Sudah satu jam berlalu. Sea pun sudah mematikan handphone miliknya dari tadi. Sea membenamkan diri dalam selimut, mencoba memejamkan matanya. Tapi berkali-kali dicoba, matanya tetap tak bisa terpejam. Rasa ngantuk sama sekali tak membelai matanya. Malah mendadak ingatannya terlempar kembali pada satu punggung yang tengah khidmat berdoa di dalam mushola. Sosok itu duduk di atas sajadah, sesekali tertunduk sambil mendekap tangan dan menutup wajahnya. Sea melihat punggung itu sekilas ketika dirinya sedang meminjam sendal jepit. Entah kenapa setelah melihat sosok itu, hati Sea terasa sejuk. Padahal hanya memandang sekilas dan tak sempat melihat siapa di balik sosok itu. Sea senyum-senyum sendiri. Gila nih gue kayaknya, Sea berseru dalam hatinya, masa kesemsem sama punggung orang.
Sea menutup wajahnya dengan bantal agar bisa melupakan ingatan itu. Tapi rupanya, semakin rapat bantal itu ke wajah Sea, bayangan tentang sosok itu makin mengusik jiwanya. Tak tahan dan tidak bisa meredakan perasaan aneh itu, Sea akhirnya memutuskan untuk menumpahkan rasa itu di atas lembaran kertas kosong yang menumpuk di atas meja kamarnya. Sea tidak hobi menulis indah, tapi kali ini ada sesuatu yang menggelitik kesunyian hatinya. Ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, yang menggerakkan tangannya untuk menuangkan kejadian malam ini dalam tulisan. Mungkin agar Sea bisa mengenang momen berharga itu suatu hari nanti. Walaupun Sea sadar kecil kemungkinan baginya untuk tahu siapa sosok pemilik punggung itu.
Keheningan malam jadi saksi bisu
Ketika Tuhan menghidangkan sebuah punggung di depan mata
Begitu pasrah dia memohon pada-Mu
Entah tentang apa?
Hatiku merona seperti air yang bergemericik
Diusik lembut dengan usapan kedua telapak
Seraya berkata Amin untuk doa-doanya
Oh Tuhan...
Sungguh bergetar kalbu hamba
Seakan terseret masuk dalam dimensinya
Berimaji akulah salah satu doa yang dipanjatkannya
Tapi apalah dayaku yang hanya bisa mengagumi
Dari balik punggungnya
(Seanita Anggraini)
***
Baru saja Sea meletakkan alat tulisnya, tiba-tiba suara handphone-nya berdering. Terlihat nama Noni muncul di layar. Sea melihat jam dinding di kamarnya. Sudah menunjukkan pukul 11.45. Sudah terlampau malam untuk seorang Noni karena belum juga mendekap lelap tidurnya. Sea menerima telpon Noni. "Ya, Halo Non. Ada apa?"
"Se... Se..." panggil Noni setengah berbisik.
"Apaan Non?"
"Seger amat. Belum tidur Sea?"
"Belum. Ada apa?"
"Tiketnya udah dipesan belum? Jangan sampai lupa dipesenin yaaak. I can't stand nih. Bebep Luki udah kasih izin kok ke gue."
"Iyeee, udah tau suami lo udah izinin lo, Noniiiii. Kan, lo udah kasih tau gue berkali-kali dari tadi. Di telpon, di WA, di IG, gak sekalian lo kasih pemberitahun pake TOA mushola dekat kosan gue."
"Hehehe... Ya maap. Kan gue cuma takut lo lupa pesan."
"Ya ampun. Jadi malam-malam telpon gue cuma mau make sure itu."
"Iya. Hehehe...."
"Udah gue pesenin kok. Aman. Udah sono tidur."
"Lah, lo sendiri kenapa belum tidur? Hayo stalking siapa lo?"
"Stalking yang ganteng-gantenglah," jawab Sea memanasi. Boro-boro niat cuci mata liat yang ganteng-ganteng. Ini hati dag-dig-dug malah sama punggung orang, lanjut Sea berujar dalam hati.
"Ih iri deh. Masih bisa stalking," celetuk Noni seperti tidak rela. Mengingat dia sudah menikah dan tidak boleh lagi menengok ke kanan dan ke kiri, melihat laki-laki lain seperti waktu jaman jomblo dahulu.
"Parah! Gue bilangin Bebep Luki lo lho," goda Sea bernada mengancam.
"Ih Sea gitu deh. Pengaduan."
"Ih Noni juga gitu deh," balas Sea yang ikut-ikutan. Padahal Sea cuma asal omong, tapi Noni langsung menggerutu karena kebingungan.
"Ih gue kenapa?" tanya Noni bingung.
"Iya, Noni juga parah. Mau ikutan stalking sama gue. Cie!" timpal Sea makin menggoda Noni.
"Eh, Noni kepo deh. Yang Sea stalking siapa sih?"
"Cie Noni kepo."
"Siapa sih Sea? Jujur dong."
"Punggung orang. Udah ah, gue mau tidur. Dah Noni." Sea langsung mematikan telpon dari Noni. Sesungguhnya memang itulah yang sea rasakan. Sea telah menjawab jujur apa yang Noni ingin tahu. Sebuah punggung entah punggung siapa yang membuat matanya terbuka selebar jagad tak mau terpejam.
Noni di seberang sana, terdiam bingung. "Ngapain Sea stalking punggung orang. Kurang kerjaan banget. Orang mah yang diliat mukanya, kok dia punggungnya. Ih, Noni heran deh. Ngapain sih? Atau jangan-jangan Noni dikibulin lagi nih. Tau ah, bingung. "
***
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA SEA (TAMAT)
RomanceKala adalah seorang dokter yang nyaris tidak bisa beranjak dari luka kisah percintaan masa lalunya. Sementara Sea adalah seorang dosen yang belum ingin membuka hati untuk mencintai karena takut terluka oleh orang yang salah. Keduanya ditautkan pada...