BAB XIII

169 36 0
                                    

Markus baru keluar dari kamarnya setelah mandi pagi. Menghabiskan sepiring sarapan seorang diri di ruang makan tanpa siapa pun. Pemuda itu sedikit terlambat bangun. Mengalami kesulitan tidur karena aksi marah-marahannya dengan Helio.

Berjalan menuju ruang depan, Markus mendapatkan ibunya masih asyik dengan teh. Wanita yang sudah berumur kepala tiga namun, masih terlihat memiliki kulit yang kencang. Ibu Markus sangat gemar dalam bidang per-teh-an hingga memiliki berpuluh macam jenis teh.

"Ibu, di mana Helio?"

Wanita itu menoleh. Menaruh cangkir tehnya setelah diteguk sekali. "Sedang keluar berbelanja."

"Sendirian?" Ibunya mengangguk. "Kenapa tidak membangunkanku? Anak itu bisa saja dalam bahaya lagi."

Ibu Markus tersenyum. "Dia akan baik-baik saja, Markus. Percaya padanya."

"Aku berusaha," balas Markus setengah acuh.

Pemuda bangsawan itu kembali dengan wajah mengkerut. Menghela napas keras sebelum beranjak keluar rumah hendak menyusul Helio. Tahu saja belum sempat Markus melakukannya, sahutan dari luar rumah membuat pemuda itu dan ibunya menoleh.

"Aku pulang. Maaf sedikit terlambat," ucap Helio.

Ibu Markus masih setia dengan senyumnya. "Kau kembali."

Helio sedikit cengir lalu menghampiri wanita tersebut. Memulangkan kantung cokelat kecil yang masih banyak berisi koin.

"Terima kasih, Nyonya."

"Kau bisa menyimpannya, Nak Helio. Ini tidak seberapa."

"Benarkah?"

"Tentu."

Helio tersenyum lagi. "Terima kasih lagi, Nyonya."

Wanita itu mengangguk. Kini Helio beralih pada Markus yang menatapnya sedikit sipit. Lantas pemuda cokelat itu menggaruk tengkuknya sambil berjalan pelan menghampiri.

"Aku-"

"Kenapa tidak membangunkanku?" sela Markus lebih dulu.

"Aku bisa keluar sendiri. Lagi pula, hanya ke pasar masyarakat saja. Aku sudah tau jalannya," bela Helio ke dirinya sendiri. Dia lalu menghela napas. "Sudahi marahmu itu. Kau bisa cepat tua, asal kau tau. Aku juga sudah meminta maaf beberapa kali padamu, kan? Apa lagi yang membuatmu masih tidak mau baikan denganku?"

Markus tidak menjawab. Pemuda itu kembali menghela napas dan membuang muka. Helio mengangkat dua bahunya bersamaan kemudian berbalik.

"Semangka Anda ada di luar, Nyonya, tapi ... Mungkin akan sedikit mengejutkan."

"Sesuatu terjadi?"

"Hm ... Kurang lebih, seperti itu." Helio melirik Markus yang tahu akan membuka suara lagi. "Tapi bukan hal yang buruk," ucapnya lebih dulu dan membungkam Markus.

Helio kemudian keluar bersama dengan Ibu Markus dan pemuda itu sendiri. Mendapati beberapa tentara Sosta yang nampak mengepung gerobak berisi semangka. Dagu Markus lantas terjatuh kala menatap itu.

"Sebenarnya apa yang kau lakukan, Helio?"

"Tidak ada," balas pemuda cokelat itu.

Sky Dream || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang