Dua hari sejak masa pertengkaran Helio dan ibunya. Malam itu Helio pulang dan langsung berjalan masuk ke kamarnya. Tidak tahu menahu soal keadaan ibunya yang juga tidak terlihat menyambut atau menunggunya. Mereka juga belum saling berbicara satu sama lain sampai saat ini. Saling melewati diri tanpa tegur sapa apa pun. Seolah Helio tidak melihat ibunya dan begitu pun sebaliknya.
Jujur, Helio sudah merasa tidak enak hati dengan itu. Dia berapa kali mencoba untuk menegur ibunya. Namun, setiap itu terjadi ibunya selalu berada sebuah pekerjaan yang membuatnya terlihat sibuk sehingga Helio enggan untuk mengganggu.
Helio menghela napasnya. Dia menjadi penghuni kelasnya sendirian yang kesekian kali. Soal pemuda yang Helio hajar hari itu dikatakan telah pindah sekolah. Dia bereaksi dengan decihan kecil kala mendengarnya. Serta dari balik lubuk hati yang terdalam dia senang itu terjadi.
Helio menatap buku jurnal ayahnya di atas meja. Masih dengan kondisi yang menyedihkan. Helio belum memperbaikinya sama sekali dan memang bingung karena itu. Dia hanya menggunakan penjepit kertas untuk menyatukan semuanya agar tidam tercecer.
"Kupikir dia anak bangsawan. Kau tidak lihat pakaiannya? Itu pasti mahal."
"Kau benar, tapi sedang apa anak bangsawan datang ke sini?"
"Entahlah. Kulihat dia datang bersama beberapa orang tadi. Mungkin orang tua dan pengawalnya. Mereka sama-sama terlihat berwibawa."
Helio bergegas berdiri kala mendengar gosip ringan teman kelasnya yang baru saja masuk. Dia menyimpan buku usangnya sebelum berlalu keluar.
"Oh? Markus!"
Sahutan itu berhasil membuat pemilik nama dan beberapa anak menoleh padanya. Helio tersenyum lebar seraya melambaikan tangan ke atas. Dan tanpa sahutan balasan, pemuda berjalan menghampiri pemuda bangsawan yang digosipkan.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Dua bahu Markus terangkat bersama. "Seperti jawabanku. Hanya menemani keluarga dalam pertemuan." Pandangannya kemudian menelisik Helio dari ujung kaki hingga kepala. "Kau sekolah di sini?"
"Seperti yang kau lihat," jawab Helio dengan dua tangan terbuka.
"Aku sempat mengira kita seumuran."
Helio berkedip cepat beberapa kali. "Tidak, ya?"
Markus menggeleng. "Aku sudah lulus satu tahun kemarin."
"Oh, hanya beda setahun. Anggap saja seumuran."
"Dalam aturan keluarga bangsawan, itu tidak bisa. Umur termasuk junjungan kehormatan."
Helio menghela. "Ya, ya, baiklah. Maaf." Pandangannya kemudian teralih pada kumpulan orang-orang berseragam yang seperti tengah mengepung seseorang. "Siapa mereka?"
Pandangan Markus ikut teralih ke sana. "Orang tuaku dan pengawal."
"Mengapa kau dan orang tuamu datang ke sini?" Helio berpaling lagi ke Markus.
Bahu pemuda bangsawan itu terangkat lagi. "Aku tidak pernah tertarik dengan urusan mereka. Mungkin sedang melakukan kesepakatan."
"Kesepakatan?" Helio kembali melirik kumpulan orang-orang yang mengitari seperti perisai. Sontak, mata Helio terbelak. "Jangan bilang keluargamu ingin mengambil alih sekolah ini? Tidak akan kubiarkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Dream || NCT Dream
Fantasy[!!!] 𝙒𝙞𝙡𝙡 𝙗𝙚 𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙪𝙥𝙙𝙖𝙩𝙚 𝙤𝙣 𝙈𝙤𝙣𝙙𝙖𝙮! ⚠️ 𝗔𝗹𝘂𝗿 : 𝗟𝗮𝗺𝗯𝗮𝘁 ⚠️ Berawal dari gosip tentang Tanah Yang Hilang, penduduk negeri Arcus berbondong-bondong memecahkan lokasinya. Namun, hal itu hanya bertahan sementara hingga mu...