Chapter 21

667 96 0
                                    

My Dandelion belum bisa update karena data saya tidak mencukupi buat buka Webtoon.

~~~ Happy Reading ~~~


"Kau pasti bercanda."

Saat ini mereka sedang makan malam. Harry baru saja selesai bercerita pada Ron apa yang terjadi waktu dia meninggalkan lapangan bersama Profesor McGonagall. Ron sudah hendak menyuap pai daging yang sudah setengah, tapi pai itu terlupakan begitu saja.

"Seeker? Tetapi anak kelas satu tidak pernah, kau pastilah pemai termuda
selama..."

"... seabad ini," kata Harry lalu menyuapkan pai ke dalam mulutnya.

Dia merasa lapar sekali setelah kejadian seru sore ini.

"Wood bilang padaku."

Ron begitu kagum, dia hanya ternganga menatap Harry.

"Aku mulai latihan minggu depan. Tapi jangan bilang siapa-siapa.
Wood ingin merahasiakannya," kata Harry.

Fred dan George Weasley muncul di aula.Mereka melihat Harry dan bergegas mendekat.

"Bagus," kata George dengan suara pelan. "Wood bercerita kepada kami. Kami anggota tim juga dan posisi kami adalah Beater."

Rupanya mereka berdua pemukul bola.

"Kuberitahu kau, kita pasti akan memenangkan Piala Quidditch tahun ini," kata Fred.

"Kami belum pernah menang sejak Charlie pergi, tetapi tim tahun ini akan brilian. Kau pastilah
hebat, Harry, Wood nyaris melonjak-lonjak ketika dia memberitahu kami."

"Tapi kami harus pergi. Lee Jordan mengira dia telah menemukan lorong rahasia menuju ke luar sekolah."

"Taruhan pasti yang ditemukannya lorong di belakang patung Gregory si Penjilat, yang telah kami temukan pada minggu pertama kami di sini. Sampai ketemu."

Baru saja Fred dan George menghilang, muncullah anak lain yang sangat tidak diinginkan. Draco, diapit oleh Crabbe dan Goyle.

"Makan malam terakhir nih, Potter? Kapan kau naik kereta kembali ke dunia Muggle?"

"Kau jauh lebih berani sekarang setelah kembali ke tanah dan berada bersama teman-teman kecilmu," kata Harry tenang.

Tentu saja Crabbe dan Goyle sama sekali tidak kecil, tetapi karena meja tinggi penuh para guru, tak seorang pun dari mereka berdua bisa berbuat lain kecuali mengertakkan
buku-buku jari mereka dan merenggut.

"Aku siap menghadapimu sendirian kapan saja. Bahkan malam ini juga, kalau kau mau. Duel penyihir." Draco menantang Harry. "Hanya tongkat, tanpa kontak. Kenapa? Belum pernah dengar tentang duel penyihir, rupanya?"

"Tentu saja sudah," kata Ron, berpaling menghadap mereka.

"Aku orang keduanya. Siapa orang keduamu?"

Malfoy memandang Crabbe dan Goyle, menilai mereka. "Crabbe."

Draco menatap tajam ke Ron dan Harry. "Tengah malam nanti, oke? Kita bertemu di ruang piala, ruang itu tak pernah dikunci."

Setelah Malfoy pergi, Ron dan Harry berpandangan.

"Apa sih duel penyihir itu?" tanya Harry. "Dan apa maksudmu kau menjadi orang
keduaku?"

"Yah, orang kedua adalah orang yang akan mengambil alih kalau kau mati," kata Ron sambil menyuap painya yang sudah dingin.

Melihat ekspresi wajah Harry, dia
cepat-cepat menambahkan. "Tapi orang hanya mati dalam duel yang sesungguhnya, antara dua penyihir betulan. Paling maksimal yang bisa dilakukan kau dan Malfoy hanyalah saling kirim percikan bunga api. Kalian berdua belum menguasai cukup sihir untuk membuat bencana besar. Lagi pula, berani taruhan, sebetulnya dia mengharap kau menolak."

The Daughter of A Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang