulang ayamnya empuk banget. Bumbunya meresap. Gurihnya dapet banget. Pokoknya juara deh rasanya. Paling enak emang yang di sini ini."
Sea mendelik kesal. Perutnya juga sudah lapar. Tapi deskripsi Nura tentang detail makanan itu membuat perutnya makin meronta-ronta menagih kelezatan yang dijelaskan. "Buruan udah. Cus. Jangan kebanyakan info kayak pewarta kuliner. Keburu iler gue yang seember ini tumpah ruah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA SEA (TAMAT)
Roman d'amourKala adalah seorang dokter yang nyaris tidak bisa beranjak dari luka kisah percintaan masa lalunya. Sementara Sea adalah seorang dosen yang belum ingin membuka hati untuk mencintai karena takut terluka oleh orang yang salah. Keduanya ditautkan pada...