Chapter 47

250 20 0
                                    

~~~ Happy Reading ~~~


"Harus panggil Filch, harus, kalau ada makhluk tidak tampak berkeliaran." mendadak Harry mendapat ide.

"Peeves," katanya, berbisik serak. "Baron Berdarah punya alasan sendiri untuk tidak menampakkan diri."

Peeves nyaris jatuh dari udara saking kagetnya.Tapi dia berhasil menguasai diri dan melayang kira-kira tiga puluh senti dari tangga.

"Maaf sekali, Yang Berdarah, Mr Baron, Sir," katanya. "Salahku, salahku—aku tidak melihatmu. Tentu saja tidak, kau tidak kelihatan, maafkan gurauan kecil Peevsie, Sir."

"Aku ada urusan di sini, Peeves," kata Harry serak. "Pergilah jauh-jauh dari tempat ini malam ini."

"Baik, Sir, aku akan pergi," kata Peeves, melayang naik lagi. "Mudah-mudahan urusanmu berjalan lancar, Baron. Aku tidak akan mengganggumu."

Dan dia pun melayang pergi.

"Brilian, Harry!" bisik Ron.

"Ide yang sangat cemerlang." bisik (Y/n).

Beberapa detik kemudian, mereka sudah berada di luar koridor lantai tiga dan pintunya sudah menganga sedikit.

"Wah," kata Harry muram. "Rupanya Snape sudah berhasil melewati Fluffy."

Melihat pintu yang terbuka itu, ketiganya menyadari apa yang akan mereka hadapi. Di bawah selubung jubah, Harry menoleh kepada kedua temannya.

"Jika kalian ingin kembali, aku tidak akan menyalahkan kalian," katanya. "Kalian boleh memakai jubah ini, aku sudah tidak memerlukannya lagi sekarang."

"Jangan bodoh," kata Ron.

"Kami ikut," kata Hermione.

"Kami tidak akan membiarkanmu melakukannya sendiri, Harry," kata (Y/n).

Harry mendorong pintu hingga terbuka. Ketika pintu itu berderit, telinga mereka menangkap bunyi geraman rendah. Ketiga pasang cuping hidung anjing itu mengendus-endus liar ke arah mereka, meskipun tidak bisa melihat mereka.

"Apa itu di kakinya?" bisik Hermione.

"Kelihatannya harpa," jawab Ron. "Tentu Snape yang meninggalkannya di situ."

"Anjing itu pastilah langsung terbangun begitu Snape berhenti bermain," kata Harry

"Nah, sekarang giliran kita...."

Harry meletakkan seruling Hagrid ke bibirnya dan meniupnya. Tak bisa disebut lagu, tetapi begitu mendengar nada pertama, mata binatang itu mulai meredup. Harry nyaris tak
berani menarik napas. Perlahan-lahan, geraman anjing itu mereda. Dia terhuyung dan mendekam pada lututnya, lalu ambruk ke lantai, tertidur nyenyak.

"Mainkan terus," Ron
memperingatkan Harry ketika mereka keluar dari bawah jubah dan berjingkat menuju ke pintu jebakan.

Mereka bisa merasakan napas si anjing yang panas dan berbau ketika mereka mendekati kepala-kepala raksasa itu.

"Kurasa kita akan bisa membuka pintunya," kata Ron, melongok melewati punggung si anjing. "Mau masuk duluan, Hermione?"

"Tidak."

"Baiklah." Ron mengertakkan gigi dan hati-hati melangkahi kaki si anjing.

Dia membungkuk dan menarik gelang-gelang pada pintu jebakan, yang langsung menjeblak ke atas dan membuka.

"Apa yang bisa kau lihat?" tanya Hermione cemas.

"Tidak ada, cuma gelap, tak ada tangga turun, kita harus lompat."

The Daughter of A Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang