PART 28 - Terusik Punggung Kembali

31 2 0
                                    

Selama perjalanan Sea dan kedua temannya itu menuju tempat penginapan mereka selama di Beijing. Noni terus membahas tentang laki-laki yang membantu mereka untuk menemukan rute yang saat ini sedang mereka lalui. Dan juga sudah berbaik hati memintakan peta khusus untuk turis.

"Se, coba lo tadi liat mas-mas ganteng yang bantuin kita," ujar Noni tiba-tiba di dalam taksi.

"Emang keliatan, Non? Orang dia pakai masker, pakai topi kupluk, berkacamata pula!" potong Nura yang mencoba memperjelas penampakan laki-laki itu, "yakin ganteng?" tembak Nura.

Noni mulai ragu. "Yakin kalau dia buka masker ternyata gak sesuai harapan imajinasi lo gimana? Gak sesuai sama standar ganteng opa-opa korea lo gimana?" lanjut Nura menakut-nakuti.

Noni makin ragu membayangkan jika mas-mas itu buka masker dan ternyata Noni kena prank gimana.

"Hiiiiyyyy... ogah gue bayanginnya," teriak Noni sambil menutup matanya.

Sea sontak tertawa terpingkal-pingkal. "Syukurin lo, lagian udah punya Bebeb Luki masih aja matanya jelalatan. Hei, kauuuu... nanti aku laporin lo sama pak suami lho." Sea lagi-lagi menggoda Noni dengan ancaman yang sama.

"Ih Sea. Jangan dong. Tega bener. Gue kan cuma ngeliat doang. Gak lebih." Noni membela diri.

"Iya, ngeliat doang. Tapi sampai nyamperin orangnya dan ninggalin gue sama koper kita yang banyak banget. Coba kalau tadi gue diculik gimana?" Sea mulai makin drama mengerjai Noni.

"Lebai Sea. Gak ada yang mau culik lo. Bisa bangkrut kalau ada yang mau culik lo. Lo kan nyemil mulu kerjaannya. Hahaha..." Noni melawan Sea.

Kali ini gantian Nura yang ngakak mendengar perlawanan balik dari Noni.

Sea memukul lembut bahu Nura yang cekikikan tanpa henti.

"Yee... ini anak malah balik ngeledek gue," sahut Sea mati gaya.

Noni tersenyum lebar. "Satu sama," jawab Noni girang.

***

Mereka tiba di hotel di daerah Wangfujing. Mereka segera masuk karena hari sudah sangat malam. Melihat kasur-kasur berjejer sesuai dari jumlah mereka, tanpa pikir panjang mereka kompak melempar diri ke atas tempat tidur saking lelahnya.

"Asli, kaki gue pegel banget. Pinggang gue encok," keluh Nura.

"Gue duluan bersih-bersih ya. Gue mau tidur." Nura beranjak menuju kopernya dan mengambil peralatan mandi yang masih ada di dalamnya beserta baju ganti untuk istirahat malam ini. Lalu Nura masuk ke kamar mandi. Terdengar suara keran terbuka dan gemericik air mulai mengalir di atas wastafel.

"Ya udah, semuanya pada langsung istirahat. Besok kan kita mau lanjut jalan-jalan," sahut Sea mengingatkan.

"Besok kita kemana dulu? Kota Terlarang atau Tembok Besar Cina duluan?" tanya Noni.

"Kayaknya yang lebih deket dulu aja deh dari sini," jawab Sea, "yang mana sih yang lebih deket, Ra?" teriak Sea agar Nura yang sedang berada didalam kamar mandi ikut mendengar percakapan dirinya dan Noni.

"Lebih deket mana Kota Terlarang atau Tembok Besar Cina dari sini?" teriak Sea sekali lagi.

"Kota Terlarang lebih deket dari hotel kita," teriak Nura dari dalam kamar mandi.

Noni cengengesan mendengar jawaban Nura. "Untung lo ajak Nura. Hihihi... Nura kayak Dora the explorer-nya kita," bisik Noni kepada Sea.

Sea ikut cekikikan. "Suka betul kalau ngomong."

"Gue denger lo pada ngomong apa!" omel Nura tiba-tiba.

"Hahaha..." Sea dan Noni langsung terbahak mendengar Nura yang ngomel.

"Jangan berisik. Gue mau mandi cantik dulu!" sahut Nura dari dalam kamar mandi lagi.

***

Sambil menunggu Nura yang sedang mandi, Sea duduk di samping kaca jendela kamar mereka. Lampu-lampu jalan yang hanya nampak di kegelapan malam. Sea kembali tenggelam dalam pikirannya. Memikirkan sosok yang laki-laki yang membantunya tadi sore. Sea memang tidak berkesempatan untuk melihatnya dari dekat karena terpaksa menjaga koper-koper miliknya dan teman-temannya.

Tapi satu hal yang jelas terlihat adalah punggung laki-laki itu. Entah sedang terobsesi dengan punggung seseorang hingga setiap kali melihat punggung yang terhidang di depannya, pikiran Sea jadi seolah-olah terlempar kembali dengan sosok pemilik punggung yang sedang menguasai pikirannya.

Sadar tidak sadar, Sea sering kali terjebak dalam pikirannya tentang siapa sejatinya pemilik punggung itu. Berkali-kali Sea mencoba tidak mengindahkannya. Tapi Sea tidak berhasil. Pikiran Sea makin menjadi-jadi memikirkan sosok pemiliknya. Sea tidak tahu ada apa ini. Tapi apa ini bagian dari kode Tuhan agar Sea mulai mencari sosok yang bisa menjaganya. Sebagaimana Sea yang menginginkan sosok kokoh dari punggung yang terus mengusik pikirannya. Karena jika tidak, Sea khawatir pikiran ini mulai menerobos masuk kedalam hatinya. Dan jika hatinya mulai terusik, Sea takut tidak tahu bagaimana cara mengusirnya keluar.

Mata Sea masih kosong dalam lamunannya. Noni yang melihatnya lagi-lagi merasa memang ada yang sedang disembunyikannya. Noni mencoba mendekati Sea. "Se..." panggil Noni yang berusaha menyadarkan Sea dari lamunannya. Sea terhenyak dan kembali fokus pada sekitarnya. Gelagat terkejutnya mulai terlihat. "Eh iya, kenapa Non?"

"Tuh kan bengong lagi kayak di kereta tadi. Ngelamunin apaan sih?" tanya Noni yang makin penasaran.

"Ah gak kok. Gak lagi ngelamunin apa-apa," sanggah Sea.

"Gak ngelamun. Tapi tatapan matanya kosong. Pasti mikirin sesuatu lagi ya."

Sea sudah buntu untuk kembali mencari alasan berbohong tapi juga tetap belum bisa bercerita yang sebenarnya. "Gue cuma lagi ikut ngebayangin cowok yang bantuin kita tadi aja. Gue gak ngebayangin kalau gak ada dia apa jadinya kita malam ini. Pasti masih berkeliaran mencari ini hotel."

"Yaaaa... penasaran juga kan lo sama itu orang. Hahaha..." ujar Noni yang tiba-tiba girang.

"Gak juga sih. Cuma tadi elo tuh ceritanya kayak heboh banget. Lo sadar gak sih Non?"

"Gak. Emang iya ya gue ceritanya seheboh itu?" tanya Noni yang bingung.

Sea langsung pura-pura mengangguk.

"Kirain Sea kepo juga."

"Gak kok, Non. Cuma lebih ke bersyukur aja bisa dapat bantuan dari orang asing. Gue gak ngebayangin aja gitu kita nyasar di negeri orang. Lo tau kan cina luas banget." Sea mencoba mendramatisir ucapannya agar rasa penasaran Noni bisa teralihkan.

"Iya juga ya." Noni ikut prihatin dan ikut membayangkan kalau mereka tersesat dan gak bisa pulang. "Kalau gue hilang, Bebeb Luki gimana nasibnya?"

"Kawin lagi," jawab Nura yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Noni menjerit kesal. "Nuraaa.... enak aja lo bilang kawin lagi."

Nura terbahak. "Hahaha... Lagian lebai banget sih lo. Udah sana gantian mandi."

"Ya udah, lo atau gue duluan yang mandi?" tanya Sea.

"Gue! Gue emosi nih denger Bebeb Luki mau kawin lagi." Noni langsung membuka koper, mengambil peralatan mandi dan bergerak cepat masuk kedalam kamar mandi. Tiba-tiba terdengar teriakan kesal Noni. "TIDAAAAAKKKKKK..."

Kedua temannya kembali tertawa karena berhasil menggoda Noni.

***

Bersambung...

KALA SEA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang