Sea kembali berangkat untuk mengikuti rapat bersama rekan-rekan sesama dosennya ke suatu hotel. Sesampainya di sana, Sea sudah ditunggu oleh Nura di depan Lobi.
"Udah dari tadi, Ra?"
Nura menggeleng. "Gue juga baru datang."
"Oh iya, si Noni gimana jadinya? Datang atau gak?" tanya Sea setelah tak melihat kehadiran Noni.
"Tadi dia telpon katanya dia gak jadi datang. Badannya pada sakit semua. Kecapean kayaknya dia."
"Okelah kalau begitu. Yuk, ke dalam." Sea langsung mengapit lengan Nura seraya mengajaknya masuk.
"Yuk."
***
Sementara Mona mencoba menghubungi Kala setelah Sea meninggalkan kosan. Ada yang harus dipastikan oleh Mona agar segala sesuatunya semakin jelas. Mona menunggu nada dering yang terus berbunyi. Tak lama kemudian, telpon di seberang sana diangkat.
"Halo Mas Kala. Ganggu gak?" sapa Mona tanpa basa-basi.
"Gak. Kenapa?" tanya Kala tak bersemangat. Terdengar dari nada bicaranya yang sedikit pelan dan tak antusias.
"Lo lemes amat jawabnya. Kayak orang kurang makan," ujar Mona yang penasaran.
"Gak kok. Lagi banyak yang dipikirin aja."
"Cie, mikirin Sea ya?" tembak Mona lantang.
"...." Kala terdiam tak menggubris.
"Udah, santai aja. Sea udah sampai kok di kosan tadi siang. Tapi sekarang udah berangkat lagi ke hotel." Mona memberi bocoran info agar Kala tidak terlalu cemas. Alih-alih menghalau rasa cemas, Kala justru malah kaget dan makin khawatir mendengar Sea kembali berangkat ke hotel setelah tiba di Jakarta.
"Ngapain? Kan baru pulang. Emang gak capek apa? Kok gak dicegah sih." Terdengar ritme suara Kala yang lumayan meninggi, mencirikan hatinya mendadak tidak tenang.
"Cie... cemasnya kedengeran sampai sini, Mas. Kepo ya Sea kemana? Mau tau aja atau mau tau banget. Hahaha..." goda Mona.
"Mona, cepetan deh kasih tau Sea kemana?"
"Iya. Sabar kenapa? Protektif bener sama calon jodoh," ledek Mona.
"Buruan gak. Ngeledek mulu," desak Kala.
"Sea lagi ada rapat fakultas tapi di hotel gitu. Kedengeran sih tadi kayanya nginep."
"Tapi tadi udah ketemu lo kan?" Kala seperti ingin memastikan bahwa memang Mona sudah bertatap muka dengan Sea di kosan.
"Udah kok. Cuma gak sempet ngobrol lama, karena dia buru-buru packing lagi."
"Dia cerita apa aja?" todong Kala yang penasaran.
"Cuma gitu-gitu aja. Soalnya juga dia buru-buru banget." Mona masih mengerem cerita tentang Sea yang mungkin bisa jadi membuat Kala senang bukan kepalang.
"Oh, kirain udah cerita," jawab Kala yang kembali melemah.
"Belum," balas Mona, "oh iya, Mas. Ada yang mau gue tanyain dong."
"Apa?"
"Dulu waktu lo cerita pernah ngeliat Sea di Mushola An-Nur. Lo sebenarnya lagi ngapain sih malam-malam di sana? Kalau gak salah itu udah di atas jam 9 malam deh."
"Gue lagi shalat sunah aja. Menenangkan diri," jawab Kala.
"Selain lo? Ada yang shalat lagi gak di sana malam itu?" seru Mona lagi.
"Gak ada kayaknya. Cuma ada gue sama Pak De yang sekarang kerja jadi petugas kebersihan klinik. Dulu Pak De itu penjaga Mushola An-Nur. Seinget gue juga Pak De duduk di teras depan nungguin gue selama shalat. Sea kan waktu itu ketemunya sama Pak De." Kala menjelaskan dengan detail. Tapi mendadak keningnya mengkerut heran. "Ada apa? Kok tiba-tiba tanya soal itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA SEA (TAMAT)
RomanceKala adalah seorang dokter yang nyaris tidak bisa beranjak dari luka kisah percintaan masa lalunya. Sementara Sea adalah seorang dosen yang belum ingin membuka hati untuk mencintai karena takut terluka oleh orang yang salah. Keduanya ditautkan pada...