BAB XX

156 31 0
                                    

Seakan lupa dengan tujuan awal. Helio nyatanya sudah tenggelam dalam nikmatnya roti lapis khas milik kota Nekros. Ditambah dengan kelas khusus membuat roti tiba-tiba yang dia ajukan sendiri pada sang Bibi. Bersama North yang menemani di dapur, di ruang depan Markus bersama Jade ditemani oleh Paman ramah yang mengajak mereka ke rumah.

Tidak ada pembicaraan serius. Hanya perihal menanyakan asal dan umur dua pemuda itu saja. Paman tidak henti menyunggingkan senyum menunjukkan keramahannya.

Matahari kian naik. Suara dari arah dapur kian bersahutan yang lebih didominasi oleh Helio. Markus menghela napas dengan lirikan pada balik sekat ruang.

"Teman kalian itu, benar-benar anak yang sangat bersemangat," ujar paman.

Markus tidak menjawab, begitupun Jade. Pemuda bangsawan itu hanya menatap sang pria sedangkan Jade berpaling pada luar rumah. Menyaksikan keramaian yang menurutnya sangat ganjal terjadi secara tiba-tiba.

"Ada gerangan apa kalian datang ke kota ini, wahai anak muda?" tanya Paman kembali.

Untuk saat ini, Jade memalingkan wajahnya namun, tetap enggan menjawab.

"Kami hanya singgah, Paman. Mencari informasi tambahan sebelum melanjutkan perjalanan," jawab Markus.

"Informasi tambahan? Apa itu?"

Markus tidak tahu apakah dia harus memberitahu atau tidak. Namun, melihat bagimana sifat pria berumur di depannya, pemuda itu menepis pikiran negatif sejenak.

"Kami dalam perjalan mencari Tanah Yang Hilang."

Dua alis milik Paman sontak naik bersamaan. Pria itu berkedip beberapa kali sebelum mengeluarkan suara tawa satu-satu. Markus sampai harus bertukar pandang pada Jade. Sama-sama menyalurkan kebingungan.

"Tanah Yang Hilang, ya." Paman lalu kembali tersenyum. "Bukan sebuah hal aneh. Jiwa anak muda memang selalu dipenuhi dengan rasa penasaran."

Markus dan Jade masih enggan menyahut. Berganti dengan suara ribut yang kembali berasal dari arah dapur. Dan tentu dengan pelaku yang tidak berbeda.

"Paman tau tentang Sky Dream?" tanya Markus.

Paman menarik napas sejenak sebelum menghembusnya perlahan.

"Tidak, tapi aku sering mendengarkan tentang tanah itu," jawabnya.

"Dulu sekali, semasa aku masih berumur kalian, orang-orang tiada henti membicarakannya. Mereka mulai berlomba-lomba, berburu informasi dan membentuk kelompok untuk melakukan pencarian tanah tersebut. Sayang, banyak dari mereka yang tidak bertahan lama dan memilih pulang. Namun, cerita-cerita mereka tentang apa saja yang dilalui menjadi kebanggan tersendiri untuk diceritakan ke orang-orang."

"Paman pernah ikut mencarinya?"

"Seinci pikiranpun tidak, Nak," balas Paman dengan kekehan kecil di akhir. "Aku tidak seberani kalian dan orang-orang dulu. Aku lebih menyenangi berkebun dan berkuda di ladang-ladang. Namun, aku memiliki seorang teman yang pernah memiliki kelompok mencari Tanah Yang Hilang."

Binar mata Markus sedikit keluar setelah mendengarnya. Paman baru kembali ingin melanjutkan namun, harus terhenti sebab kedatangan Helio, North dan Bibi dari arah dapur.

Dua pemuda itu nampak membawa sebuah mampan dengan roti isi di atasnya. Helio tersenyum sangat lebar, hingga hampir membuat matanya tidak terlihat.

"Lihat apa yang kubuat," ucapnya dengan wajah sumringah.

Mampan roti isi itu lantas diletakkan di atas meja. Terlihat masih mengepulkan asap dan bau harum. Sayangnya, bentuknya justru mengundang kerutan pada kening Markus. Bersama Jade yang tidak memiliki komentar apa pun dengan bentuk roti milik Helio.

Sky Dream || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang