Chapter 14

954 153 3
                                    

~~~ Happy Reading ~~~

Profesor McGonagall menggulung perkamennya dan mengambil kembali si Topi Seleksi.
Harry menatap piring emasnya yang kosong. Dia baru sadar betapa laparnya dia. Pastel labu tadi serasa sudah seabad lamanya. Albus Dumbledore lalu berdiri. Dia tersenyum kepada anak-anak, lengannya terbuka lebar-lebar, seakan tak ada yang lebih membuatnya senang daripada melihat mereka semua ada di sana.

"Selamat datang!" sambutnya kepada murid-murid tahun pertama di Hogwarts. "Selamat datang untuk mengikuti tahun ajaran baru di
Hogwarts. Sebelum kita mulai acara makan kita, aku ingin menyampaikan beberapa patah kata. Inilah dia: Dungu! Gendut! Aneh! Jewer! Terima kasih!"

Dia duduk kembali. Semua anak bertepuk tangan dan bersorak. Harry tak tahu apakah dia harus tertawa atau tidak.

"Apa dia—agak sinting?" tanyanya ragu-ragu kepada Percy.

"Sinting? Dia jenius! Penyihir paling hebat di dunia! Tapi dia memang agak sinting, ya. Apa kamu mau kentang, Harry?"

Mulut Harry ternganga. Piring-piring di depannya sekarang penuh berisi makanan. Belum pernah dia melihat begitu banyak makanan yang ingin dimakannya terhidang di satu
meja. Daging sapi panggang, ayam, babi, kambing, sosis, daging asap, steak, kentang goreng, kentang rebus, puding, kacang, wortel, kaldu, saus tomat, bahkan permen pedas.

Keluarga Dursley memang tidak membuat Harry kelaparan, tetapi dia tidak pernah diizinkan makan sebanyak yang dia inginkan. Dudley selalu mengambil apa saja yang
diinginkan Harry, meskipun itu membuatnya sakit perut kekenyangan. Harry mengisi piringnya dengan semua makanan sedikit-sedikit, kecuali permen pedas, lalu mulai makan. Semuanya enak.

"Kelihatannya enak," kata hantu berkerah rimpel dengan sedih, memandang Harry yang sedang mengiris steak-nya.

"Tak bisakah kau...?"

"Aku sudah tidak makan selama hampir empat ratus tahun," kata si hantu. "Tidak perlu sih, memang, tapi kadang-kadang kepingin juga. Kurasa aku belum ada niat untuk sekarang."

"Aku tahu siapa kau!" kata Ron tiba-tiba. "Kakak-kakakku sudah bercerita tentang kau! Kau Nick si Kepala-Nyaris-Putus!"

"Aku lebih suka kalian memanggilku Sir Nicholas de Mimsy..." kata si hantu kaku, tetapi Seamus Finnigan si rambut cokelat menyela.

"Kepala-Nyaris-Putus? Bagaimana kau bisa disebut Kepala-Nyaris-Putus?"

Sir Nicholas tampak jengkel sekali, seakan obrolan kecil mereka tidak berlangsung seperti yang diharapkannya.

"Begini," katanya sebal.

Dia memegang telinga kirinya, lalu menariknya. Seluruh kepalanya terlepas dari lehernya dan jatuh ke bahunya, seakan tergantung pada engsel. Jelas ada orang yang mencoba memenggal kepalanya, tetapi tidak melakukannya dengan sempurna. Puas melihat kekagetan mereka, Nick si Kepala-Nyaris-Putus mengembalikan kepala ke lehernya, berdeham.

"Jadi—anggota baru Gryffindor!
Kuharap kalian akan membantu kami memenangkan Kejuaraan Antar-Asrama tahun ini. Belum pernah Gryffindor menang sampai selama ini. Slytherin mendapatkan piala selama enam tahun berturut-turut! Si Baron Berdarah itu sudah jadi sok dan menyebalkan
sekali. Ngomong-ngomong dia hantu dari Slytherin."

Harry memandang ke meja Slytherin dan melihat hantu mengerikan duduk di sana. Dengan mata menatap kosong, wajah pucat, dan jubah penuh bercak darah keperakan. Dia berada di belakang (Y/n) dan Harry merasa girang melihat Malfoy kelihatannya tidak senang dengan
pengaturan tempat duduk ini.

(Y/n) sendiri merasa tidak enak harus ditempeli oleh sang kakek leluhurnya. Dia mencoba untuk tidak gemetar dan memakan makanannya.

"Bagaimana dia bisa berlumuran darah begitu?" tanya Seamus penuh ingin tahu.

The Daughter of A Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang