Chapter 31

444 69 2
                                    

~~~ Happy Reading ~~~

Begitu liburan mulai, Ron, (Y/n) dan Harry kelewat senang sehingga tak sempat memikirkan Flamel. Kamar mereka hanya berisi mereka berdua dan ruang rekreasi jauh lebih kosong daripada biasanya, jadi mereka bisa duduk di kursi berlengan nyaman dekat perapian.

Mereka duduk lama sekali sambil makan segala macam yang bisa mereka tusuk dengan garpu panggang. Roti, kue, manisan, dan merencanakan cara-cara membuat Malfoy dikeluarkan. Asyik sekali membicarakan itu, walaupun jelas tidak akan terjadi. Ron juga mengajar Harry main catur sihir. Sebetulnya persis seperti catur Muggle, hanya saja bidak-bidaknya hidup, sehingga memainkannya serasa memimpin pasukan tentara dalam pertempuran.

Set permainan catur Ron sudah tua dan warna mulai pudar. Seperti semua
benda lain yang dimilikinya, papan catur itu dulunya milik orang lain dalam
keluarganya, dalam hal ini kakeknya. Meskipun demikian, bidak catur tua sama sekali bukan hambatan. Ron sudah kenal baik semuanya, sehingga dia tak pernah punya kesulitan
menyuruh mereka melakukan apa yang diinginkannya.

Harry bermain dengan buah-buah catur yang dipinjamkan Seamus Finnigan dan mereka sama sekali tidak mau menurut kepadanya. Dia belum pandai bermain dan bidak-bidak itu terus-menerus meneriakkan saran-saran kepadanya,
membuatnya bingung.

"Jangan suruh aku ke sana, apa kau tidak melihat perwira itu? Kirim dia saja, kalau kehilangan dia sih tidak apa-apa."

Pada Malam Natal, Harry pergi tidur dengan gembira, menantikan hari berikutnya, mengharapkan makanan dan kegembiraan, tetapi sama sekali tidak mengharapkan hadiah.Meskipun demikian, ketika pagi-pagi sekali dia bangun, yang pertama kali dilihatnya
adalah tumpukan kecil bungkusan di kaki tempat tidurnya.

"Selamat Natal," kata Ron masih mengantuk ketika Harry turun dari tempat tidur dan memakai jas kamarnya.

"Selamat Natal juga," kata Harry. "Coba lihat ini. Aku dapat hadiah!"

"Tentu saja. Memangnya kau mengharap dapat apa? Lobak?" kata Ron, menoleh memandang tumpukan hadiahnya, yang jauh lebih banyak daripada hadiah Harry.

Harry mengambil bungkusan paling atas. Hadiah ini terbungkus kertas cokelat tebal dan di atasnya ada tulisan untuk Harry, dari Hagrid. Di dalamnya ada seruling kayu yang buatannya kasar. Jelas Hagrid membuatnya sendiri. Harry meniupnya, kedengarannya agak mirip bunyi burung hantu. Yang kedua, amplop kecil berisi surat pendek

Kami menerima pesanmu dan terlampir hadiah Natal-mu. Dari paman Vernon dan bibi Petunia. Tertempel di surat itu dengan selotip adalah sekeping uang logam lima puluh pence.

"Wah, mereka baik," kata Harry.
Ron terpesona melihat keping lima puluh pence itu.

"Aneh," katanya. "Bentuknya ajaib. Ini uang?"

"Boleh buatmu." Dia tertawa melihat betapa gembiranya Ron. "Hagrid dan
bibi dan pamanku, jadi siapa yang mengirim ini?"

"Kurasa aku tahu yang itu dari siapa," kata Ron, wajahnya agak memerah, seraya menunjuk bungkusan yang bentuknya tak beraturan.

"Ibuku. Aku bilang padanya kau tidak berharap mendapat hadiah dan oh, tidak." dia mengeluh. "Dia membuatkanmu rompi  Weasley."

Harry sudah merobek bungkusan itu dan menemukan sweter rajutan tanpa lengan berwarna hijau zamrud dan satu kotak besar bonbon lunak buatan sendiri.

"Setiap tahun dia membuatkan kami rompi," kata Ron, seraya membuka bungkusannya sendiri. "Dan rompiku selalu merah tua."

"Ibumu baik sekali," kata Harry.

Dia mencoba bonbonnya, yang ternyata enak sekali. Hadiahnya berikutnya juga berisi makanan kecil, sekotak besar Cokelat Kodok dari Hermione.
Tinggal 3 hadiah lagi. Harry mengambil kedua kotak hadiah. Ternyata yang kedua kotak itu berasal dari (Y/n) dan bibi Adelle. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Harry pun membukanya. Hadiah dari (Y/n) adalah sebuah kalung yang di dalamnya terdapat foto dirinya juga (Y/n). Sedangkan hadiah sarung tangan dan syal rajutan.

Harry lalu memakai syal dari bibi Adelle dan kalung dari (Y/n). Dia lalu mengambil hadiah terakhir. Dia memegangnya dan menimbang-nimbangnya. Terasa sangat ringan sekali. Dibukanya bungkus hadiah itu. Sesuatu yang licin berwarna abu-abu keperakan meluncur ke lantai, teronggok berkilauan. Ron kaget sekali.

"Aku sudah mendengar tentang itu," katanya terpesona, kotak Kacang-Segala-Rasa yang didapatnya dari Hermione sampai terjatuh. "Kalau itu betul seperti dugaanku, itu sangat
langka dan sangat berharga."

"Apa ini?" Harry memungut kain berkilau keperakan itu dari lantai.

Rasanya aneh, seperti air yang ditenun menjadi kain.

"Ini Jubah Gaib," kata Ron, wajahnya tampak kagum. "Aku yakin ini Jubah Gaib. Coba pakai."

The Daughter of A Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang