BAB XIX

134 29 0
                                    

"AAA!!"

Teriakan Helio di awal hari berhasil menjadi alarm paling berisik. Tiga pemuda lainnya otomatis bangun secara serentak. Jade yang langsung mengambil pedang dan mengeluarkannya dari sarung, North tidak jauh berbeda, sedangkan Markus dengan raut terkejut otomatis duduk dengan wajah panik.

"Apa? Kenapa?"

Ketiganya menatap sekeliling sebelum beralih pada pelaku. Helio yang grusak-grusuk. Menghambur seluruh jerami kering layaknya tengah mencari sesuatu.

Pedang tajam itu lantas disimpan kembali. North menghela napas seraya menunduk. Markus pun menghela seraya menggaruk kepalanya.

"Ada apa?" tanya Jade.

"Hilang!" sahut Helio. "Buku jurnal ayahku hilang!" lanjutnya.

Markus sampai menutup mata mendengar lengkingnya suara lelaki itu.

"Bisa tidak, jangan pakai teriak?" ujarnya namun, tidak diperdulikan.

Helio kembali membongkar seluruh tumpukan jerami yang tertangkap mata. Sampai North dan Jade harus menghindar dari tempat tidur mereka sendiri demi memberi luang bagi pemuda tan itu terus mencari bukunya.

"Kau simpan di mana semalam?" tanya Markus seraya bangkit dari tempatnya menepuk baju.

"Di atas kepalaku. Namun, begitu aku bangun dan mencoba merabanya, bukunya sudah hilang," jawab Helio dengan tampang panik.

"Kau yakin? Mungkin kau menaruhnya di tempat yang lain," pukas North.

"Tidak. Jurnal ayahku tidak pernah kusimpan jauh dariku. Aku benar-benar yakin menaruhnya di atas kepalaku," bantah pemuda tan itu lalu kembali melanjutkan pencariannya.

Sementara Helio terus sibuk dengan kegiatannya, dibantu Markus dan North mengobrak-abrik tumpukan jerami yang lain, Jade berdiri seorang diri di depan rumah singgah mereka dengan raut yang diam.

Hal itu sontak mengambil perhatian North yang mencari di dekat bagian pintu. Tempat di mana saudara tirinya beristirahat semalam.

"Ada apa, Jade?"

Namun, pemuda yang ditanya tidak menjawab. Terlalu terpaku dengan pemandangan di luar. Membuat North mengkerut lalu menyusulnya mendekat.

Lantas, hal yang sama pun dilakukan tentara putih kerajaan itu. Mulutnya bahkan sedikit terbuka diselingi pandangan heran.

"Apa ini?"

Markus pun ikut keluar. "Ada apa?"

"Kotanya," jawab North.

Hingga ketiga pemuda itu bersama-sama terpaku dengan penuh keheranan. Kening Markus mengkerut namun, Jade tidak mengubah eskpresinya sama sekali.

"Kalian kenapa malah berdiam diri di sini? Bantu aku untuk-eh?"

Dan Helio berhenti dari celotehnya. Ikut terheran-heran dengan apa yang terjadi di depan mereka.

Penyebab dari keempat pemuda itu menjadi patung tiba-tiba dikarenakan kota yang sebelumnya sepi tanpa penduduk, pagi terlihat sangat ramai. Suara sahut-sahutan sangat jelas terdengar bersamaan dengan orang-orang yang berlalu-lalang.

"Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba ramai seperti ini?"

Dan pertanyaan Helio mewakili ketiganya. Mereka masih terlanjur terpaku dengan apa yang baru saja terjadi. Dilanda kebingungan bersama.

"Oh? Apa kalian pendatang baru?"

Seorang pria datang mendekat. Senyum ramah yang terpatri seakan memberi tahu bahwa dirinya adalah orang yang baik. Pakaiannya terbuat dari kulit lembu. Terlihat tebal yang mampu melindungi kulit mereka dari paparan sinar matahari.

Sky Dream || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang