~~~ Happy Reading ~~~
Ketika Neville Longbottom, anak yang selalu kehilangan kataknya dipanggil namanya, dia terjatuh waktu berjalan ke bangku. Si topi perlu waktu lama untuk mengambil keputusan bagi Neville.
Hingga akhirnya topi itu meneriakkan "GRYFFINDOR!"
Neville berlari masih memakai
topi itu, dan terpaksa kembali di tengah riuhnya tawa untuk memberikannya kepada Professor McGonagall."Draco Malfoy."
Draco berjalan dengan sok ketika namanya dipanggil dan keinginannya langsung terkabul. Begitu menyentuh kepalanya, si topi langsung berteriak, "SLYTHERIN!"
Malfoy bergabung dengan teman-temannya Crabbe dan Goyle, wajahnya kelihatan puas. Tidak banyak lagi yang tinggal sekarang.
"Moon Not."
"Pansy Parkinson."
Kemudian sepasang gadis kembar. Lalu "Perks, Sally-Anne".
Hingga akhirnya nama Harry di panggil. Saat Harry melangkah ke depan, bisik-bisik tiba-tiba menjalar seperti api yang mendesis di seluruh aula.
"Potter, dia menyebut begitu?"
"Si Harry Potter yang itu?"
Hal terakhir yang dilihat Harry sebelum topi menutupi matanya adalah anak-anak se-aula menjulurkan leher agar bisa melihatnya lebih jelas. Detik berikutnya yang kelihatan
adalah bagian dalam topi yang hitam. Dia menunggu."Hmmm," terdengar suara kecil di telinganya. "Sulit. Sangat sulit. Keberanian besar, rupanya. Otak juga encer. Ada bakat, oh, astaga, ya. Lalu ada kehausan untuk membuktikan diri, ah, itu menarik... Jadi, sebaiknya di mana aku tempatkanmu?"
Harry mencengkeram tepi
bangku dan membatin, Jangan Slytherin, jangan Slytherin."Jangan Slytherin, eh?" kata suara kecil itu. "Kau yakin? Kau bisa jadi penyihir hebat lho, semuanya ada di kepalamu, dan Slytherin bisa membantumu mencapai kemasyhuran, tak diragukan lagi—tidak? Yah, kalau kau yakin—lebih baik GRYFFINDOR!"
Harry mendengar si topi meneriakkan kata terakhir itu ke aula. Dia mencopot topinya
dan berjalan dengan gemetar menuju meja Gryffindor. Dia lega sekali sudah dipilih dan tidak ditempatkan di Slytherin, sehingga dia nyaris tidak memperhatikan bahwa dia mendapat sambutan yang paling meriah. Percy si Prefek bangkit dan menjabat tangannya dengan
penuh semangat, sementara si kembar Weasley memekik."Kami dapat Potter! Kami dapat Potter!" Harry duduk berhadapan dengan hantu berkerah rimpel yang sebelumnya sudah dilihatnya. Si hantu mengelus lengannya, membuat Harry merasa dia mendadak dicemplungkan ke dalam seember air es. Harry bisa melihat Meja Tinggi dengan jelas sekarang. Di ujung yang paling dekat duduk Hagrid, yang bertatap mata dengannya dan mengacungkan kedua ibu jarinya.
Harry balas tersenyum. Dan di tengah Meja Tinggi itu, dalam kursi besar
emas, duduklah Albus Dumbledore, Harry langsung mengenalinya dari kartu yang didapatnya dari Cokelat Kodok di kereta api tadi. Rambut keperakan Dumbledore adalah
satu-satunya di dalam Aula yang berkilau sama terangnya dengan para hantu. Harry melihat Profesor Quirrell juga, si laki-laki muda gugup yang ditemuinya di Leaky Cauldron. Profesor Quirrell kelihatan aneh sekali dengan memakai turban besar ungu.Sekarang tinggal 4 anak lagi untuk diseleksi. "Dean Thomas" seorang anak laki-laki berkulit hitam dan lebih tinggi dari Ron, bergabung dengan Harry di meja Gryffindor.
"Lisa Turpin." menjadi anggota Ravenclaw, dan kemudian tibalah giliran Ron. Ron sudah pucat pasi
sekarang.Harry menyilangkan jari di bawah meja, mengharap keberuntungan dan sedetik kemudian si topi berteriak, "GRYFFINDOR!"
Yang tersisa hanyalah (Y/n). Ketika dia melangkah ke arah tempat duduk untuk di seleksi, suasana aula menjadi berat. Dumbledore saja sampai terdiam. Dia ingat aura yang di keluarkan oleh (Y/n). Aura yang sama seperti milik Voldemort. Ternyata apa yang dikatakan oleh Adelle itu benar, dia harus melakukan apa yang diharapkan oleh mantan murid kesayangannya dulu.
"Berani dan memiliki semangat yang tinggi seperti Gryffindor, cerdas seperti Ravenclaw, pekerja keras seperti Hufflepuff, dan berambisi kuat seperti Slytherin." topi seleksi masih menentukan asrama yang cocok untuk (Y/n). "Aku ingin sekali memasukkanmu di asrama Gryffindor, tapi kalau dia sampai tahu maka dia akan sangat marah keturunannya sampai aku masukan ke asrama yang bukan miliknya."
"Huh? Memangnya siapa?" tanya (Y/n) yang keheranan.
"Salazar Slytherin."
Seketika sosok yang disebut oleh topi seleksi tadi langsung muncul di hadapan (Y/n). Membuat semua penghuni di dalam aula besar terdiam. Bahkan para hantu dan sosok-sosok yang ada di dalam lukisan juga ikutan terdiam.
Salazar Slytherin, pendiri dari asrama Slytherin. Dia adalah kakek leluhur dari (Y/n) dan Harry. Salazar memegang dagu (Y/n) dan menatap penuh selidik kepada sang gadis. Membuat (Y/n) bisa merasakan dingin di dagunya yang sedang dipegang oleh Salazar.
"Mata hijau itu sangat melambangkan sosok Slytherin. Ditambah aura ini, tentu saja setiap keturunanku memilikinya. Senang sekali bisa mengetahui kalau salah satu dari keturunanku selain dia telah datang dan bersekolah di sini."
Akhirnya (Y/n) resmi bergabung ke Slytherin. Dia duduk di samping Pansy dan hanya bisa memasang ekspresi wajah kusut karena tidak masuk ke dalam asrama Gryffindor. Mengingat orang-orang yang dia kenal berada di sana.
~~~ Bersambung ~~~