BAB XXXIII

139 35 0
                                    

(sedikit telat karena sibuk KKN. Sowwy:))


Pagi menjelang. Cahaya matahari menyilaukan mereka yang tertidur lelap. Juan lebih dulu menyadari langsung menutup kepala dan tubuhnya dengan kain yang sering dikenakan. Pemuda sipit itu terduduk dan meregangkan badan sebelum menatap sekililing.

North pun sudah bangun. Memastikan kuda mereka lebih dulu. Sementara Jade masih duduk bersandar dengan mata yang tertutup. Tentara hitam itu aslinya sudah bangun. Hanya sedang mengumpulkan nyawa saja.

Lalu di lain sisi Markus baru saja duduk dan meregangkan kakinya. Kepalanya tertunduk sejenak lalu terangkat. Bersitatap dengan Juan sebentar sebelum berpaling ke sebelah dan mendapat tempat kosong.

"Helio mana?"

Juan menggeleng. "Aku tidak melihatnya."

Markus beralih ke North. "Kau melihat Helio, North?"

Tentara putih itu menoleh lalu menggeleng. "Tidak."

Sontak pemuda bangsawan itu berdesis pelan. "Anak itu benar-benar."

"Mungkin dia ke semak-semak untuk buang air atau semacamnya. Dia pasti akan kembali," pukas North seakan paham dengan ekspresi Markus saat ini.

Sementara anak muda yang saat ini tengah diperbincangkan. Matanya masih tertutup rapat meski saat ini tubuhnya terseret pelan di atas tanah. Satu kakinya ditarik layaknya seutas tali. Pelaku dari yang menarik dirinya pun seakan tidak peduli dan terus menyeret Helio layaknya sebuah karung.

Saat kepala pemuda itu tersentak batu, baru kesadarannya muncul. Mata Helio perlahan terbuka dengan sedikit erangan. Mendapati pohon-pohon bersama tumbuhan lainnya yang terlihat secara terbalik. Keningnya sontak mengerut. Batu kecil kembali menghantak kepala dan berhasil membuatnya menuju relita.

"Apa yang ...."

Ucapannya tidak berlanjut. Helio melirik di mana kakinya masih ditarik oleh sebuah makhluk berbulu hitam dan berekor panjang.

"Monyet?"

Helio terus di seret hingga dirinya pun mencoba untuk menghentikan aksi itu. Menahan diri bahkan berputar untuk memegang apa saja yang bisa menahan dirinya untuk tidak terseret lagi.

"Akh! Tidak! Lepaskan aku! Aku bukan makanan!"

Seakan paham bahwa anak manusia itu telah sadar, hewan itu berbalik. Saling bersitatap dengan Helio.

"Kau benar-benar monyet. Kenapa menyeretku? Aku bukan makanan," protes Helio. "Lepaskan kakiku."

Sekali hentakan, Helio berhasil melepaskan kakinya dari genggaman hewan berbulu itu. Helio lantas bangkit, berdiri dan menepuk pakaiannya. Bahkan kepala terasa sakit sehabis tersentak batu beberapa kali.

Helio menatap dari ujung kaki hingga kepala. Makhluk yang memang terlihat layaknya monyet. Hanya saja dia bertubuh besar, dua kali lebih besar dan berbulu hitam lebat. Ekornya juga panjang. Menari di belakang seperti ekor kucing yang melambai.

"Jadi, kau ini monyet apa beruang? Tapi beruang tidak punya ekor panjang begitu."

Pemuda tan itu mendelikkan bahu. Menatap sekeliling, dia berandai sedang berjarak dari tempat istirahat anak-anak lain. Kala berbalik, monyet itu jusru menarik Helio lagi hingga membuatnya jatuh.

"Hei! Apa yang kau lakukan? Aku sudah bilang aku bukan makanan."

Alih-alih membuat hewan besar itu paham. Malah kini berbalik dirinya yang tidak mengerti maksud dari ucapan sang hewan. Helio kembali ditarik seperti karung yang kali ini dengan dua kakinya.

Sky Dream || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang