Chapter 29

453 72 0
                                    

~~~ Happy Reading ~~~


Sebelum Ron sempat mengucapkan sepatah kata, Hermione sudah lenyap. Ron kembali mengarahkan teropong kepada Harry. Sapunya bergetar begitu hebat, sehingga nyaris tak mungkin baginya untuk bergantung lebih lama lagi. Semua penonton berdiri, mengawasi dengan cemas ketika si kembar Weasley terbang ke atas, mencoba menyelamatkan Harry dengan menariknya ke atas salah satu sapu mereka, tetapi percuma, setiap kali mereka berhasil mendekat, sapu Harry akan melompat makin tinggi
lagi.

Mereka menukik turun dan memutar di bawahnya, rupanya berharap menangkap Harry jika dia jatuh. Marcus Flint menyambar Quaffle dan mencetak gol lima kali tanpa ada yang memperhatikan.

"Ayo, Hermione," Ron bergumam putus asa.

Hermione dengan susah payah berusaha menuju deretan tempat duduk tempat Snape berdiri dan sekarang berlarian di deretan di belakangnya. Dia bahkan tidak berhenti untuk meminta maaf ketika menabrak Profesor Quirrell sampai jatuh terjerembap ke deretan di
depannya. Setibanya di tempat Snape, Hermione berjongkok, mencabut tongkatnya, dan membisikkan beberapa kata pilihan. Nyala api biru meluncur dari ujung tongkatnya, menyambar ujung jubah Snape.

Perlu kira-kira tiga puluh detik bagi Snape untuk menyadari bahwa jubahnya terbakar. Jeritan mendadaknya cukup membuat Hermione tahu dia telah melaksanakan tugasnya. Diraupnya api itu dari jubah Snape dan dimasukkannya ke dalam botol kecil di sakunya, lalu dia berjalan kembali sepanjang deretan tempat duduk yang dilewatinya tadi—Snape tak akan tahu apa yang telah terjadi. Tetapi itu cukup. Di angkasa, Harry mendadak saja bisa naik kembali ke atas sapunya.

"Neville, kau boleh lihat sekarang!" kata Ron.

Selama lima menit terakhir ini Neville
terisak-isak menyembunyikan wajah di jaket Hagrid. Harry sedang meluncur ke bawah ketika penonton melihatnya mengatupkan tangan ke mulutnya, seakan dia mau muntah. Dia mendarat di lapangan dengan tangan dan
kakinya terantuk dan sesuatu yang keemasan jatuh ke tangannya.

"Aku berhasil mendapatkan Snitch!" teriaknya seraya melambaikan Snitch itu di atas kepalanya, dan permainan pun berakhir dengan hiruk-pikuk penuh kebingungan.

"Dia tidak menangkapnya, dia nyaris menelannya."

Flint masih uring-uringan dua puluh menit kemudian, tetapi tak ada gunanya Harry tidak melanggar peraturan, dan Lee Jordan dengan suka cita masih terus mengumandangkan komentarnya. Gryffindor menang dengan skor seratus tujuh puluh lawan enam puluh. Meskipun demikian, Harry sama sekali tidak mendengar semua ini.

Dia sedang menghadapi secangkir teh pekat di pondok Hagrid, ditemani Ron, (Y/n) dan Hermione.

"Snape pelakunya," Ron menjelaskannya. "Hermione dan aku melihatnya. Dia komat-kamit mengutuk sapumu, sama sekali tak melepas pandangannya darimu."

(Y/n) terkejut karena mendengar bahwa pelakunya adalah Profesor Snape. Mana mungkin Profesornya itu melakukan hal yang tidak baik kepada Harry. Dia tahu kalau Profesor Snape memang tidak menyukai Harry, tapi mana mungkin dia melakukan sampai sejauh itu.

"Omong kosong," kata Hagrid, yang sama sekali tak tahu apa yang terjadi di sebelahnya di arena tadi. "Untuk apa Snape lakukan hal macam itu?"

Harry, Ron, dan Hermione saling pandang, bingung bagaimana menjelaskannya. Harry memutuskan untuk berterus terang.

"Aku tak sengaja tahu sesuatu tentang dia," katanya kepada Hagrid. "Dia mencoba melewati anjing kepala tiga itu pada malam Halloween. Anjing itu menggigitnya. Kami menduga dia ingin mencuri entah apa yang dijaga anjing itu."

Teko teh yang dipegang Hagrid sampai terjatuh. "Bagaimana kalian sampai bisa tahu tentang Fluffy?

"Fluffy?"

"Yeah, dia anjingku. Kubeli dari orang Yunani yang ketemu aku di rumah minum tahun lalu. Kupinjamkan dia ke Dumbledore untuk jaga..."

"Ya?" pancing Harry penuh semangat.

"Jangan tanya-tanya lagi," tukas Hagrid keras. "Itu rahasia besar."

"Tapi Snape mau mencurinya."

"Omong kosong," kata Hagrid lagi. "Snape guru Hogwarts, dia tidak akan berbuat begitu."

"Kalau begitu, kenapa dia mau membunuh Harry?" seru Hermione.

Kejadian sore itu rupanya telah mengubah penilaian Hermione tentang Snape.

"Aku bisa mengenali orang yang mau berbuat buruk, Hagrid, aku sudah membaca banyak tentang itu. Kita harus mempertahankan kontak mata, dan Snape sama sekali tidak berkedip. Aku melihatnya!"

"Kuberitahu kalian, kalian keliru!" kata Hagrid panas. "Aku tak tahu kenapa sapu Harry bertingkah seperti itu, tapi Snape tidak akan coba bunuh murid! Sekarang, dengarkan aku, kalian bertiga, kalian campuri hal-hal yang bukan urusan kalian. Itu berbahaya. Lupakan saja anjing itu dan lupakan apa yang di jaganya, itu urusan Profesor Dumbledore dan Nicolas Flamer..."

"Aha!" ceplos Harry. "Jadi ada orang bernama Nicolas Flamel yang terlibat, kan?"

Hagrid kelihatan marah sekali pada dirinya sendiri.

Natal hampir tiba. Suatu pagi di pertengahan Desember, Hogwarts terbangun dalam keadaan sudah berselimut salju setebal kira-kira satu meter. Danau sudah keras membeku
dan si kembar Weasley di hukum karena menyihir beberapa bola salju untuk mengikuti Quirrell, dan memantul-mantul dari bagian belakang turbannya. Sedikit burung hantu yang berhasil menembus langit berbadai salju untuk mengantar surat, harus dirawat Hagrid sampai
sehat betul sebelum mereka bisa terbang lagi.

Semua sudah tak sabar menunggu datangnya liburan. Walaupun ruang rekreasi Gryffindor dan Aula Besar punya perapian yang menyala-nyala, koridor-koridor yang biasa berangin telah menjadi sedingin es dan angin dingin
kencang menerpa jendela-jendela kelas sampai bergetar. Yang paling parah kelas Profesor Snape di ruang bawah tanah. Di dalam ruang itu napas mereka langsung berubah jadi kabut di depan mata dan mereka berusaha berada sedekat mungkin dengan kuali-kuali panas mereka.

"Aku sungguh kasihan," kata Draco Malfoy dalam salah satu pelajaran Ramuan. "Pada semua anak yang terpaksa tinggal di Hogwarts selama liburan Natal karena mereka tidak
diinginkan di rumahnya."

Dia bicara begitu sambil menoleh memandang Harry. Crabbe dan Goyle tertawa-tawa kecil. Harry yang sedang menakar bubuk tulang punggung ikan lepu, tidak memedulikan mereka. Malfoy menjadi semakin menyebalkan sejak pertandingan Quidditch yang lalu. Kesal
karena Slytherin kalah, dia mencoba membuat lelucon dengan mengatakan kodok bermulut besar akan menggantikan Harry sebagai Seeker dalam pertandingan berikutnya.

Kemudian disadarinya bahwa tak seorang pun menganggap ini lucu, karena anak-anak amat terkesan
dengan bagaimana Harry bisa bertahan di atas sapunya yang menggila. Maka Malfoy yang iri dan marah, kembali mengejek Harry dengan mengungkit-ungkit bahwa Harry tak punya keluarga.

Memang betul Harry tidak akan pulang ke Privet Drive Natal ini. Profesor McGonagall telah berkeliling minggu sebelumnya, mencatat nama anak-anak yang akan tinggal di Hogwarts selama liburan, dan Harry langsung mendaftar. Dia sendiri sama sekali tidak berkecil hati, mungkin ini bahkan akan jadi Natal paling menyenangkan baginya. Ron dan
kakak-kakaknya juga akan tinggal, karena Mr dan Mrs Weasley akan ke Rumania untuk menengok Charlie.

Ketika meninggalkan ruang bawah tanah pada akhir pelajaran Ramuan, mereka melihat pohon cemara besar memblokir koridor di depan. Dua kaki raksasa yang muncul di bagian bawahnya dan napas keras tersengal-sengal memberitahu mereka Hagrid ada di belakang pohon itu.

"Hai, Hagrid, perlu bantuan?" Ron bertanya, seraya menjulurkan kepalanya di antara dahan-dahan. "Tidak, aku tak apa-apa. Terima kasih, Ron."


~~~ Bersambung ~~~

The Daughter of A Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang