Tidak ada pilihan lain selain kelima pemuda tersebut berjalan masuk pada tempat entah berantah yang tumbuh subur dengan tumbuhan liar seperti lumut. Kuda mereka digiring di belakang mengikuti. Barisannya terdiri dari Markus yang berada di paling depan. Di susul Helio yang sedikit bersembunyi dibalik punggung pemuda itu, lalu Juan, North dan Jade di akhir yang masing-masingnya menarik dua tali kuda sekaligus.
Pemandangannya benar-benar seperti berada dalam gua berlumut. Bedanya, seluruh dinding dilapisi dengan tumbuhan rumput pendek yang padat seperti kumpulan rumput laun. Berselimut butiran air sebab embun. Udaranya menjadi lebih dingin setelah mereka masuk lebih jauh. Sunyi senyap tanpa suara hewan apa pun. Bahkan hembusan angin yang melambaikan dedaunan pun tidak mengeluarkan suara sama sekali.
Helio menghela napas untuk kesekian. Udara dingin tetap memberikannya rasa gelitik menusuk kulit meski sudah berlindung dari jas luar Markus.
"Di sini dingin sekali," ujarnya.
Dari helaan napas yang di keluarkan ikut melepas embun putih.
Dua tentara di belakang setia berdiam dan menatap sekeliling. Jade, setelah mendapat pengobatan sementara dari saudara tirinya kini terlihat lebih baik. Meski warna bibirnya tetap pudar. Juan di tengah-tengah pun tidak jauh melakukan hal yang sama. Bedanya, kening pemuda itu sesekali mengkerut kala menatap sekitar. Hawa dingin yang dia rasakan menurunya tidak terlalu buruk. Tudung yang biasanya menutup kepala itu kini diturunkan sebab aman tanpa sinar matahari.
Markus tiba-tiba berhenti. Membuat seluruh perhatian mereka yang ada di belakang berpindah dan ikut terhenti.
"Ada apa, Markus?" tanya North.
Pemuda yang di depan hanya terdiam. Pandangannya lurus ke depan pada sebuah batang besar yang menjulang begitu tinggi. Akar-akarnya menyebar dan memanjang seperti ular dengan besar yang kira-kiranya seukuran gajah dewasa. Di sekelilingnya luas dengan tanah lapang tanpa tumbuhan berumput seperti tempat mereka berpijak. Bedanya area itu dipenuhi dengan kumpulan batu dengan berbagai ukuran yang di atasnya ditumbuhi rumput tipis.
"Apa itu telur?" tanya Juan.
"Dari kelihatannya itu sudah jelas batu, Juan," jawab Helio.
"Tapi kenapa ada banyak sekali? Mereka lebih mirip dengan bentukan sekumpulan telur."
Helio mendelikkan bahunya, tidak tahu menahu lebih lanjut.
North lantas mengambil langkah maju berhenti di samping Markus. "Pohon apa ini? Besar sekali?"
Kepala Markus mengadah. Mereka masih berjarak beberapa meter dari pohon, tapi ukurannya sudah kepalang besar dipandang. Tingginya kisaran ratusan meter dengan dahan yang menjulang panjang dan besar seperti ukuran akarnya. Daunnya lebat dan padat. Membuat pohon itu tumbuh seperti payung raksasa.
"Aku masih tidak yakin kalau posisi kita ada di bawah tebing," ujar pemuda bangsawan itu.
"Ini benar-benar batu."
Ungkapan itu mengalihkan perhatian Markus dan North. Ditatapnya kini Juan bersama Helio sudah lebih dulu melangkahi menghampiri hamparan batu-batu di antara akar-akar besar itu.
"Hei, kalian! Apa yang kalian lakukan?" tegur Markus.
"Hanya melihat-lihat," jawab Helio dengan santainya. Fokus pemuda itu kembali pada aksinya yang mengetuk bebatuan itu beberapa kali.
"Sejak kapan mereka di sana?" ungkap North.
"Sejak kalian memandangi pohon itu," jawab pemuda di belakang keduanya. Membuat Markus dan North menoleh.
"Kenapa tidak ditahan?"
Balasan yang diberikan hanya dua bahu yang bergerak ke atas. Markus mendengkus pelan kembali menatap ke depan. Sekarang aksi Helio bahkan sudah terang-terangan menaiki akar raksasa itu dan berjalan di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Dream || NCT Dream
Fantasy[!!!] 𝙒𝙞𝙡𝙡 𝙗𝙚 𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙪𝙥𝙙𝙖𝙩𝙚 𝙤𝙣 𝙈𝙤𝙣𝙙𝙖𝙮! ⚠️ 𝗔𝗹𝘂𝗿 : 𝗟𝗮𝗺𝗯𝗮𝘁 ⚠️ Berawal dari gosip tentang Tanah Yang Hilang, penduduk negeri Arcus berbondong-bondong memecahkan lokasinya. Namun, hal itu hanya bertahan sementara hingga mu...