Keempat penunggang kuda itu berhenti di depan tugu kayu yang dikayini sebagai gerbang pintu masuk kota. Terlihat kusam dengan beberapa keretakan sebab rapuh. Tulisan nama kota pun sudah terlihat pudar dan sulit untuk dibaca. Dan dari depan tugu keempatnya mendapat pemandangan yang penuh kesunyian.
"Kenapa sepi sekali?" tanya Helio yang tidak mendapat jawaban dari ketiganya.
Lelaki tan itu kemudian turun dari kuda cokelatnya. Berjalan menghampiri tugu kayu untuk mengetuknya perlahan. Hingga kala dia hendak mencoba bersandar, suara deritan kayu hingga runtuhnya tugu membuat sang empu terkejut dan menjauh. Wajah terkejut beserta panik lantas timbul.
Markus yang melihat itu hanya bisa menghela napas pasrah. Berbeda dengan North yang justru terkekeh bersama Jade yang tetap memasang raut datarnya.
Helio lalu kembali mendekati kuda cokelatnya. "Itu bukan salahku, kan?"
"Bagaimana bisa kau mengajukan pertanyaan itu setelah apa yang terjadi?" balas Markus.
"Aku ... hanya menyentuhnya saja," bela Helio dengan suara pelan.
North kemudian ikut turun dari kuda putihnya. Menatap sekeliling sebelum menarik tali kudanya untuk mengekor di belakang. Tiga lainnya pun mengikuti. Melangkahi reruntuhan tugu akibat sentuhan halus Helio sebelumnya. Memasuki jalan utama kota yang makin memperlihatkan seluruh keadaan kota.
Bangunan-bangunan yang masih terlihat kokoh. Berbahan batuan dan tanah liat padat dengan atap kayu berwarna gelap. Keempatnya menyusuri jalan tanah berkerikil sembari menatap sekitar. Benar-benar tidak memiliki petunjuk akan kehadiran penghuni kota. Beberapa pintu terbuka lebar bersama jendela-jendela. Bahkan ada yang sudah tidak memiliki pintu sama sekali.
"Ke mana semua orang? Apa sudah tidak ada yang tinggal di sini?" Helio kembali mengajukan keheranan meskipun tetap akan tidak akan mendapat jawaban. Yang lainnya memiliki pertanyaan yang sama.
Mereka terus menyusuri jalan. Makin masuk ke dalam kota hingga mencapai sebuah tugu pancuran. Markus mendekati pancuran tersebut untuk melihat lebih jelas. Mendapat sekitaran kolam yang kering dengan retakan pecah-pecah.
"Sepertinya sudah tidak berfungsi lagi," ujarnya.
Sementara yang lain kian menatap sekitar, Jade justru memasuki sebuah rumah. Sempat mengetuk dan menunggu sahutan sebelum membuka sekat utama itu sendiri.
Ruang depan yang masih memiliki perabotan. Beberapa kursi dan meja. Juga lemari-lemari kecil dan rak sepatu. Jade kian masuk ke dalam tanpa suara dan menyusuri tiap ruangan tanpa segan. Lantas keluar dari rumah tersebut setelah memastikan tidak menemukan apa-apa, termasuk tuan pemilik rumah.
"Bagaimana?" tanya North.
Jade menggeleng. "Sepi."
Helio mennggaruk kepalanya. Kening lelaki itu sedikit mengkerut sebab sinar matahari yang terlalu silau baginya untuk mampu membuka mata.
"Apa mungkin penduduk kota berkumpul disatu tempat?" ujar Markus.
"Entahlah. Jika memang seperti itu, terlalu aneh membiarkan pintu dan jendela terbuka percuma," ungkap North.
Helio menghela napas. Menjadikan tangannya sebagai kipas buatan meski tidak memberikan dampak besar baginya. Matahari terlalu terik saat ini.
"Ayo cari tempat teduh terlebih dahulu. Aku bisa mati kepanasan."
Markus melirik. "Dasar manja."
"Heh! Ini panas, tau!"
Balasan Markus hanyalah sebuah delikkan bahu dengan wajah tidak peduli. Helio membalas dengan mata yang menyipit sinis tanpa menghentikan aksi tangan kipas mengipasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Dream || NCT Dream
Fantasy[!!!] 𝙒𝙞𝙡𝙡 𝙗𝙚 𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙪𝙥𝙙𝙖𝙩𝙚 𝙤𝙣 𝙈𝙤𝙣𝙙𝙖𝙮! ⚠️ 𝗔𝗹𝘂𝗿 : 𝗟𝗮𝗺𝗯𝗮𝘁 ⚠️ Berawal dari gosip tentang Tanah Yang Hilang, penduduk negeri Arcus berbondong-bondong memecahkan lokasinya. Namun, hal itu hanya bertahan sementara hingga mu...