~~~ Happy Reading ~~~
(Y/n) sedang berkonsentrasi membaca bukunya. Tiba-tiba Draco datang dan memukul meja cukup kuat. Membuat konsentrasi (Y/n) menjadi hilang.
"Apa yang kau inginkan, Malfoy?"
"Sudah berapa kali kubilang, berhentilah bergabung dengan Gryffindor. Terutama jauhilah si Potter!"
(Y/n) menatap tajam ke arah Draco. "Aku dan Harry adalah teman sebelum masuk ke Hogwarts. Kau tidak ada berhak untuk melarangku untuk dekat dengan orang lain terutama dengan Harry. Lagi pula kita ini hanyalah teman biasa saja. Hubunganku dengan kau tidak dekat seperti aku dengan Harry. Jadi berhentilah mengatur dengan siapa aku berteman, Malfoy."
(Y/n) berjalan ke kamar asramanya. Dia jadi jengkel karena Draco. Sedangkan Draco merasa kesal karena (Y/n) menghiraukan ucapannya.
Semakin dekat hari pertandingan, Harry semakin cemas, walaupun dia tidak
mengatakan begitu kepada Ron dan Hermione. Para anggota tim lainnya juga tidak begitu tenang. Ide menyusul Slytherin dalam Kejuaraan Antar-Asrama sungguh menyenangkan, belum pernah ada yang berhasil selama tujuh tahun ini, tetapi bisakah mereka melakukannya
dengan wasit yang begitu memihak?Harry tak tahu apakah ini hanya sekadar khayalannya saja atau bukan, tetapi rasanya dia selalu bertemu Snape, ke mana pun dia pergi. Kadang-kadang dia jadi bertanya-tanya sendiri, apakah Snape membuntutinya, mencari-cari kesempatan untuk bisa menangkapnya
kalau sedang sendirian. Pelajaran ramuan sudah berubah menjadi siksaan mingguan, karena Snape bersikap sangat menyebalkan terhadap Harry.Mungkinkah Snape tahu bahwa Harry dan ketiga sahabatnya tahu tentang Batu Bertuah? Rasanya tidak mungkin, tetapi kadang-kadang Harry merasa bahwa Snape bisa membaca pikiran orang.
Harry tahu, ketika mengucapkan selamat bertanding di luar kamar ganti, Ron dan Hermione dalam hati bertanya-tanya apakah mereka masih akan melihatnya dalam keadaan
hidup. Ini tak bisa dibilang menyenangkan. Harry nyaris tidak mendengar nasihat Wood ketika dia memakai jubah Quidditch dan mengambil Nimbus Dua Ribu-nya.
Ron dan Hermione, sementara itu, telah mendapatkan tempat duduk di tribun dekat Neville, yang tidak bisa mengerti mengapa mereka berdua kelihatan begitu muram dan cemas, ataupun kenapa mereka berdua membawa tongkat ke pertandingan.Harry sama sekali tak tahu bahwa Ron dan Hermione diam-diam telah berlatih Kutukan Kaki Terkunci. Mereka mendapat ide ini dari Malfoy yang menggunakannya pada Neville, dan mereka siap menggunakannya pada Snape jika dia menunjukkan tanda-tanda ingin mencelakakan Harry.
"Jangan lupa, mantranya Locomotor Mortis." Hermione bergumam ketika Ron menyelipkan tongkatnya ke dalam lengan jubahnya.
"Sudah tahu," tukas Ron. "Jangan cerewet."
Di dalam kamar ganti, Wood mengajak
Harry bicara berdua."Bukannya aku mau menekanmu, Potter, tetapi kalau sampai ada kebutuhan untuk menangkap Snitch seawal mungkin, sekaranglah saatnya. Selesaikan pertandingan sebelum
Snape bisa terlalu banyak memihak Hufflepuff.""Seluruh sekolah ada di luar sana!" kata Fred Weasley, mengintip dari pintu.
"Bahkan...astaga... Dumbledore juga nonton!"
Jantung Harry seperti mau meloncat.
"Dumbledore?" katanya seraya berlari ke pintu untuk melihat sendiri.
Fred benar. Jenggot perak itu tak mungkin keliru. Ingin rasanya Harry tertawa keras-keras saking leganya. Dia aman. Jelas Snape tak akan berani mencoba mencelakainya jika ada Dumbledore. Mungkin itulah sebabnya Snape kelihatan marah sekali ketika kedua tim berjalan memasuki lapangan. Ron juga melihatnya.
"Belum pernah kulihat Snape segalak ini," katanya kepada Hermione. "Lihat... mereka mulai. Ouch!"
Ada yang menyodok belakang kepala Ron. Malfoy.
"Oh, sori, Weasley aku tidak lihat kau di situ."
Malfoy nyengir lebar kepada Crabbe dan Goyle.
"Berapa lama Potter bisa bertahan di atas sapunya kali ini, ya? Ada yang mau bertaruh? Bagaimana kalau kau, Weasley?"
Ron tidak menjawab. Snape baru saja memberikan penalti kepada Hufflepuff karena George Weasley telah melempar Bludger kepadanya. Hermione—yang menyilangkan semua jarinya di atas pangkuan untuk mendapatkan keberuntungan, memandang lekat-lekat pada Harry yang berputar-putar mengitari tim yang bertanding, mencari-cari Snitch.
"Kalian tahu bagaimana menurutku cara mereka memilih anggota tim Gryffindor?" kata Malfoy keras-keras.
Beberapa menit kemudian, ketika Snape kembali menghadiahkan lemparan penalti kepada Hufflepuff tanpa alasan apapun.
"Yang dipilih orang-orang yang memang patut dikasihani. Lihat saja, ada si Potter, yang tidak punya orang tua, lalu si kembar Weasley, yang tidak punya uang. Kau mestinya masuk tim, Longbottom. Kau kan tidak punya otak."
Wajah Neville merah padam, tetapi dia berbalik di tempat duduknya untuk menghadapi Malfoy.
"Aku berharga dua belas kali lipat dirimu, Malfoy" katanya tergagap.
Malfoy Crabbe, dan Goyle tertawa terbahak-bahak, tetapi Ron yang masih tidak berani mengalihkan pandangannya dari pertandingan berkata, "Kau benar, Neville."
"Longbottom, kalau otak terbuat dari emas, kau lebih miskin daripada si Weasley. Uh, sarah banget deh."
Saraf Ron sudah tegang sekali saking cemasnya ia pada Harry.
"Kuperingatkan kau, Malfoy satu kata lagi..."
"Ron!" seru Hermione tiba-tiba. "Harry...!"
"Apa? Di mana?"
Harry mendadak melakukan tukikan luar biasa, membuat para penonton terpekik
kagum dan bersorak riuh. Hermione berdiri, jarinya tersilang di depan mulutnya ketika Harry melesat ke bawah seperti luncuran peluru"Kau beruntung, Weasley. Potter rupanya melihat kepingan uang di tanah!" kata Malfoy.
Kesabaran Ron habis sudah. Sebelum Malfoy sadar apa yang terjadi, Ron sudah berada di atas tubuhnya, memukulnya ke tanah. Neville ragu-ragu, kemudian memanjat punggung bangkunya untuk membantu.
"Ayo, Harry!" jerit Hermione, melompat naik ke atas bangkunya agar bisa melihat lebih jelas ketika Harry meluncur tepat ke arah Snape.
Hermione bahkan tidak menyadari Malfoy dan Ron yang bergulingan di bawah tempat duduknya, ataupun baku hantam dan pekikan-pekikan yang bermunculan dari tengah hujan pukulan yang berasal dari Neville, Crabbe, dan Goyle.
(Y/n) yang sedang duduk di samping Dumbledore merasakan kepalanya berdenyut sakit. Tak lama setelah itu, terdengar suara ayahnya di kedua telinganya. Dari suara ayahnya itu, bisa (Y/n) tangkap maksudnya. Ayahnya meminta dia pulang ke kastil, tapi dirinya takut kalau sang ayah akan marah besar saat dia kembali ke kastil.
Untuk sekarang, (Y/n) memilih untuk menyembunyikan dirinya dari sang ayah. Dia harap ayahnya tidak akan bertambah marah dengannya karena dia memilih bersembunyi darinya.
~~~ Bersambung ~~~