BAB X

208 37 0
                                    

Terhitung sudah tiga hari Helio menetap di rumah Markus. Pemuda cokelat itu benar-benar tidak pernah menyinggung untuk pulang. Menemani Ayah Markus yang tidak memilik tugas menetap di ruang baca. Ikut bersama Ibu Markus berbelanja. Atau bersama dengan Markus sendiri mengenalkannya tentang apa saja yang biasa dia lakukan. Berlatih pedang, panah, berkuda, hingga catur. Helio juga berjalan-jalan keluar, terutama ketika hari jadwal berkuda Markus.

Hari ini, pemuda itu tidak ikut menunggangi hewan gagah berkaki empat itu. Helio lebih memilih menjadi penonton di luar arena padang berlatih menunggang. Menaruh dua lengan di atas gerbang besi pembatas melirik Markus yang terlihat jauh lebih berwibawa di atas kuda.

Kemarin, tepatnya sore jadwal berkuda Markus yang dia ikuti. Helio juga menaiki satu kuda berwarna cokelat gelap. Karena semua hal yang Helio lakukan di kota mewah ini terbilang pertama kali, maka bisa dimaklumkan kala menaiki sang kuda pemuda cokelat itu malah terus berteriak.

Awalnya tidak ada yang salah. Helio naik dengan cara yang sudah disebutkan. Hanya ketika pemuda itu mulai menghentakkan tali pegangan membuat kudanya perlahan berjalan, Markus dengan ide jahilnya memukul kaki belakang kuda. Alhasil langsung membuat hewan itu berteriak dengan kaki depan terangkat. Helio dilanda panik dan makin panik disaat kuda yang dia tunggangi berlarian ke sana kemari di luar kendali. Sedangkan Markus hanya menyaksikan dengan tawa penuh kesenangan.

Helio mendengkus mengingat hal itu. Seketika mengundang trauma baginya menunggangi kuda lagi.

"Aku baru tau dia juga semenyebalkan itu," pukasnya.

Markus kembali dengan kuda putih yang ditumpanginya. Turun dengan sekali hentak dan berjalan menghampiri Helio.

"Kau tidak ingin mencoba lagi?"

Pemuda yang ditawari jelas melepas decihan tawanya. "Aku tidak akan tertipu dua kali. Cukup kemarin kau membuatku trauma."

Markus terkekeh pelan. "Maaf, tapi kali ini serius. Kau bisa belajar menunggangi kuda lagi."

Helio menggeleng. "Tidak apa," tolaknya. "Hari ini jadwalmu apa lagi?"

"Tidak ada." Markus kemudian melewati pagar besi yang terbuka. Keluar dari pembatas lapangan. "Kau ingin berjalan-jalan?"

"Boleh saja."

Dua pemuda itu lantas meninggalkan area latihan berkuda. Kembali ke mobil dan yang entah akan membawa mereka ke mana. Hari ini Markus yang menentukan lokasi jalan-jalan yang mana beberapa hari sebelumnya Helio menemani Ibu Markus berbelanja.

"Kau ingin ke mana?" tanya Markus.

"Tidak tau. Aku masih belum kenal kota ini terlalu jauh," balas Helio.

"Ingin ke perpustakaan?"

Helio lantas mencondongkan badan ke depan dengan mata yang sedikit membulat. "Ada?"

"Tentu saja," ditambah kekehan di akhir.

Supir lantas membawa kendaraan bangsawan itu ke perpustakaan pusat kota. Bangunan yang besarnya benar-benar membuat Helio tidak bisa menahan diri untuk tidak terperangah. Markus kemudian menyuruh supir keluarganya untuk kembali dan akan memanggil ketika hendak pulang nanti.

"Jangan pasang wajah itu di sini. Atau kutinggalkan kau sendirian."

Helio berlagak hormat. "Siap, Tuan Muda!"

Sky Dream || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang