BAB XXXVI

148 36 0
                                    

North sibuk mengikat tumbuhan-tumbuhan akar merambat untuk menyambungnya. Sementara Juan terus menarik, memotong dan memberikannya pada tentara putih itu.

Mereka akhirnya sepakat untuk menyusul turun. Tidak ada cara lain, tapi tentu dengan cara yang lebih manusiawi dan logis.

"Berapa banyak lagi yang diperlukan, Kak?" tanya Juan.

North menatap untaian tali tumbuhan itu dengan seksama. "Kurasa cukup. Dengan prediksiku, jurang itu tidak terlalu dalam secara suara teriakan mereka dari bawah bisa terdengar sampai ke sini."

Juan mengangguk menimpali.

North berdiri seraya menatap hasil karyanya. Rajutan dari akar tumbuhan merambat. Sudah dipastikan itu akan sangat kuat.

"Baiklah. Kita turunkan kudanya lebih dulu. Suruh mereka bersiap di bawah, Juan."

Melaksanakan perintah, Juan berjalan menuju tepi jurang demi meneriaki Helio dan Markus di bawah sana. Sementara North mempersiapkan kuda dengan menuntuk hewan tersebut ke atas anyamannya. Terlihat seperti pakaian rajutan yang longgar. Rencananya kuda tunggangan mereka akan diturunkan satu per satu.

Juan kembali mendekat. "Mereka siap."

"Bagus. Bantu aku menurunkannya pelan-pelan."

Anak muda itu mengangguk. Memegang alih akar merambat untuk kesiapan. North menuntuk kuda cokelat Helio untuk pertama turun. Dengan sedikit kegaruan, pemuda itu lalu sedikit mendorong paksa sang hewan.

"Tahan, Juan!"

Mendengar itu dengan sigap Juan menarik dan menahan akar yang dipegang. Sayang, kekuatannya terlalu kecil untuk menahan kuda yang lebih berat darinya itu. Kakinya terseok mengikuti arah hewan tunggangan itu meluncur.

North lantas bergegas membantu dengan ikut menarik untuk menahan kecepatan kuda itu turun. Dengan melilit separuh akar ke lengannya dan ditarik. Akar bagian belakang dia lingkarkan pula pada batang pohon di mana Jade bersandar.

Akhirnya mereka berhasil seimbang. Pelan-pelan kedua pemuda itu mengulur tali untuk pergerakan kuda turun. Sementara di bawah, Markus setia menunggu dengan mengadah ke atas samar-samar mendapat bayangan hewan berkaki empat itu turun.

"Katakan padanya kalau kuda itu sudah sampai di bawah," titah North.

Juan yang sedang dalam posisi mempertahankan tenaganya menciba untuk berteriak.

"Kak Markus! Apa sudah sampai?!"

Namun, hingga lima detik berikutnya mereka tidak mendapatkan sahutan balasan.

"Mungkin dia tidak bisa dengar, Kak."

North mencibik. Tetap mempertahankan tempo mengulur akar merambat itu.

Jade kemudian berdiri. Berjalan dengan pelan menuju tepi jurang dan mengintip ke bawah.

"Bagaimana?!"

Tali sambungan yang terbuat dari akar merambat itu kemudian bergoyang. Jade berbalik menatap Juan dan North seraya memberikan isyarat untuk menariknya kembali. Tali itu berubah menjadi ringan dan cepat di tarik.

"Sepertinya jurang ini memang tidak terlalu dalam," pukas Jade seraya kembali melirik ke bawah.

"Tapi itu kelihatan gelap sekali, Kak," sela Juan.

Tentara Aristera itu tidak menjawab. Masih mendalami pikiran atas keganjalan yang mereka temukan saat ini.

Kuda berikutnya adalah kuda putih milik Markus. Dengan cara yang sama dan pertahanan posisi yang sama. Namun, Juan terlihat sudah kecurahan tenaga yang sangat banyak. Terbukti dari keringat yang bercucuran bersama napas yang terpotong-potong.

Sky Dream || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang