Setelah melewati malam dengan kaki penuh koyo, Sea sudah siap melanjutkan perjalanan hari ini. Rencana untuk pergi ke Tembok Besar Cina di hari kemarin terpaksa diundur lantaran adanya tragedi nyasar yang dialaminya dan Noni hingga membuatnya menyerah karena kaki mereka tak kuasa berjalan lebih jauh lagi.
Pagi ini, Sea dan yang lainnya bergegas melanjutkan perjalanan menuju Tembok Besar Cina yang tertunda itu. Setelah satu jam menaiki bus, akhirnya mereka tiba di depan pintu masuk Ba Da Ling. Salah satu pintu dari dua pintu masuk yang ada di tempat wisata ini.
Begitu masuk ke dalam, pemandangan alam yang luar biasa mewah terhidang di depan mata. Dari tembok ini, mereka bisa melihat pegunungan yang benar-benar indah. Banyak wisatawan yang datang. Baik luar maupun lokal yang datang ke sini. Satu hal lucu yang membuat mereka tak bisa menahan tawa adalah ketika mereka sedang selfie santai di salah satu spot berfoto. Tiba-tiba ada sekelompok ibu-ibu wisatawan lokal yang sedang berfoto tapi posisinya berada di dekat tempat mereka berdiri. Mereka bertiga takut mengganggu momen-momen Ibu-ibu itu berfoto. Lalu mereka mencoba melipir dan menjauh agar tidak terlalu mengganggu ibu-ibu tersebut.
Tapi tanpa di duga, Ibu-ibu tersebut malah meminta mereka bertiga untuk kembali dan tetap berada dalam jangkauan kameranya. Rupanya Ibu-ibu tersebut ingin mereka bertiga ikut terfoto dalam foto mereka. Ibu-ibu tersebut dengan keterbatasan bahasa mencoba memberi petunjuk dengan melontarkan kata-kata. "Photo... Photo..."
Nura baru ingat bahwa ada kebiasaan warga lokal yang senang sekali meminta foto dengan orang asing. Nura menyuruh Sea dan Noni untuk langsung kembali pada posisi awal dan ikut berfoto dengan Ibu-ibu tersebut. Betapa senangnya Ibu-ibu tersebut mendapati mereka berfoto dengan mereka bertiga. Orang asing.
"Noni berasa artis kalau begini," ujar Noni bangga.
Setelah puas jalan-jalan di Tembok Besar Cina. Mereka bertiga kembali ke bawah dan mengunjungi toko oleh-oleh dan membeli beberapa cenderamata untuk kolega dan keluarga di Jakarta. Setelah itu, mereka kembali ke penginapan.
***
Keesokan paginya, Sea bangun dan mendapati kedua temannya masih tertidur lelap. Sea membuat teh hangat untuk diminumnya sendiri. Sea jadi teringat bahwa hari ini adalah agenda jalan-jalan terakhir sebelum akhirnya mereka kembali pulang ke Jakarta esok harinya. Rasanya masih belum ingin menyudahi masa liburan singkat ini. Belum rela kembali ke Jakarta dan bergelut dengan aktifitas rutin mengajarnya. Sea membangunkan kedua temannya.
Pagi ini, mereka akan mengunjungi salah satu destinasi wisata wajib yang ada di Beijing. Mereka akan mendatangi sebuah mesjid tertua dan terbesar yang ada di sini. Dan konon katanya menjadi mesjid yang paling penting di Cina. Mesjid ini bernama Mesjid Niujie. Mesjid ini berada dalam lingkup wilayah yang memiliki populasi penduduk muslim cukup banyak. Dan yang terpenting adalah dekat dengan kawasan pertokoan yang menjajakan masakan dan bahan baku makanan khusus muslim. Alias pasti dijamin halal.
Mereka bertiga memasuki kawasan mesjid itu, matanya terpukau melihat perpaduan arsitektur khas Tiongkok dengan sentuhan budaya Arab. Mereka langsung berfoto di berbagai spot, salah satunya yaitu sebuah gambar besar yang di atasnya diberi keterangan 'Plan Map of Niujie Mosque'. Sebuah peta yang menggambarkan keseluruhan dari kompleks mesjid tersebut.
"Banyak juga yang datang buat shalat ya, Ra?" tanya Noni kagum.
"Kalau yang gue baca dari sejarahnya, Mesjid Niujie tuh jadi pusat spiritual 10 ribu muslim yang ada di distrik ini."
"Masya Allah. Noni pikir cuma mesjid biasa aja yang kebetulan bentuknya unik. Ternyata malah pusat spiritual untuk masyarakat muslim di sini ya. Gak nyangka."
"Hebat banget kan, Non." Noni manggut-manggut.
"Habis ini kita ke mana lagi?" tanya Noni.
"Kita ke supermarket muslim yang ada di deket sini. Kita belanja buat makan malam kita. Sekalian beli oleh-oleh buat dibawa ke Jakarta."
"Oke." Noni mengangguk setuju. Tapi lalu Noni celingak-celinguk sendiri.
"Ngapain lo?" tanya Nura heran.
"Lah, Sea mana?" Noni baru sadar bahwa Sea tidak ada bersama dirinya dan Nura.
Rupanya, Sea sedang berswa foto di Menara Adzan. Kemudian, Sea berjalan menuju ke Worship Hall atau bangunan utama dari Mesjid Niujie. Sea ingin mendengarkan jama'ah yang sedang membaca ayat suci Al-Qur'an di sana. Sea duduk di teras depan Worship Hall menunggu setiap lantunan syahdu ayat-ayat suci yang sedang dibacakan. Sungguh menenangkan jiwa.
Noni memanggil Sea dari jauh. "Seaaaa... Ngapain disini?"
"Suuutttt... jangan kencang-kencang. Lagi ada yang ngaji. Gue lagi dengerin di sini. Ada apa?"
"Lanjut lagi yuk."
"Kemana?" tanya Sea memastikan, seraya enggan beranjak dari tempatnya duduk.
"Ke supermarket muslim di deket sini."
"Emang kalian udah selesai keliling-kelilingnya?"
"Udah. Yuk, buruan."
Sebenarnya, Sea masih belum ingin beranjak kemana-mana. Sea masih ingin duduk dan mendengarkan lantunan ayat suci menggema ditelinganya. Hatinya damai. Tapi Sea sudah ditunggu oleh kedua temannya yang sudah ingin buru-buru keluar dan mencari lokasi lain untuk di tuju. Sea tersenyum dan berpamitan dengan salah satu jama'ah perempuan warga lokal yang berada didalam Mesjid. "Assalamu'alaikum." Sea pamit kepadanya.
Jama'ah perempuan itu membalas salam Sea, "Wa'alaikumussalam."
***
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA SEA (TAMAT)
RomanceKala adalah seorang dokter yang nyaris tidak bisa beranjak dari luka kisah percintaan masa lalunya. Sementara Sea adalah seorang dosen yang belum ingin membuka hati untuk mencintai karena takut terluka oleh orang yang salah. Keduanya ditautkan pada...