Keesokan paginya, Kala baru saja bersiap untuk mandi pagi. Namun, Bapak mengetuk pintu kamarnya. "Kal, Bapak bisa bicara sebentar."
"Bisa, Pak." Kala membuka pintu kamarnya dan Bapak telah berdiri dihadapannya. Kala mempersilahkan masuk.
"Bapak butuh bantuan kamu hari ini," ujar Bapak dengan mimik yang serius.
Pasti soal kerjaan, gumam Kala. Kala terdiam sejenak. Agak sedikit meragu pasalnya hari ini Kala sudah merencanakan agenda khusus di luar sana. Tapi mengingat kehadirannya ke sini untuk Bapak, rasanya tidak etis jika malah memprioritaskan urusannya. Dengan berat hati, Kala menggangguk. "Bisa, Pak. Apa yang harus Kala kerjain?"
Bapak tersenyum mendengarkan jawaban Kala barusan. Bapak menyampaikan tugas-tugas yang harus Kala lakukan.
Kala menyimak dengan seksama. Lalu mengangguk paham.
"Maaf ya, jadi ganggu hari Minggu kamu. Kemarin kan Bapak bilang senin baru kamu dinas. Eh, hari ini malah Bapak ganggu. Terpaksa karena ada sedikit kendala dan data yang Bapak butuhkan harus sedikit disesuaikan."
"Gak apa-apa, Pak. Kala pasti bantu. Kala jauh-jauh terbang ke sini kan untuk bantu Bapak. Jangan merasa gak enak."
"Sekali lagi terima kasih ya."
"Tapi Kala mandi dulu ya, Pak."
"Sure. Bapak tunggu di ruang kerja ya. Jangan lupa sarapan dulu kamu. Kebetulan Bapak sudah sarapan duluan."
"Oke."
Kala yang terpaksa melepaskan rencananya pagi ini, ternyata tidak benar-benar melupakan rencananya begitu saja. Kala menelpon Pak Hanan dan meminta tolong untuk mengerjakan sesuatu untuknya. Kala benar-benar meminta tolong agar Pak Hanan bersedia menggantikannya dalam menjalankan rencana tersebut.
***
Sementara di sudut lain di Kota Beijing. Sea, Nura, dan Noni sudah bersiap untuk perjalanan hari ini. Mereka bertiga akan pergi ke tempat-tempat bersejarah dan ikonik di negeri ini.
"Ra, peta udah dibawa kan?" tanya Sea memastikan.
"Aman. Udah masuk tas gue," jawab Nura sambil menepuk-nepuk tasnya.
"Noni cek lagi. Jangan sampai ada yang ketinggalan. Cemilan dan minuman, aman?" sahut Sea mengecek Noni.
"Iya, ini lagi gue cek, Se," jelas Noni yang terlihat sibuk melakukan pengecekan ulang, "komplit." Noni mengangkat jempolnya ke atas.
"Se, lo sendiri udah pipis belum? Jangan sampai nanti kebelet buang air kecil di jalan. Lo kan paling gak kuat dingin. Semalem aja rusuh banget tidurnya. Bolak balik ke kamar mandi gara-gara kedinginan. Gue sampai ikut kebangun," ujar Nura yang ganti mengingatkan Sea.
"Hehehe... udah kok. Gue udah pipis." Sea nyengir selebar kebon.
"Ya udah, kita jalan yuk," seru Noni menggandeng Sea dan Nura.
***
Mereka melangkah menuju tempat wisata bersejarah yang pertama yaitu Kota Terlarang atau yang lebih dikenal dikalangan para turis sebagai "The Forbidden City". Sebuah kompleks bangunan Istana Kekaisaran Cina yang super megah.
Begitu sampai di sana, tidak serta merta membuat ketiganya bisa melenggang masuk seenaknya. Mereka harus mengantri untuk melewati pos jaga yang akan memeriksa identitas mereka dan para pengunjung lainnya. Antriannya super panjang dan mengular parah. Para petugas jaga berseragam hitam yang lengkap menggunakan topi dengan kartu tanda pengenal yang dikalungkan di leher mereka, sedang memeriksa satu persatu kartu identitas pengunjung yang hendak masuk. Ketiganya harus sabar berdiri agak lama dalam antrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA SEA (TAMAT)
RomanceKala adalah seorang dokter yang nyaris tidak bisa beranjak dari luka kisah percintaan masa lalunya. Sementara Sea adalah seorang dosen yang belum ingin membuka hati untuk mencintai karena takut terluka oleh orang yang salah. Keduanya ditautkan pada...