Sekitar jam setengah 3, Kala telah bersiap-siap di lobi hotel. Pak Hanan menghampirinya. "Sudah siap, Mas?"
"Sudah, Pak."
"Mari kita langsung ke Mobil, Mas."
Kala mengikuti Pak Hanan ke luar Lobi. Tak lama, mobil mereka datang. Supir Bapak membukakan pintu untuk mereka berdua. Mobil lalu melaju ke tempat yang Kala ingin datangi.
"Mas Kala mau cari sesuatu disana?" tanya Pak Hanan.
"Gak, Pak. Cuma mau liat-liat aja sih."
"Oh iya, nanti kalau butuh penerjemah jangan sungkan-sungkan ya. Karena mayoritas orang di sini tidak terlalu fasih berbahasa asing. Kalau kepepet ya paling turis pakai aplikasi penerjemah yang gak di banned disini, Mas."
"Siap, Pak."
"Bentar lagi kita sampai, Mas." Pak Hanan memberitahu Kala untuk bersiap. Kala segera menggunakan topi kupluk hitam dan kacamata hitamnya. Tak lupa masker yang menutupi mulutnya. Kala memang terbiasa dengan menggunakan masker ke berbagai tempat umum jika sedang plesiran ke luar negeri. Alasannya cuma satu, urusan kesehatan.
Mobil itu berhenti di parkiran. Kala dan Pak Hanan segera turun dari mobil dan mulai berjelajah. Belum melangkah jauh, perasaan Kala mendadak berubah tak keruan. Seperti ada medan magnet yang menariknya. Ada apa ini, gumamnya dalam hati. Ia mulai melangkahkan kaki menuju area dekat stasiun bawah tanah.
***
Kereta yang Sea tumpangi semakin mengurangi laju kecepatannya. Itu artinya, Sea semakin dekat dengan tujuannya. Benar saja tak berapa lama, kereta itu berhenti di stasiun tujuannya. Terbukti dari pemberitahuan awak kabin kereta yang menerangkan bahwa perjalanan kereta rute Shanghai - Beijing sudah selesai. Semua penumpang termasuk Sea, Nura, dan Noni langsung bersiap keluar dari kereta beserta barang bawaan.
Sea, Nura, dan Noni sudah menghirup agenda jalan-jalan yang penuh makna di Beijing. Wajah ketiganya menyapa Beijing dengan tatapan kegembiraan. Akan tetapi kegembiraan itu hanya berlangsung sekejap. Saat mereka bertiga menyadari bahwa di stasiun ini tidak terdapat eskalator atau lift, wajah-wajah itu berubah pucat pasi. Semuanya kompak menelan ludah. Membayangkan mereka harus mengangkat dan menarik-narik koper mereka yang super besar. Terutama Nura dan Noni yang membawa koper yang lebih besar dan banyak dari Sea. Sea puas menertawai keduanya seraya berkata, "Gue bilang juga apa, bawa koper tuh yang normal-normal aja."
Pinggang Nura dan Noni serasa mau copot. Setibanya di atas, keduanya tergeletak tak berdaya di samping koper-koper mereka. Sementara, Sea masih memegang perutnya menahan gejolak tawa. Keduanya manyun melihat kelakuan Sea yang tiada simpati.
Setelah kelelahan tadi mereda, ketiganya mulai melanjutkan perjalanan menuju hotel. Tapi lagi-lagi datang masalah. Google map di handphone mereka tidak bisa berfungsi sehingga mereka tidak bisa menentukan ke mana arah yang harus mereka lewati untuk bisa sampai menuju hotel. Mereka kebingungan harus bagaimana. Suasananya berubah tegang.
Mereka bertiga berdebat panjang siapa yang akan maju bertanya. Entah dengan sistem pemilihan apa, nyatanya Nura yang keluar sebagai pemenangnya. Nura refleks memekik, "Tapi gue gak bisa bahasa mandarin."
Kedua temannya menyeringai lebar dan langsung kompak menyahut, "Kan bisa pakai aplikasi translator di handphone." Sea bahkan buru-buru menunjuk petugas stasiun yang berdiri di dekat pintu keluar. "Semangat, Ra. Lo pasti bisa." Nura akhirnya berjalan mendekati petugas yang Sea maksud. Sementara Sea dan Noni menunggu dari kejauhan.
***
Kala melihat ada perempuan berkerudung tampak berusaha keras untuk bertanya kepada petugas keamanan stasiun. Tapi seperti yang dikatakan Pak Hanan barusan bahwa orang-orang di sini cenderung tidak bisa berbahasa asing. Perempuan berkerudung itu makin kebingungan. Rupanya dia sudah berusaha berkomunikasi dengan bantuan translator dari ponselnya, tapi mungkin tidak efektif. Perempuan itu melempar pandangan hopeless kepada kedua temannya yang berada di tempat lain yang tak jauh dari situ.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA SEA (TAMAT)
RomanceKala adalah seorang dokter yang nyaris tidak bisa beranjak dari luka kisah percintaan masa lalunya. Sementara Sea adalah seorang dosen yang belum ingin membuka hati untuk mencintai karena takut terluka oleh orang yang salah. Keduanya ditautkan pada...