Di sisi Jade, pemuda itu masih berurusan dengan penduduk kota. Mereka kian berdatangan dengan pedang yang terus hendak menyayat. Jede hanya menggunakan pedangnya untuk menangkis pedang-pedang yang melayang ke arahnya. Menolak untuk membalas meski dia tahu bahwa penduduk kota telah mati.
Gerakannya cepat dengan kaki yang bergerak lincah. Jubah hitam panjang yang dikenakan seakan tidak menjadi penghalang bagi dirinya untuk bergerak bebas. Jede sekadar mendorong penduduk kota untuk memberinya jalan menyusul yang lain. Meski ada beberapa tanpa sengaja dan harus dia tebas karena situasi yang terus menyempitkannya.
"Tentara hitam di sini!" seru salah seorang penduduk.
Hal itu mendatangkan orang-orang Nekros yang kian mengerubungi Jade. Terlalu banyak, hingga tentara hitam itu tidak mempunyai pilihan lain selain memberi penyerangan balik untuk kembali membuka jalan.
Pedang yang panjang diayunkan menebas orang-orang yang membuat mereka menghilang seperti debu. Tidak ada penumpahan darah yang terjadi. Bahkan pedang Jade sendiri pun tetap bersih. Mereka hancur melebur layaknya sebuah keramik manusia yang dipukul hingga hancur. Hal tersebut menambah kebingungan bagi Jade di mana penduduk yang saling menyerang justru menumpahkan darah di mana-mana.
"Bunuh mereka! Usir mereka dari sini!"
Orang-orang kota seperti jiwa hitam yang kembali hidup. Jade bisa merasakan hal mereka yang penuh akan dendam dan kemarahan. Orang-orang tidak bersalah yang menjadi korban penelitian. Jiwa mereka justru tidak tenang dan meninggali kota.
Jade terhenti di tengah-tengah mereka. Penduduk mengurungnya dengan senjata yang mengarah kepadanya. Meski menjadi salah satu anggota tentara yang terkenal dengan sebutan tanpa rasa kemanusiaan, Jade masih sisi kelembutan seorang manusia yang diajarkan oleh sang Ibunda.
Maka dia memilih menghindar. Melakukan lompatan tinggi hingga mendarat di atap rumah dan berlari di atas. Hal ini juga menguntungkan karena penduduk kota tidak bisa mengejarnya.
"Helio! Gunakan pedangmu!"
"Aku sudah bilang tidak akan menyerang, Markus!"
"Mereka sudah mati!"
"Aku tau!"
"Kalau begitu lawan!"
"Aku tidak mau!"
North yang di belakang dua penunggang di depannya hanya bisa menggelangkan kepala. Cukup tercengang, bahkan di waktu genting pun mereka berdua masih bisa bersahutan.
Sedangkan Juan yang masih duduk meringkuk di depannya terus bergetar dengan kata tidak yang tidak berhenti keluar. North sedikit kewalahan karena tidak bisa bergerak bebas. Juan mengambil ruang lebih banyak dari yang dia kira. Ditmbah lagi, North harus terus memegang tali kuda Jade agar tidak terlepas. Lantas, tentara Sosta itu pun menghela napas.
"Juan, bawalah kuda Jade."
Pemuda yang menumpang itu menggeleng.
"Kau harus, Juan. Kau tidak bisa duduk di depanku terus. Aku tidak bisa bis bergerak bebas. Mereka terus berdatangan."
Namun, Juan tidak memberikan jawaban. Pemuda itu terus tenggelam dalam rasa ketakutannya. Terlalu takut walau sekadar mengangkat kepalanya.
"Juan."
"Tolong ...."
North mendengkus pelan. "Aku tau. Maka dari itu, kau tunggangilah kuda saudaraku. Aku tetap akan menolongmu."
Juan kembali menggeleng. Menunggu sedikit waktu sebelum pemuda itu akhirnya bangun dan duduk menegak. Membuat North sedikit memundurkan badannya karena perbedaan tinggi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Dream || NCT Dream
Fantasy[!!!] 𝙒𝙞𝙡𝙡 𝙗𝙚 𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙪𝙥𝙙𝙖𝙩𝙚 𝙤𝙣 𝙈𝙤𝙣𝙙𝙖𝙮! ⚠️ 𝗔𝗹𝘂𝗿 : 𝗟𝗮𝗺𝗯𝗮𝘁 ⚠️ Berawal dari gosip tentang Tanah Yang Hilang, penduduk negeri Arcus berbondong-bondong memecahkan lokasinya. Namun, hal itu hanya bertahan sementara hingga mu...