Chapter 8

1K 176 3
                                    

~~~ Happy Reading ~~~


(Y/n) dan Harry saling mengobrol. Mereka juga menceritakan keseharian mereka sebelum mendapatkan surat dari Hogwarts. Perlahan (Y/n) merasa kelelahan. Dia menyandarkan kepalanya ke bahu Harry dan mulai memejamkan matanya.

Pintu ruangan mereka tiba-tiba digeser dan terbuka. Membuat (Y/n) tidak jadi bersandar ke Harry dan membuka kedua matanya lagi. Seorang anak lelaki dengan rambut merah melihat ke arah mereka dengan tatapan malu-malu.

"Maaf, maukah kalian berbagi kamar?" tanyanya sambil menunjuk kursi di depan Harry (Y/n). "Di tempat lain sudah penuh."

Harry dan (Y/n) sama sekali tidak masalah kalau anak laki-laki bersurai merah itu satu ruangan dengan mereka berdua. Tiba-tiba saja Nagiko yang melilitkan tubuhnya di leher (Y/n) seperti berdesis tak suka. (Y/n) mengelus kepala ular kesayangannya. Anak laki-laki itu tampak terkejut mendengar suara seekor ular.

"Maaf." (Y/n) bingung dengan tingkah ularnya yang tiba-tiba menjadi sensitif. "Aku tidak tahu mengapa dia melakukan itu. Nagiko itu baik, aku bersumpah."

Anak itu mulai tenang dan dengan hati-hati duduk di depan mereka. Dia mengirim pandangan waspada pada (nama), sebelum fokusnya diaktifkan pada Harry. Atau bisa dibelakang ke bekas luka di dahi Harry. Nagiko kembali tenang dan tidur lagi.

Dia memandang Harry dan kemudian melihat dengan cepat ke luar jendela, berpura-pura dia tidak melihat. Secara tak sengaja (Y/n) melihat ada tanda hitam di hidung anak itu. Dia ingin menegur anak tersebut.

"Hei-"

Si kembar kembali. "Dengar, kita akan turun di tengah kereta, Lee Jordan punya tarantula raksasa di sana."

"Terserah kalian saja." gumam Ron.

"Halo Harry, dan orang asing," kata si kembar lainnya sambil menatap ke arah (Y/n).

"Apa kita bisa memperkenalkan diri? Fred dan George Weasley. Dan ini adalah Ron, saudara kami. Sampai nanti, kalau begitu."

"Ah, salam kenal, Fred dan George."

Si kembar Weasley menutup pintu ruang di samping mereka.

"Apakah kamu benar-benar Harry Potter?" Ron berkata tanpa berpikir

Harry mengangguk kepalanya.

"Oh, aku pikir itu mungkin salah satu lelucon Fred dan George," kata Ron.

"Dan kau benar-benar punya, kau tahu..." dia menunjuk dahi Harry.

Harry menaikkan poninya untuk menunjukkan bekas luka kilat yang dia dapatkan dari Voldemort, yang tak lain adalah ayah kandung dari (Y/n) sendiri. Ron menatapnya dengan kagum dan tidak menyangka kalau dia akan bertemu dengan anak legenda.

"Jadi, kau tahu kau-tahu-siapa yang sebenarnya (sebutan lain untuk Voldemort)?"

"Ya." Harry menurunkan lagi poninya. "Tapi aku tidak bisa mengingatnya."

"Tidak ingat?" tanya Rin yang merasa keheranan.

"Yah, aku hanya ingat banyak lampu hijau, tapi tidak ada yang lain."

"Wow." gumam Ron.

Ron dan (Y/n) menatap ke arah Harry. Harry menyadari kalau mereka sedang menatapnya, langsung menatap ke mereka juga. Ron dan (Y/n) cepat-cepat memalingkan wajah dari Harry, berharap kalau mereka tidak membuat Harry menjadi merasa tidak nyaman.

"Apakah semua keluargamu adalah penyihir?" tanya Harry.

Sepertinya dia ingin tahu tentang kehidupan Ron.

"Er--ya, kurasa begitu." Ron ragu menjawabnya. "Saya pikir ibuku punya sepupu kedua yang seorang akuntan, tapi kami tidak pernah berbicara tentang dia."

"Jadi kau pasti sudah tahu banyak tentang sihir." gumam Harry.

"Kudengar kau tinggal dengan para muggle. Seperti apa mereka?" kali ini yang bertanya adalah Ron.

"Mengerikan." ungkap Harry dan dia kembali menambahkan beberapa kalimat. "Tapi tidak semuanya. Hanya bibi, paman dan sepupuku saja  Aku berharap punya tiga saudara penyihir."

"Lima." mendadak aura Ron berubah menjadi kelam. "Aku yang keenam di keluarga kami untuk pergi ke Hogwarts. Bisa dibilang aku ini memiliki banyak cobaan hidup. Bill dan Charlie sudah pergi. Bill adalah ketua dan Charlie adalah kapten Quidditch. Sekarang Percy adalah ketua asrama. Fred dan George sering mengacau, tapi mereka masih mendapat nilai bagus dan semua orang berpikir mereka lucu. Semua orang mengharapkan saya untuk melakukan seperti yang lain, tetapi jika saya lakukan, itu bukan masalah besar. Karena mereka melakukannya terlebih dahulu. Kamu tidak pernah mendapatkan sesuatu yang baru dan  baik, dengan lima saudara. Aku punya jubah tua Bill, tongkat tua Charlie, dan tikus tua milik Percy."

Ron masuk ke dalam jaketnya dan mengeluarkan seekor tikus abu-abu gemuk, yang sedang tidur. "Namanya Scabbers dan dia tidak berguna, dia hampir tidak pernah bangun. Percy mendapat burung hantu dari ayahku karena telah menjadi ketua asrama, tapi mereka tidak bisa begitu saja- maksudku, aku punya Scabbers sebagai gantinya."

Telinga Ron menjadi merah muda. Dia tampaknya berpikir dia berkata terlalu banyak. Dia kembali menatap keluar jendela kereta api.

~~~ Bersambung ~~~

The Daughter of A Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang