Sebuah pemandangan super indah terhidang di depan mata Kala. Rumah-rumah kayu tua berbau-bau Abad ke-19 berjejer di sepanjang jalan. Di sekitar itu pun terlihat tembok-tembok batu berdiri gagah dan jalan setapak bebatuan nan estetik melengkapi luar biasanya bangunan tua tersebut. Sementara di sisi sebelah kiri tempat Kala berdiri, terhampar lereng bukit berbalut nuansa hijau dedaunan yang bergerak pelan mengikuti arah tiupan angin.
Kala berjalan ke salah satu deretan rumah kayu tua yang barada di hadapannya itu. Rumah yang terdapat lukisan kecil tergantung di depan pintu rumahnya. Kala mengetuk pintu itu beberapa kali. Terdengar suara kunci pintu terputar dari dalam. Kala tertegun saat melihat seseorang berdiri di hadapannya sambil tersenyum setelah membuka pintu. Tak lama terdengar suara lembut menyapanya, "Velkommen kjære Kala."
Kala mengusap-usap matanya beberapa kali. Bingung dengan suguhan yang terjadi didepannya itu. Kala mencubit-cubit pipinya tapi tak terasa sakit. Ada yang aneh. Semua yang terjadi itu ternyata hanyalah mimpi belaka. Kala lalu terbangun dari bunga tidurnya. "Gue mimpi aneh lagi," serunya sambil mengusap cucuran keringat di keningnya.
Kala mencoba mengingat kembali mimpinya barusan. Kala masih tidak paham dengan segala rentetan mimpi yang datang bertubi-tubi kepada dirinya. Bahkan tadi, Kala disuguhkan visualisasi mimpi bahwa ada seseorang yang entah siapa memanggilnya dengan sebutan sayang dengan sangat lembutnya. Kala tidak bisa mengingat jelas wajah orang di dalam mimpinya itu. 'Velkommen kjære Kala' satu kalimat sapaan dalam bahasa Norwegia yang berarti selamat datang Kala sayang.
Kala pernah mempelajari bahasa itu ketika masih bersama dengan Anabel. Kebetulan Ibu dari Anabel adalah orang Norwegia asli. Kala akhirnya mencoba untuk berkenalan dengan bahasa itu agar sedikit banyaknya Kala bisa berkomunikasi dengan Ibu Anabel. Tapi hanya beberapa kalimat percakapan umum yang sempat Kala pelajari. Semenjak Kala fokus pada Program KOAS-nya, waktu bersama Anabel semakin jarang bahkan hampir tidak ada. Banyaknya estafet stase yang harus Kala lewati selama KOAS, otomatis membuat Kala tak sempat lagi memperdalam bahasa Norwegianya.
Kala yang juga harus berpindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya mengejar tahapan stase KOAS bahkan hingga lintas Pulau dan Provinsi, menjadikan komunikasi antara dirinya dan Anabel semakin mandek. Diperparah dengan Anabel yang tidak bisa memahami kondisi dirinya yang super sibuk dan dirongrong seabrek tugas selama KOAS. Hingga Anabel mulai berunjuk rasa memintanya untuk memilih antara hubungan mereka atau kesibukan kuliah Kala. Tapi yang tidak bisa Kala toleransi saat itu adalah ketika Anabel justru mendorongnya untuk melepaskan kuliahnya dan memintanya memilih hubungannya dengan Anabel. Kala sedih bukan main. Di saat dirinya butuh dukungan, Anabel justru meninggalkannya dan membuat lubang luka yang besar di hati Kala.
Kala sebenarnya berniat untuk sungguh-sungguh menutup lembaran masa lalunya. Foto-foto dan barang kenangan yang mengingatkan Kala dengan Anabel sudah dikumpulkan dan dimasukkan kedalam sebuah boks. Diletakkan di bawah tempat tidur agar Kala tidak perlu bertatap mata pada semua yang berkaitan dengan masa lalunya itu. Tapi dari mimpinya barusan Kala kembali merasa dilema. Kenapa di saat aku mulai maju, sesuatu yang berbau kamu hadir lagi, Bel.
"Tapi gak boleh, Kal. Lo udah janji sama diri lo sendiri untuk move on. Lupain Anabel. Mulai buka hati lo untuk orang lain," ujarnya tegas. Kala mencoba menasehati dirinya sendiri agar tidak lagi terjebak dalam hari-hari kelam yang menyesakkan hatinya. "Lo pasti bisa, Kal," sahutnya menyemangati dirinya lagi.
Kala melirik ke arah jam dinding di kamarnya. Jam dinding itu menunjukkan pukul 1 pagi dini hari. Kala menghirup nafas dalam-dalam. Kala tahu akan sulit baginya memejamkan mata kembali. Kala lalu beranjak dari tempat tidurnya menuju ke wastafel. Kala memutar keran dan terdengar air mulai berebutan untuk keluar dari lubang keran. Kala menampung air di atas kedua telapak tangannya, lalu membasuh wajahnya beberapa kali. Angin segar merasuk masuk ke pori-pori wajah Kala.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA SEA (TAMAT)
RomanceKala adalah seorang dokter yang nyaris tidak bisa beranjak dari luka kisah percintaan masa lalunya. Sementara Sea adalah seorang dosen yang belum ingin membuka hati untuk mencintai karena takut terluka oleh orang yang salah. Keduanya ditautkan pada...