Kala menutup telponnya dengan sedikit rasa emosional. Bukan marah tapi lebih kepada harga dirinya sebagai lelaki tersentil. Bunyi detak jantungnya masih terdengar jelas, menandakan dadanya masih belum rela meletakkan egonya. Kala terdiam memejamkan mata sambil mencoba mengatur ritme nafasnya yang amburadul tak keruan. Niatan Kala untuk mengajak Mona menemaninya membeli stok obat untuk kliniknya malah jadi ajang berdebat. Tapi sepertinya perdebatan ini benar-benar membuat dirinya menyadari sesuatu, membuatnya begitu bersikeras mempertahankan egonya demi seseorang yang bahkan belum dikenalnya secara langsung. Hanya dari selembar foto dan sebuah perjumpaan kilat di gelapnya malam.
Kala melirik ke arah jam dinding di kamarnya. Jarum jam menunjukkan sudah pukul 07.15. Masih ada waktu sekitar 45 menit sebelum Klinik dibuka. Kala mengambil cangkir teh yang sudah terlanjur tidak hangat lagi. Berjalan kearah Balkon khusus yang berada di belakang kamarnya. Keberadaan Balkon yang pemandangannya bukan kearah pintu masuk Klinik melainkan taman belakang Klinik yang tidak terlihat oleh para pasien yang sedang berobat, membuat Kala lebih nyaman untuk menikmati pagi harinya sebelum menjalankan rutinitasnya sebagai dokter.
Kala menyeruput teh dan berharap perasaannya menjadi lebih baik. Cangkir tehnya kembali diletakkan di atas tatakannya. Dicomotnya sebuah roti sandwich, yang Kala beli kemarin di minimarket. Lalu Kala gigit dan kunyah roti itu dengan tatapan kosong lurus ke depan. Kala seperti tenggelam dalam pikirannya. Mendadak banyak yang Kala pikirkan tentang perempuan berkerudung itu. Keningnya mengkerut. Tapi sedetik kemudian, Kala tersenyum sendiri kalau mengingat betapa gigihnya Mona menghalangi dirinya untuk kenal dengan teman Mona yang... "Siapa ya namanya?" senyum kala memudar dan berganti dengan tawa renyah. Benar-benar sebuah pagi yang akan Kala ingat terus sepanjang hidupnya. Untuk pertama kalinya, Kala meletakkan segala pertimbangan detail dan terperinci, jauh di belakang kamus hidupnya. Persyaratan ruwet tentang seseorang yang akan dekat dengannya seperti yang dia lakukan sebelumnya. Kala mengernyitkan keningnya sekali lagi berusaha mengingat kembali gambaran foto perempuan berkerudung itu. Sebuah warna biru laut mendominasi sebagian besar dari pakaiannya. Si Gadis Biru Laut... Selagi namanya belum menggema ditelingaku, ku sapa dirinya dengan sebutan itu.
***
Kala turun dan bergegas masuk ke dalam ruangan prakteknya. Persis di depan pintu ruangannya, Kala di sapa oleh Resepsionis Kliniknya yang baru keluar dari pantry bawah. "Selamat Pagi, Dok."
"Pagi. Sudah ada pasien yang datang?" jawab Kala sambil memastikan tentang kedatangan pasien.
"Kebetulan belum, Dok." Resepsionis bernama Rahma itu menjawab. Rahma merupakan lulusan SMA yang beruntung bisa mendapat pekerjaan di Klinik Kala. Rahma dulu tidak sengaja menabrak Kala di Cafe seusai dirinya melamar pekerjaan sebagai kasir. Rahma terlihat sedih karena lamaran kerjanya baru saja di tolak. Mungkin ini sudah penolakan yang kesekian kalinya sehingga Rahma nyaris menangis, air matanya sudah penuh menggenangi kelopak mata dan hampir tumpah. Rahma memunguti surat-surat lamaran pekerjaannya yang berceceran di lantai. Kala membantu memungutinya. Kala yang memang sedang membutuhkan resepsionis di Kliniknya akhirnya menawari Rahma. Betapa girang dan tak percayanya dia. Rahma menerimanya dengan senang hati.
Rahma anak yang rajin dan cukup profesional dalam bekerja. Bahkan sesekali Rahma tidak berkeberatan melanjutkan dua shift menggantikan resepsionis lainnya yang bertugas pada malam harinya. Jadi, cukup alasan bagi Kala untuk tetap mempekerjakannya hingga sekarang.
"Dokter yang lain udah pada datang?" tanya Kala lagi kepada Rahma.
"Dokter Teddy sudah ada di ruangan. Dokter Aura katanya mau mengantarkan anaknya dulu ke tempat penitipan anak," jawab Rahma.
"Oh iya, Rahma. Sebelum kamu kembali lagi ke mejamu, saya minta tolong panggilkan Mas Budi. Ada beberapa data yang saya butuhkan untuk rapat bulanan besok." Kala meminta tolong Rahma untuk memanggilkan Admin Klinik yang ada di ruang kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA SEA (TAMAT)
RomanceKala adalah seorang dokter yang nyaris tidak bisa beranjak dari luka kisah percintaan masa lalunya. Sementara Sea adalah seorang dosen yang belum ingin membuka hati untuk mencintai karena takut terluka oleh orang yang salah. Keduanya ditautkan pada...