Sea membuka kunci kamar kosannya. Udara pengap langsung menyadap hidungnya. Tak bisa dipungkiri memang hari ini cuaca sungguh panas. Keringat Sea mengucur deras. Ditambah AC di ruangan sidang tadi mendadak berulah, ngambek, dan tak mau berfungsi normal. Alhasil, baju Sea basah berpeluh keringat. Sea langsung memilih mandi dan beristirahat sebentar di atas kasurnya.
Baru saja, Sea hendak meletakkan kepalanya di bantal andalannya, tiba-tiba pemilik kosan memanggil Mona sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar di sebelahnya. Tapi karena Mona tak kunjung keluar, akhirnya Sea membuka pintu kamarnya dan menanyai terkait kedatangan Ibu Kos ke kamar Mona. "Mungkin Mona lagi keluar kali, Bu. Emangnya ada apa?"
"Itu dibawah ada paket buat dia. Kata kurirnya Mona ditelpon gak diangkat. Ya udah, Ibu ambil dulu aja paketnya."
"Udah dibayar atau COD?"
"Udah dibayar jadi tinggal ambil. Lah wong kurirnya juga udah pergi." Ibu Kos menegaskan bahwa kurir yang membawa paket Mona sudah langsung pergi tanpa menangih apapun kepada dirinya.
"Paketnya biar saya amanin dulu. Ada di mana paketnya, Bu? Biar saya ambil."
"Di bawah. Di ruang tamu saya." Ibu Kost menunjuk kebawah. "Tolong bawain ya, Sea. Gak terlalu gede sih cuma beratnya berasa."
"Oke, Bu." Sea mengambil kerudungnya dan langsung menutupi kepalanya dengan kerudung tersebut. Sea mengikuti Ibu Kos turun tangga. Lalu melewati teras depan dan masuk keruang tamu Ibu Kos. Kebetulan kosan Sea dan Mona berada di lantai atas dari rumah pemilik Kos. Mereka senantiasa naik turun keluar masuk kosan lewat tangga di samping rumah.
Ibu Kos menunjuk paket milik Mona "Itu Sea. Tolong kasih ke Mona. Makasih, ya."
Sea lalu izin pamit kembali ke kamar sambil membawa paket itu dan betapa terkejutnya bahwa kardus beratnya luar biasa. "Mona... Mona... lo belanja apaan sih? Ampun berat banget." Sea yang kecil terpaksa mengeluarkan semua energinya untuk membawa paket Mona ke lantai atas.
"Encok gue... encooooookkkkkk." Sea menaruh kardus itu di lantai kamarnya. Muka Sea sedikit menyesal. Karena niat baiknya ternyata berbuah pegal pada pinggangnya. Masih selonjoran di lantai kamar sambil memijat-mijat pinggangnya yang nyaris copot.
Selang beberapa menit kemudian, Sea mendengar senandung siulan dan langkah kaki khas Mona. Sontak Sea berlari keluar kamar dan bersiap marah-marah. "Monaaaaa.... Ke mana aja sih?" Sea tolak pinggang di hadapan Mona yang baru saja datang.
Mona mengkerutkan dahi karena bingung dan tak mengerti dengan sikap Sea. "Ada apaan sih?"
"Tuh paket lo yang beratnya ampun-ampunan, udah datang. Lo dari mana sih? Terus handphone lo kenapa gak aktif. Ibu Kos tadi sampe kesini nanyain lo."
"Wah cepet banget pesenan gue udah datang." Mata Mona berbinar lalu berkedip-kedip sok imut. Tapi air mukanya mendadak berubah heran "Emang berat banget ya, Mbak?"
"Banget!!! Sampe encok gue angkat itu paket dari bawah ke atas."
"Lah, kenapa jadi elo yang bawa keatas, Mbak?" tanya Mona bingung.
"Menurut lo siapa? Abang kurirnya? Ibu Kos? Kurirnya udah keburu cabut gara-gara kelamaan nungguin lo." Mona cengar-cengir tak berani memotong Sea yang lagi marah-marah. "Terus Ibu Kos bisa kecengklak, salah urat, dan rentek-rentek kalo bawa ini ke atas. Gue aja yang muda encok apalagi Ibu Kos yang udah tua gitu."
"Lebai... hiperbola banget. Mana sini gue coba angkat." Mona menyambangi Kamar Sea dan langsung mengangkat paket itu. Tapi Sea terperanjat nyaris menganga ketika melihat dengan mudahnya Mona mengangkat dan mendekap kardus itu dengan satu pelukan tangan. Sea memegang otot-otot lengan Mona sambil geleng-geleng tak menyangka.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA SEA (TAMAT)
RomanceKala adalah seorang dokter yang nyaris tidak bisa beranjak dari luka kisah percintaan masa lalunya. Sementara Sea adalah seorang dosen yang belum ingin membuka hati untuk mencintai karena takut terluka oleh orang yang salah. Keduanya ditautkan pada...