BAB XXXII

161 28 5
                                    

Malam kembali menyapa. Lima pemuda tersebut masih menyusuri jalan asing yang mengantar ke tempat baru.

Markus menggiring kuda sebagai penjagaan kala mereka berjalan. Helio sudah tertidur di atas kudanya bersama Juan yang menahan tubuh pemuda itu di belakang. Dua tentara kerajaan juga masih memiliki kesadaran penuh selama mereka terus menyikapi jalan dalam keheningan malam.

Angin yang bertiup dingin. Berterima kasih pada kain bertudung yang menutup mereka. Menepis sedikit rasa menggigil yang menggelitik kulit. Helio bahkan terlihat tidak masalah dengan posisi tidurnya. Membebankan Juan yang mau tidak mau harus memegangnya mempertahankan keseimbangan.

"Ingin istirahat sebentar?" usul North.

Markus sempat menoleh ke belakang sejenak sebelum kembali ke depan. "Kita cari lahan yang bisa dipakai berisitirahat."

North mengangguk. Kembali membiarkan kesunyian dengan suara serangga sebagai penggiring jalan mereka. Kunang-kunang beterbangan seperti lantera kecil di setiap sisi jalan.

Hingga ringkihan halus Jade tertangkap di telinga North. Tentara putih itu melirik. Mendapati saudara tirinya yang melangkah sedikit lebih lambat dari mereka.

"Ada apa, Jade?"

Yang ditanya mengangkat kepala. Memberi gelengan kecil sebelum menyusul.

North kembali menatap ke depan. "Markus, kita sebaiknya beristirahat."

Pemuda bangsawan itu kembali melirik. Tepatnya berganti pada Jade yang terlihat seperti sedang menahan sesuatu.

"Mungkin kita bisa istirahat di sana."

Lalu sahutan Juan mengalihkan perhatian ada jalan di depan. Di mana sebuah lahan tidak bertumbuh. Mereka pun berjalan ke lahan tersebut.

Jade melepas tali kudanya. Membiarkan hal itu diambil alih oleh North dengan mengikatnya pada salah satu pohon. Sementara tentara hitam itu lebih dulu menyandar dan mendudukkan diri bersama erangan tertahannya.

"Kak Markus. Tolong."

Pemilik nama menoleh. Mengulurkan tangan ke atas untuk meraih tubuh Helio yang cukup berat.

"Akan kutahan jatah makanannya besok. Benar-benar seperti babi," ujarnya setelah merebahkan pemuda tan itu di atas rerumputan halus.

Juan kemudian menyusul turun dari kuda Helio dan mengikat talinya seperti yang dilakukan North.

"Aku ingin mencari kayu bakar. Kau mau ikut?"

"Em ... baiklah."

Belum sempat mendudukkan diri, Juan kembali tegak. Bersamaan di sisi lain Jade ikut bangkit.

"Aku ikut."

North menggeleng. "Jangan memaksakan dirimu, Jade. Kau istirahat saja."

"Aku tidak apa."

"Aku tidak akan bertanggung jawab untuk keras kepalamu," ungkap Markus.

Jade membalas dengan mulut yang terkatup rapat. Namun, aksinya lebih dulu bergerak memasuki hutan kecil dari mereka berdua.

Markus dan Juan kemudian menyusul di belakang. Meninggalkan North sebagai tangan penjaga Helio yang tertidur lelap.

Dalam hutan di bawah langit malam. Berandalkan mata tajam dan cahaya kunang-kunang. Jade dan Markus beberapa kali mengayunkan pedang mencari ranting pas untuk menghidupkan api. Lain Juan yang seperti anak hilang mengikuti keduanya. Mata sipit itu sedikit mengganggu, terlebih di malam hari. Mengurangi ketajamannya dalam melihat meski itu tidak logis sama sekali. Namun, begitulah yang dirasakan oleh pemuda tinggi itu.

Sky Dream || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang