"Kuliah hari ini cukup sampai disini." Seorang Dosen menyudahi perkuliahan yang Mona ikuti. Teman-teman Mona langsung bubar jalan. Mona sendiri sedang mengambil tasnya dan membereskan buku-buku kuliahnya. Dikeluarkannya handphone-nya dari kantong celananya. Lalu Mona menelpon seseorang yang ada di seberang sana. "Halo Mas Roy." Roy rupanya yang dihubungi Mona. "Gue baru selesai kuliah. Habis ini gue langsung ke klinik. Lo udah selesai prakteknya kan?"
"Ya, gue udah kelar prakteknya kok. Lo langsung ke sini aja. Gue lagi ngedata kebutuhan klinik nih," jawab Roy dari sana.
"Oke. Gue ke sana sekarang."
***
Setelah berteriak dan nampaknya tak digubris Noni. Sea kembali duduk ngedeprok di lantai jalanan. Dikelilingi oleh koper-koper yang seolah-olah menenggelamkannya, Sea terlihat makin mungil. Sea yang paling malas berurusan dengan keribetan, memilih menyibukkan diri dengan mengutak-atik handphone-nya. Menggeser satu demi satu foto yang ada di galerinya. Sesekali tertawa jika mengingat momen-momen kocak bersama Nura dan Noni.
Sea tidak sadar ada seseorang yang terus mengamati dirinya. Tersenyum melihat tingkah Sea dari balik maskernya. Orang itu nyaris tak berkedip menatap setiap yang Sea lakukan. Seperti enggan ketinggalan momen berharga ini. Bahkan pelan-pelan tanpa sepengetahuan siapa pun, orang itu kembali mengabadikan foto Sea dengan ponselnya.
Ketika menggeser slide foto, Sea melihat foto Mona dengannya. Sea tiba-tiba kangen sama Mona. Lalu segera ditelponnya Mona. Terdengar suara telpon diangkat.
"Mooooon...." sahut Sea girang.
"Woi, Mbak. Gimana liburannya?" Mona juga terdengar kegirangan.
"Seru. Lo lagi dimana? Hehehe... gue tiba-tiba keingetan lo."
"Gue baru aja mau balik dari kampus. Lo sendiri di mana?" tanya Mona yang penasaran dengan agenda jalan-jalan Sea.
"Gue baru aja sampai Beijing."
"Lho bukannya lo bilang lo di Shanghai ya?" Mona kaget mendengar Sea sudah beralih ke Beijing.
"Iya, kan emang rencananya ke Beijing juga."
"Hahaha... mantap jiwa, Mba."
Tiba-tiba tawa Mona terhenti. Mona terhenyak, baru ingat kalau kakak sepupunya juga ada di Beijing. "Mereka sama-sama di Beijing dong?" tanyanya sendiri dalam hati. Keterkejutan Mona bahkan bertambah jadi ketika satu pesan masuk ke WeChat miliknya. Mona memang sudah mengunduh aplikasi chat itu karena Mona tahu hanya aplikasi chat tertentu buatan Cina yang bisa diakses oleh para turis disana. Dan karena Sea dan juga Mas Kala sedang berada di Cina, maka Mona juga harus memiliki aplikasi tersebut agar bisa berkomunikasi dengan lancar.
Mas Kala? gumam Mona dalam hati. Jantung Mona mendadak berdebar. Mona melihat notifikasi pesan masuk berupa foto. Ngapain Mas Kala ngirim foto? tanya lagi dalam hati. Mona buru-buru membuka pesan dari Kala. Di detik itu juga, Mona memekik tanpa suara. ASTAGAAAAAA... Mas Kala ketemu Mbak Sea.
"Mon, kok tiba-tiba diem?" tanya Sea yang kebingungan karena lawan bicaranya berhenti bersuara.
Mona tergeragap, kemudian mencoba memulihkan diri dari keterkejutannya. "Oh maaf, Mbak. Gue barusan lagi di lift. Sinyalnya hilang kayaknya," ucap Mona berbohong.
"Oh gue kirain kenapa. Ya udah, ya. Gue mau ke hotel dulu. Lo hati-hati pulangnya. Bye." Sea menyudahi percakapannya dengan Mona saat dilihatnya Nura dan Noni sudah berjalan kearahnya.
"Bye, Mbak." Mona segera menutup sambungan telponnya.
Jantung Mona berdetak tak keruan. Pesan demi pesan kembali masuk dari Kala.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA SEA (TAMAT)
RomanceKala adalah seorang dokter yang nyaris tidak bisa beranjak dari luka kisah percintaan masa lalunya. Sementara Sea adalah seorang dosen yang belum ingin membuka hati untuk mencintai karena takut terluka oleh orang yang salah. Keduanya ditautkan pada...