PART 9 - Nekat

64 3 0
                                    

Mona mengetuk pintu kamar Sea pagi-pagi sekali. Ditangannya sudah ada nasi uduk kesukaan Sea. Kebetulan sekali sehabis subuh Mona memilih untuk sedikit mengurangi lemak-lemak yang sudah mulai nakal bergelambir di sekitar perutnya. Mona melihat lapak penjual nasi uduk yang selalu Sea beli sudah buka. Terhidang beberapa pendamping lauk untuk menu utamanya seperti semur tahu, kentang balado, semur jengkol, tempe orek, bihun goreng, sambel kacang, sambel terasi, dan berbagai jajanan gorengan yang teramat menggiurkan dan menggugah selera. Mona hafal betul kalimat Sea ketika setiap kali Sea makan nasi uduk tersebut. "Ampun... Ampun... perutku berbunga-bunga bahagia."

Begitu membuka pintu, Mona malah terkejut melihat Sea sudah rapih dengan setelan jas resmi dan ditangannya membawa jas almamater.

"Rapi banget, mau kemana lo? Bukannya hari ini lo gak ada ngajar ya, Mbak?" tembak Mona.

"Pagi ini ada 3 mahasiswa gue yang sidang hasil skripsi mendadak. Tadi admin jurusan gue telpon pagi-pagi suruh gue datang dampingin," ungkap Sea yang juga sambil mengambil tas, dokumen pentingnya, dan berjalan keluar sedikit menuju rak sepatunya yang ada persis di depan kamarnya. Sea sedikit membungkuk mencari-cari sepatu mana yang akan digunakannya ke Kampus.

"Lah, kok bisa," lanjut Mona yang penasaran.

Masih sambil mencari sepatu yang ingin dipakainya, Sea menjelaskan alasan kenapa dirinya sampai harus mendadak ke Kampus hari ini. "Iya, soalnya salah satu dosen pengujinya gak bisa sidang lusa karena harus terbang conference ke Jogjakarta. Jadi terpaksa reschedule ke hari ini." Sea mengambil sepatu pantofel hitam dan segera memakainya. "Lo tahu kan agenda rebahan dan tiduran untuk mempercantik diri gue. Batal deh gue lakuin!"

"Hahahha... Semangat ya, Mbak." Mona menepuk-nepuk bahu Sea seraya memberikan kekuatan untuk menghadapi kenyataan pagi ini. "Nih, gue bekelin nasi uduk kesukaan lo buat sarapan." Mona menyodorkan kantong plastik putih kepada Sea. Sea menerimanya. "Biar elo se-te-rong," goda Mona sambil mengangkat kedua lengannya seperti Atlet Bina Ragawan.

"Makasih ya. Seenggaknya ada satu dari sekian drama hari ini yang akhirnya bisa membuat perut gue berbunga-bunga bahagia. Nasi Uduk!" Sea mengangkat tinggi-tinggi kantong plastik berisi nasi uduk kesukaannya.

"Hahaha... tetep ya tagline-nya gak ketinggalan. Oh iya, lo gak sekalian balikin sendal jepit ke mushola?" Mona menunjuk kearah sendal jepit di pojokan rak sepatu.

"Ntar sore aja kayaknya. Takutnya orangnya juga belum ada di tempat kerjanya."

"Oh... Okelah kalau begitu."

"Gue jalan dulu ya," pamit Sea, kemudian berangkat.

"Baiklah. Selamat menyidang, jangan kejam-kejam ya, Bu Dosen." Mona menasehati Sea dengan ekspresi penuh arti.

"Tergantung," balas Sea sambil menaikkan satu alisnya dan tersenyum agak seram.

"Mulai horor nih. Permisi ya, mahasiswa cantik mau numpang lewat dulu." Mona balik badan masuk ke kamarnya sambil bergidik, meninggalkan Sea dengan ekspresi datarnya. "Dah, Bu Dosen Killer." Mona menutup pintu kamarnya sambil menjulurkan lidahnya meledek Sea.

"Mandi sana. Bau tau!!!"

***

Selesai Mandi, Mona menyiapkan piring untuk menyantap nasi uduknya. Lalu menyalahkan laptop untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahnya yang belum rangkum. Ada beberapa slide presentasi yang mesti dilengkapi dan dirubah isi materinya. Mona menyuap sesendok nasi ke mulutnya sambil membolak-balik buku kuliahnya.

Mona mendadak lupa belum mengaktifkan handphone-nya sama sekali dari semalam karena benar-benar habis baterai. Dia langsung mengisi dayanya. Mona menunggu layar handphone-nya aktif dan benar saja banyak pesan masuk silih berganti. Tak lama, handphone Mona berbunyi. Kala meneleponnya.

KALA SEA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang