PART 21 - Berkemas Hati

30 4 0
                                    

Sea yang hari ini pulang lebih awal, memilih untuk menyelesaikan urusan berkemas koper miliknya. Sea tidak ingin nanti terburu-buru menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya liburan. Kalau mengemas didetik-detik terakhir sebelum jalan, Sea khawatir banyak barang penting yang sebenarnya perlu dibawa malah terlupa dan tertinggal untuk dimasukkan ke dalam koper. Sea melakukan double check.

Sambil asyik mengemasi pakaiannya, Sea sengaja membuka sedikit pintu kamarnya agar sirkulasi udara dapat lancar keluar masuk. Sore hari ini, Jakarta benar-benar panas. Bulir-bulir keringat Sea jatuh mengalir dari keningnya. Kaos yang digunakannya juga sudah mulai lepek karena basahnya keringat. Sea yang biasanya jarang mengeluh dengan udara panas. Kali ini terpaksa menyerah dan lalu memperbesar laju putar kipas angin di kamarnya. Sea memutarnya sampai ketingkatan paling tinggi. Udara segar lantas terhembus kencang ke Sea. Rasa gerah yang dirasakannya sirna sudah. Sea melongok ke arah pintu. Tidak ada siapa pun di luar. Lorong ke arah kamar Sea juga tampak kosong. Dilihatnya jam dinding di tembok atas. Hampir mendekati magrib. Langit pun sudah mulai menjingga. Tapi iringan langkah Mona belum juga terdengar. Perasaan Sea berubah cemas. Tak biasanya Mona tidak ada kabar begini. Biasanya Mona yang lebih bawel menanyai kabarnya.

Tak berapa lama, derap langkah Mona terdengar. Senyum Sea langsung mengembang. Sepertinya kekhawatirannya terlalu berlebihan. Sea beranjak keluar kamar. Baru saja ingin menegur, tapi Mona malah terus saja berjalan tanpa menoleh sedikit pun. Bahkan ketika Sea mengejar dari belakang. Mona masih saja berlalu seakan tak mengindahkan langkah kaki Sea yang jelas-jelas mengikutinya. Mona seakan menyiratkan tak ingin diganggu sama sekali saat ini. Terlihat jelas ketika Mona menutup pintu kamarnya padahal Sea terlihat oleh Mona dari sana. Langkah kaki Sea terhenti. Agak kaget. Sea mengernyitkan keningnya, bingung. Tak biasanya, Mona masuk dan menutup pintu tanpa terlebih dulu menyapanya. Menyapa dengan segala rentetan kehebohan yang selalu Mona tampilkan. Sea yakin telah terjadi sesuatu yang membuat Mona bersikap demikian.

Laju pikiran Sea sudah mulai kemana-mana, bahkan sudah memikirkan yang aneh-aneh. Terlintas dipikirannya bahwa Mona marah terhadapnya, tapi buru-buru ditepisnya. Mengingat sampai semalam tadi mereka masih haha-hihi di kamarnya sambil menikmati makan malam yang Mona belikan untuknya. Pikiran Sea kembali terbang membuat asumsi dan analogi yang bisa dikukuhkan terhadap apa saja yang kemungkinan sedang terjadi pada Mona.

Setelah pusing sendiri dengan kecamuk pikirannya, Sea akhirnya angkat tangan dan tak berani berspekulasi tentang apa-apa lagi. Tak berani menduga seperti peramal. Sea manatap pintu itu tertutup. Kali ini pintu di hadapannya bagaikan bongkahan es yang dingin dan tidak bersahabat. Mengacuhkannya. Tak menggubris kabarnya. Tidak jadi saksi bisu percakapan antara pemiliknya dengan dirinya seperti biasa. Sea mematung penuh tanya. Sea mengangkat bahunya. Mona mungkin sedang punya masalah yang belum ingin diceritakannya. Belum ingin dibagikannya.

Ingin sekali Sea mengetuk pintu. Bertanya ada apa. Tapi hati Sea ragu, takut apa yang dilakukannya nanti malah memperkeruh suasana hati Mona. Sea menggigit bibirnya. Kakinya maju mundur mendekati pintu kamar Mona. Tapi ujung-ujungnya, keinginan itu dilepaskannya. Sea membiarkan Mona tenggelam dalam perenungannya dulu. Sea mencoba memberi ruang seluas-luasnya untuk Mona menyendiri. Menenangkan dirinya yang mungkin kalut dan agar Mona bisa berdialog dengan hatinya yang resah. Sea beralih kembali ke kamarnya, meninggalkan kamar Mona.

***

Sea mendorong pintu kamarnya. Melangkah masuk. Lalu menutupnya rapat. Dan menguncinya. Sea kemudian terduduk diatas kasurnya. Masih memikirkan Mona. Tapi terpaksa disudahinya, lantaran melihat kamarnya yang masih seperti kapal pecah. Sea mengusap wajahnya, mencoba mengalihkan pikirannya dan kembali fokus pada urusannya. Sea mengambil baju-baju yang masih berserakan di atas karpet. Satu persatu dilipatnya dan dimasukkan ke dalam kopernya.

Setelah selesai berkemas. Sea berjalan menuju papan tulis ajaibnya. Tangannya mulai menyisir jadwal mengajarnya yang belum dituntaskan sebelum berangkat liburan besok. Sea lalu mencocokkannya dengan info tambahan kelas pengganti yang baru saja dikirimkan oleh masing-masing penanggung jawab kelas yang diajarnya. Salah satu penanggung jawab sudah mendapatkan slot ruangan kosong yang bisa Sea pakai untuk mengganti kelasnya yang terdampak sesi liburannya kali ini. Sea langsung mengkonfirmasi ulang begitu tahu tawaran kelas itu cocok dengan ketersediaan jadwal kosongnya. Walaupun harus mengajar sampai malam, Sea harus siap dengan konsekuensi pilihannya. Sea buru-buru menuliskan jadwal mengajar terbarunya itu ke papan didepannya.

"Done!"

***

Bersambung...

KALA SEA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang