Chapter 11

1K 174 9
                                    

Btw saya ambil dari ebook novelnya dan menambahkan sedikit dari cerita saya.

~~~ Happy Reading ~~~


"Harry, apa kamu tidak mau pergi?" (Y/n) muncul dari balik badan Harry.

(Y/n) dan Draco saling bertatapan. (Y/n) melambaikan tangannya ke Draco sambil memberikan senyuman hangatnya. Seketika wajah Draco menjadi merah padam. Dia langsung memalingkan wajahnya.

Draco berserta dengan para pengikutnya itu pergi. (Y/n) menatap heran kepada kedua teman barunya itu. Harry melihat ke luar jendela. Sudah mulai gelap. Dia bisa melihat pegunungan dan hutan. Kereta api
kelihatannya mulai melambat.

Harry, (Y/n) dan Ron melepas jaket dan memakai jubah panjang hitam mereka. Jubah Ron agak kependekan. Celana training-nya kelihatan di bawah jubah itu. Terdengar pengumuman yang dikumandangkan ke seluruh kereta.

"Kita akan tiba di Hogwarts lima menit lagi. Silakan meninggalkan barang-barang Anda di kereta. Barang-barang tersebut akan dibawa ke sekolah secara terpisah."

Perut Harry terasa tegang dan dilihatnya wajah Ron pucat di bawah bintik-bintiknya. Mereka menjejalkan sisa permen ke dalam kantong dan bergabung dengan anak-anak yang
sudah memenuhi lorong. Kereta semakin melambat dan akhirnya berhenti. Anak-anak berdesakan ke pintu dan keluar ke peron kecil gelap.

Harry bergidik dalam udara malam yang dingin. (Y/n) mencoba menenangkan Harry dan perlahan anak laki-laki berkacamata itu mulai tenang. Kemudian muncul lampu yang bergoyang-goyang di atas kepala anak-anak dan Harry mendengar suara yang sudah dikenalnya.

"Kelas satu! Kelas satu di sini! Semua oke, Harry?" wajah Hagrid yang besar dan  berewokan tersenyum di atas lautan kepala anak-anak. "Ayo, ikuti aku—masih ada lagi kelas satu? Hati-hati melangkah. Kelas satu ikut aku!"

(Y/n) menggenggam erat tangan Harry. Di takut kalau dia sampai terjatuh. Mereka mengikuti Hagrid menyusuri jalan sempit dan curam. Di kanan-kiri mereka gelap sekali, sehingga Harry menduga pepohonan di situ pastilah lebat. Tak ada yang banyak bicara. Neville, si anak
yang kehilangan katak, terisak satu sampai dua kali.

"Sedetik lagi kalian akan melihat Hogwarts untuk pertama kali," Hagrid berseru seraya
menoleh, "sesudah belokan ini."

Terdengar seruan "Oooooh!" keras. Jalan sempit itu mendadak membuka ke tepi danau besar gelap. Di atas gunung tinggi di seberang danau. Jendela-jendelanya berkilau terang di bawah langit penuh bintang dan
bertengger kastil besar dengan banyak menara besar dan kecil.

"Satu perahu tak boleh lebih dari empat anak!" seru Hagrid, seraya menunjuk armada.

Perahu kecil-kecil yang siap menunggu di dekat tepi danau. Harry dan Ron menuju ke perahu
mereka, diikuti oleh (Y/n) dan Hermione.

"Semuanya sudah naik perahu?" teriak Hagrid, yang sendirian di atas satu perahu. "Baik
kalau begitu— BERANGKAT!"

Seluruh armada perahu kecil-kecil serentak meluncur di atas permukaan danau, yang selicin kaca. Semua diam, memandang kastil besar di atas. Kastil itu menjulang tinggi di atas mereka sementara mereka semakin dekat ke bukit karang tempatnya berdiri.

"Tundukkan kepala!" teriak Hagrid ketika deretan pertama perahu tiba di bukit karang.

Mereka semua menundukkan kepala dan perahu-perahu kecil itu membawa mereka melewati tirai sulur yang menyembunyikan lubang menganga di dinding bukit. Mereka dibawa melewati lorong gelap, yang rupanya berada persis di bawah kastil, sampai mereka tiba di semacam pelabuhan bawah tanah. Mereka naik ke daratan berbatu karang dan kerikil.

"Oi, kau! Apa ini katakmu?" kata Hagrid, yang memeriksa perahu-perahu setelah
anak-anak turun.

"Trevor!" pekik Neville gembira, seraya mengulurkan tangan.

Kemudian mereka mendaki jalanan di bukit karang, mengikuti cahaya lampu Hagrid, sampai akhirnya tiba di hamparan rumput halus berembun tepat di depan bayangan kastil. Mereka mendaki undakan batu dan berkerumun di depan pintu depan besar dari kayu oak.

"Semua sudah di sini? Kau, katakmu masih ada?"

Hagrid mengangkat kepalan raksasanya dan mengetuk pintu kastil tiga kali. Pintu langsung membuka. Seorang penyihir wanita bertubuh tinggi memakai jubah hijau zamrud berdiri di sana. Wajahnya sangat galak dan pikiran Harry pertama adalah, jangan sampai membuat penyihir ini marah.

"Kelas satu, Profesor McGonagall," kata Hagrid.

"Terima Kasih, Hagrid. Biar aku ambil alih sekarang."

Dibukanya pintu lebar-lebar. Aula di belakang pintu luas sekali, seluruh rumah keluarga Dursley bisa dipindahkan ke situ. Dinding batunya diterangi obor-obor yang menyala seperti di Gringotts. Langit-langitnya tinggi sekali sehingga tak bisa dilihat, dan ada tangga pualam megah di depan mereka, menuju ke
lantai atas.

Anak-anak mengikuti Profesor McGonagall melintasi lantai batu kotak-kotak. Harry bisa mendengar dengung ratusan suara dari pintu di sebelah kanan— murid-murid lainnya pastilah sudah di sana—tetapi Profesor McGonagall membawa murid-murid kelas satu ke kamar kecil kosong di luar aula. Mereka bergerombol, berdiri lebih berdekatan daripada biasanya,
memandang berkeliling dengan cemas.

"Selamat datang di Hogwarts," kata Profesor McGonagall.

"Pesta awal tahun ajaran baru akan segera dimulai, tetapi sebelum kalian mengambil tempat duduk di Aula Besar, kalian akan diseleksi masuk rumah asrama mana. Seleksi ini
upacara yang sangat penting karena, selama kalian berada di sini, asrama kalian akan menjadi semacam keluarga bagi kalian di Hogwarts.
Kalian akan belajar dalam satu kelas dengan teman-teman se-asrama kalian, tidur di asrama kalian, dan melewatkan waktu luang di ruang rekreasi asrama kalian."

"Ada empat asrama di sini, Gryffindor, Hufflepuff, Ravenclaw, dan, Slytherin. Masing-masing asrama punya sejarah luhur dan masing-masing telah menghasilkan penyihir hebat. Selama kalian di Hogwarts, prestasi dan kemenangan kalian akan menambah angka bagi asrama kalian, sementara pelanggaran peraturan akan membuat angka asrama kalian
dikurangi. Pada akhir tahun, asrama yang berhasil mengumpulkan angka paling banyak akan dianugerahi Piala Asrama, suatu kehormatan besar. Kuharap kalian semua akan membawa kebanggaan bagi asrama mana pun yang akan kalian tempati. Upacara seleksi akan berlangsung beberapa menit lagi di hadapan seluruh penghuni sekolah. Kusarankan kalian merapikan diri sebisa mungkin selama menunggu."

Matanya sejenak menatap jubah Neville, yang dikancingkan di bawah telinga kirinya, dan hidung Ron yang ada kotoran hitamnya. Harry dengan gelisah mencoba meratakan rambutnya. (Y/n) yang peka dengan tatapan dari guru barunya, langsung merapikan Ron juga Harry. Dia tak ingin mereka kelihatan buruk di depan mata para guru baru mereka.

"Aku akan kembali kalau kami sudah siap menerima kalian," kata Profesor McGonagall.

Dia menatap ke para siswa juga siswi tahun pertama di Hogwarts. "Tunggu di sini dan jangan ribut."

~~~ Bersambung ~~~

The Daughter of A Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang