Mona sedang melakukan review tugas-tugas timnya di event yang akan ditanganinya senin depan. Sudah sejak subuh tadi, Mona bertengger di meja belajarnya. Membaca dengan seksama permintaan klien yang telah mempekerjakan timnya. Tiba-tiba, handphone-nya berdering kencang. Panggilan telpon masuk dari nomor yang tak dikenal. Nomor dengan kombinasi digit yang tak biasa. Mona menerka bahwa ini adalah panggilan masuk yang berasal dari Sea di Cina sana. Mona mengangkatnya. "Halo..."
"Monaaaa... ini gue, Sea. Gue mau ngabarin ya. Gue udah sampai Shanghai."
Betul dugaan Mona. Ternyata memang benar itu dari Sea. Mona pun ikut senang mendengar suara Sea. "Widih... mantap. Landing jam berapa, Mbak?"
"Sebelum subuhlah. Lupa gue jam berapanya? Hahaha..."
"Gimana Cina?" tanya Mona memastikan.
"Mantap. Hahaha..." Suara Sea terdengar benar-benar bahagia.
"Pasti lo langsung mau jalan-jalan ya," tebak Mona.
"Iya, makanya barusan gue beli nomor dulu biar bisa hubungin lo sama keluarga gue di Jogja."
"Lo nginep di daerah mana?"
"Gue di Nanjing Road, Mon. Deket sama pusat perbelanjaan dan tempat makan. Jadi kalau mau wisata kuliner banyak pilihan makanannya."
"Wah asyik dong. Ya udah, have fun ya, Mbak."
"Gue jalan dulu ya. Lo hati-hati di kosan. Titip-titip kalau ada apa-apa."
"Sip. Ingat pesan gue kemarin, Mbak."
"Iya, Mon. Beres."
"Bye, Mbak."
***
Ternyata selain Sea yang mengabari Mona. Kakak sepupunya, Kala juga menghubunginya dan mengabari bahwa dirinya sudah ada di Bandara Soekarno-Hatta.
"Mon, gue udah di Bandara. Bentar lagi take off. Titip Klinik ya. Kalau ada apa-apa kabarin gue atau diskusiin langsung si Roy."
"Lah Kok lo gak bilang-bilang ke bandaranya. Kalau tau gitu kan gue bisa anter lo ke sana," sahut Mona yang kaget karena tahu-tahu Kala sudah ada di bandara tanpa pemberitahuan.
"Gak usah. Kan katanya lo lagi ada event."
"Tapi kan baru senin mulainya, Mas," rengek Mona yang merasa tak enak hati.
"Ya udah, gak apa-apa. Gue berangkat ya. Nanti kalau udah di sana dan udah ketemu Bapak gue kabarin lo."
"Oke deh. Safe flight ya, Mas."
"Sip."
Selalu. Setiap kali Sea menghubungi Mona. Kala pasti tak lama kemudian akan menghubunginya juga. Mona suka geli sendiri melihat takdir mereka yang aneh begini. Keduanya selalu bisa saling terkoneksi saat mengkhawatirkan dirinya. Tak bisa dipungkiri, Mona terkadang pernah merasa menyesal dengan ulahnya yang terkesan menghalang-halangi Kala untuk kenal dengan Sea. Tapi Mona memikirkan dampak panjang jika Kala dibiarkan dengan mudahnya bisa mengenal Sea. Karena Sea benar-benar menjaga kedatangan laki-laki dihidupnya untuk menjadi satu-satunya. Mona hanya menjaga keduanya dari hal-hal buruk yang nantinya terjadi.
***
Sementara itu, Sea, Nura, dan Noni mulai bergerak ke pusat perbelanjaan. Mereka mulai menjelajahi daerah Nanjing yang cukup terkenal di Shanghai. Surganya para turis. Tidak meninggalkan kesempatan berharga ini. Ketiganya mulai melihat-lihat dan mencari barang-barang yang mereka incar. Sea melihat Nura sudah mendekap jaket tebal yang memang sudah diliriknya dari tadi. Sea sendiri sedang memegang 2 celana panjang yang ia temukan dan pas dengan ukuran tubuh mungilnya. Sementara, Noni masih belum mendapatkan yang dia mau. Hanya menclak-menclok dari satu toko ke toko lainnya.
Setelah puas menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan, mereka lalu keluar dari daerah Nanjing menuju Taman Yuyuan. Sebuah taman yang katanya wajib disambangi setiap turis yang datang ke Shanghai. Alasannya karena taman ini menampilkan suasana indah versi Shanghai tempo dulu. Menurut cerita yang berkembang di sana, Taman Yuyuan ini dibangun oleh seorang anak yang ingin memberikan tempat peristirahatan ternyaman untuk masa tua ayahnya.
Selama berada di Taman Yuyuan, Sea yang notabene sangat dekat ayahnya, bisa merasakan atmosfir kenyamanan yang hendak disuguhkan oleh seorang anak kepada orang tuanya. Taman ini memang begitu nyaman bagi para orang tua lanjut usia. Sea pun jika memiliki harta berlebih mungkin juga akan membangun taman semegah ini untuk orang tuanya.
Sea jadi teringat saat dirinya beberapa hari yang lalu berpamitan kepada ayahnya untuk liburan ke Cina. Ayahnya yang tinggal di Yogjakarta, hanya bisa ia hubungi melalui sambungan telpon. Ayah Sea berpesan untuk menjaga kesehatannya dan menjaga shalatnya selama berada di sana. Tak lupa, Ayahnya mendoakan agar selalu dilindungi selama perjalanan Sea di sana. Sea jadi rindu.
Sea menongak ke atas langit. Nampaknya senja sudah mulai memunculkan semburatnya. Sea mengingatkan kedua temannya untuk bergegas kembali ke hotel. "Balik yuk. Udah sore nih. Capek banget nih."
***
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA SEA (TAMAT)
RomansaKala adalah seorang dokter yang nyaris tidak bisa beranjak dari luka kisah percintaan masa lalunya. Sementara Sea adalah seorang dosen yang belum ingin membuka hati untuk mencintai karena takut terluka oleh orang yang salah. Keduanya ditautkan pada...