Kala membuka pintu yang mengarah ke balkon. Lalu mempersilahkan Roy dan Mona untuk duduk di bangku balkon. Kala mulai berdiskusi tentang pembagian tugas yang harus Roy dan Mona lakukan selama Kala menemani Bapak di Cina.
Kala terlebih dulu bicara pada Roy. Roy mendengarkan dengan seksama. "Roy, keberatan gak gue minta tolong lo untuk tinggal di Klinik ini selama 2 minggu selama gue pergi? Tadinya gue mau minta Mona yang nginep disini cuma gue agak khawatir kalau dia sendirian disini. Malah jadi tambah pikiran gue."
Roy mengacungkan jempol. "Gak keberatan kok gue. Santai," balas Roy.
"Terus apapun yang berkaitan dengan approval gue, tolong pastiin kabarin gue dulu via telpon. Kalau gue oke, lo bisa wakilin untuk tanda tangan. Terus, pantau semua pekerja di klinik ini. Tanyain apa ada kendala selama bekerja. Terutama Pak De, petugas kebersihan klinik yang baru. Sisanya lo tanganin sesuai prosedur yang ada aja disini ya. Paham kan?" ucap Kala memastikan.
"Oke Kal. Paham," jawab Roy menegaskan.
Setelah itu, Kala beralih pandangan kepada Mona. Dilihatnya Mona lebih banyak diam. Wajahnya memang terlihat sedikit pucat. Kala mulai cemas. "Lo sakit, Mon? Muka lo pucet," tanya Kala sambil mengusap kepala sang adik sepupu.
Mona menarik kepalanya menjauh dari tangan Kala. Mona merengut, malu diperlakukan bak anak kecil di hadapan Roy. "Apaan sih lo. Malu tau pake acara diginiin. Emang gue bocah. Gue gak kenapa-kenapa. Cuma pusing doang. Kayaknya anemia gue kumat."
Kala tersenyum lega. Paling tidak Mona masih bisa berlagak galak dan melawan. Itu artinya tidak ada hal serius yang mungkin terjadi pada Mona. "Oke... oke. Sorry, Mon. Tugas untuk lo, setiap akhir pekan lo kebagian kontrol stok kebutuhan klinik ya. Tapi kalau bisa setiap hari lo juga bantu Roy memantau klinik ya."
"Mas, tapi gue gak bisa kesini tiap hari. Gue selama 2 minggu ini juga ada event walaupun setengah hari sih. Gue jadinya gak bisa wara wiri tiap hari juga. Bisa sih diusahain, cuma ya sore banget. Atau paling akhir pekan doang, itu pun kalau hari jumat dan sabtu nunggu gue balik kuliah dulu," sahut Mona panjang lebar.
"Lo masih kuliah, Mon?" potong Roy penasaran.
"Lagi lanjut S2 dia," Kala mewakili menjawab pertanyaan yang ditujukan untuk Mona.
"Oooo..." balas Roy manggut-manggut, "cakep," lanjutnya lagi.
"Yaudah, pokoknya weekend jatah lo. Yang penting pastiin lo selalu komunikasi sama Roy." Mona menoleh kearah Roy,
Roy balik menatapnya lalu mengangkat alisnya. Seperti merespon maksud tatapan Mona.
Mona kemudian menggangguk setuju tanpa bertanya lagi.
"Oke, gue rasa cukup diskusinya. Gue harap kalian bisa bekerja sama satu sama lain. Dan please... lupain soal kejadian yang tadi." Kala menyudahi diskusi sore ini.
"Ya udah, gue balik ya," seru Mona berdiri dan langsung bergegas pamit. Terlihat jelas kali ini, Mona tidak terlalu nyaman berada lama-lama disitu.
Kala melirik dan memicingkan matanya. "Lo lagi kenapa sih? Dari tadi buru-buru banget," desak Kala yang merasa heran dengan kelakuan Mona hari ini. Mona memang terkadang suka tidak bisa ditebak. Tapi sore ini, ketika senja sedemikian dekat pada gelap malam. Mona seperti menunjukkan satu di antara wajah lainnya yang tak pernah disuguhkan pada Kala. Baru hari ini, Mona menyingkap sisi ketidaknyamanannya. Baru kali ini, Kala meyakini ada sesuatu yang mengusik Mona. Jelas bukan soal kejadian memalukan dengan Roy barusan. Tapi ini lebih berat dari krikil receh yang berusaha menyandung langkah tegap Mona.
Mona menggeleng, tak ada satu patah kata pun yang tercetus dari bibirnya. Mona hanya memberi isyarat tangan pertanda dirinya baik-baik saja. Kala mencoba bertanya kembali tentang keadaan Mona. "Monaaaa..." Kala memanggil nama adik sepupunya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA SEA (TAMAT)
RomanceKala adalah seorang dokter yang nyaris tidak bisa beranjak dari luka kisah percintaan masa lalunya. Sementara Sea adalah seorang dosen yang belum ingin membuka hati untuk mencintai karena takut terluka oleh orang yang salah. Keduanya ditautkan pada...