"Hei, kau!"
Helio terus mengejar pemuda tinggi itu. Seakan insting mengatakan bahwa pemuda tersebut memiliki petunjuk tentang apa yang terjadi. Ditambah dengan tingkahnya yang terlalu mencurigakan bagi Helio.
Di belakang, North pun tidak melepas pandangannya dari Helio. Takut kehilangan jejak yang bisa menambah masalah bagi mereka lagi. Sementara mereka berdua sendiri sudah berpencar dari Jade dan Markus.
"Helio!"
Tentara putih itu terus memanggil sang pemilik nama namun, tetap tidak terbalas. Menoleh ke belakang sejenak pun tidak saking seriusnya untuk menangkap pemuda asing itu.
Ketiga pemuda tersebut terus saling mengejar. Membelah jalan yang dipenuhi dengan penduduk kota. Memasuki gorong-gorong dengan berbagai ukuran hingga mencapai sisi kota lain yang jauh lebih sepi.
Sebuah pagar dari kayu yang berbaris memanjang secara menyilang. Seakan memberi syarat bahwa itu adalah perbatasan sisi kota. Helio terhenti dengan napas yang terengah-engah menatap sang pemuda yang terus berlarian,melompati pagar melewati pembatas. North datang tidak lama setelahnya. Keduanya sama-sama memandang ke depan di mana bangunan-bangunan berjarak yang nampak sudah kumuh berhamburan.
"Di mana anak itu?" tanya North.
"Dia masuk ke dalam."
"Kau akan ikut?"
"Mungkin?"
Keduanya masih larut dalam bimbang untuk melanjutkan, terlebih lagi Helio. Namun, suatu bayangan yang terlihat seperti sedang melayang mengalihkan perhatian keduanya. Kala kedua pemuda tersebut menengadah, menangkap kilasan dua pemuda lain yang melompati atap-atap hingga menyebrangi pembatas. Mereka lalu mendarat dengan sangat mulus tanpa harus bergulis di tanah tandus.
"Ke mana dia?" tanya Markus dengan kepala yang hanya menoleh.
North dan Helio lantas sama-sama menunjuk ke depan di mana jalan lebar dengan bangunan-bangunan kumuh berhamburan. Setelah mendapat jawaban, Jade dan Markus lantas berlari mengejar.
"H-Hei! Tunggu aku!"
Helio seakan tidak ingin ketinggalan. Dia berlari dan memanjati pagar yang sedikit lebih tinggi darinya. Terlihat sedikit kesusahan yang berbanding terbalik dengan North. Sekali lompatan, lelaki itu sudah mencapai atas pagar lalu mengulurkan tangan ke bawah. Helio meraihnya sebagai bantuan untuk memanjat hingga mencapai atas dan mereka sama-sama turun ke bawah, menyusul keduanya.
Satu sisi di mana pemuda tinggi itu terus berlari dengan sesekali menatap ke belakang. Mendapati rasa aman sebab tidak melihat siapa pun yang mengejar. Dirinya lantas terhenti seraya merukuk menyentuh lutut untuk mengambil napas.
Pemuda tinggi itu melihat sekitaran yang sepi dan porak-poranda. Memilih melanjutkan jalannya dengan lebih santai tanpa harus tergesa. Sebuah rumah kecil yang hanya berukuran sepetak dengan atap kayu kering perlahan merapuh. Pintunya dan jendelanya pun tidak jauh berbeda dengan kondisi atap. Di mana saat dia hendak masuk, papan yang sebagai pintu dia angkat terlebih dahulu untuk memberinya ruang masuk.
Tidak banyak barang yang ada di dalam. Hanya setumpukan barang-barang hasil curiannya yang tergeletak di lantai tanah kering beralas tumpukan jerami. Menurunkan kain yang menutup setengah wajahnya dan mengambil napas panjang. Pemuda itu lantas berjalan mendekati barang-barangnya.
Dua pedang yang terbaring di dalam sarung. Sebuah buku dan beberapa kotak makanan yang sudah dia habiskan. Pemuda itu mendudukkan diri dengan nyaman dan membuka buku usang yang dicuri semalam.
"Ah ... aku belum memberi makan kudanya."
Pemuda itu kembali berdiri. Melewati jalan belakang di mana empat ekor kuda yang terlihat nyaman sedang istirahat. Satu di antaranya masih terlihat berdiri. Pemuda itu mendekat, mengelus kepalanya sebelum mengambil jerami dan memberinya makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Dream || NCT Dream
Fantasy[!!!] 𝙒𝙞𝙡𝙡 𝙗𝙚 𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙪𝙥𝙙𝙖𝙩𝙚 𝙤𝙣 𝙈𝙤𝙣𝙙𝙖𝙮! ⚠️ 𝗔𝗹𝘂𝗿 : 𝗟𝗮𝗺𝗯𝗮𝘁 ⚠️ Berawal dari gosip tentang Tanah Yang Hilang, penduduk negeri Arcus berbondong-bondong memecahkan lokasinya. Namun, hal itu hanya bertahan sementara hingga mu...