BAB XXV

142 30 0
                                    

Kota masih terlihat ramai. Sama seperti waktu mereka bangun pagi ini. Pedagang-pedagang kian bermunculan. Anak-anak berlarian. Suara saling sahutan menyapa masuk pendengaran.

Juan memimpin di depan. Menggiring kuda berbulu cokelat milik Helio. Sementara pemiliknya masih dalam kondisi menahan sakit dengan rintihan-rintihan kecil di balik kain yang menutupi seluruh badannya. Markus senantiasa memegang pemuda tersebut duduk di depannya.

Jade berada di barisan paling belakang. Menatap sekitar dengan mata elang dibalik tudung jubah hitamnya. North di depan, urutan ketiga. Dengan jubah putih dan kuda putih pula. Terkesan lebih santai dan tetap menatap lurus ke depan.

"Sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari penduduk di sini. Semuanya terlihat ramah," gumam North pada dirinya sendiri.

"Ayah! Pemuda berjubah hitam itu menakutkan."

"Kau tidak boleh berkata seperti itu. Mereka pendatang, kita harus baik menyambut."

"Wah! Lihat! Kuda itu putih sekali."

"Apa mereka orang baru? Terlihat mewah sekali."

"Hei, hei! Bisa aku naik kuda juga?"

"Anak-anak, jangan menghalangi jalan."

Dan masih banyak sahutan lainnya. Jujur sulit bagi North untuk menghiraukan. Terlebih pada anak-anak yang berjalan di samping mengikuti mereka. Wajah riang dan polos itu terlalu menggemaskan. Hendak saja dia ingin menoleh dan membalas sapaan namun, desihan teguran dari Juan di depan memanggilnya untuk terus menatap ke depan.

Kian ke tengah kota, kian ramai orang-orang. Jalan menjadi sedikit lebih padat. Bahkan ada sebuah perayaan yang entah apa. Orang-orang menari di sekitar air pancuran. Alat musik yang melantunkan nada ceria layaknya senyuman mereka.

Semuanya menunjukkan tidak ada keanehan pada seluruh penduduk.

"Apa masih jauh, Juan?" tanya Markus.

Pemuda di depan memalingkan kepalanya. Mengangkat tangan menunjuk pada sebuah dinding lereng di mana bangunan megah berdiri.

Markus mengadah menatap arah tunjuknya. Terlihat dekat namun, jauh juga. Sementara Helio masih belum lepas dari rintihan-rintihannya.

"Sedikit lagi, Helio," ujarnya seraya mengelus kepala yang tertutup kain itu.

Jade menatap sekeliling dari balik tudung jubah layaknya elang. Orang-orang yang mereka lewati memang tidak menunjukkan aura mencurigakan. Hanya tersenyum dan terus menyapa mereka maupun penduduk lain yang lewat.

Hingga seorang anak hampir saja terinjak kuda kala mengambil sesuatu di tanah alur jalan mereka. Jade menarik kudanya hingga membuat hewan tersebut sedikit menjerit dengan dua kaki terangkat. Mereka yang berjalan di depan sontak berhenti dan menatap ke belakang.

"Astaga, Jade."

North ikut terkejut layaknya saudara tirinya tersebut. Hendak berangsur turun dari hewan tunggangan sebelum Juan kembali berseru melarang.

"Jangan! Jangan turun. Tetap di atas kuda," perintahnya.

North terdiam namun, bimbang. Dirinya ingin memastikan keadaan anak kecil itu tetapi peringatan Juan ikut terbayang dalam kepalanya.

Sementara anak kecil yang hampir menjadi korban tetap berdiri di sana. Di tengah jalan antara North dan Jade. Pemuda berjubah hitam saling bersitatap dengan si anak kecil dalam diam. Cukup lama sebelum mata anak kecil itu terbuka sedikit lebar. Tanpa ekspresi lalu mengangkat tangan menunjuk wajahnya.

"Kakak punya jamur putih di wajah," ucapnya.

Jade hanya terdiam, enggan membalas selayaknya dia memang jarang berbicara. Namun, sebutan jamur putih yang anak kecil itu sebutkan membuat seluruh penduduk yang ada di sana menjatuhkan seluruh perhatian.

Sky Dream || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang