BAB XII

177 38 0
                                    

Pagi-pagi sekali Helio sudah bangun dan bersiap keluar. Hari ini pemuda cokelat itu berniat untuk keluar sendiri membeli sesuatu. Ide terakhir yang dia punya untuk meminta maaf ke Markus.

Kala hendak keluar, Helio bertemu dengan Ibu Markus yang sudah duduk manis di ruang depan dengan secangkir teh.

"Mau ke mana pagi-pagi begini, Nak Helio?"

Pemuda itu melipat bibirnya ke dalam. Helio lalu berjalan pelan menghampiri wanita tersebut. Menunduk lalu memainkan jarinya di depan badan.

"Maaf kalau ucapanku ini terdengar sangat tidak tau malu, tapi ... Aku tidak punya cara lain untuk meminta maaf ke Markus," ucap Helio.

"Apa itu?" Ibu Markus masih dengan raut ramahnya menunggu ucapan lanjutan.

Membasahi bibir bawah sebelum berucap, Helio melirik dengan takut-takut. "Nyonya tau saya datang ke sini tanpa sepersen uang pun. Jika berkenan, saya ingin keluar membeli sesuatu sebagai hadiah untuk Markus."

Lantas dua alis Ibu Markus terangkat. Wanita itu tersenyum simpul yang manis dan meletakkan cangkir tehnya.

"Maaf atas ucapanku, Nyonya."

"Tidak apa. Aku paham."

Ibu Markus memanggil salah satu pelayan. Memberinya sebuah kantung kecil berwarna cokelat dengan lambang bangsawan.

"Markus tidak terlalu suka dengan barang-barang mewah, besar dan terlihat merepotkan." Kantung cokelat kecil itu lalu diberikan ke Helio. "Jika kau tidak keberatan, aku juga ingin menitip sesuatu."

Helio menerima kantung kecil itu lalu membuka ikatan talinya. Sebuah koin dengan jumlah yang cukup banyak.

"Saat ini musim buah semangka. Bisa belikan aku dua buah? Markus juga suka dengan buah itu."

Pemuda cokelat itu mengangkat kepala seraya tersenyum lebar lalu mengangguk semangat beberapa kali.

"Tentu, Nyonya. Terima kasih."

Ibu Markus hanya tersenyum membalas. Helio lalu menunduk sekali sebelum berlalu keluar dari rumah. Entah apa yang akan dibelinya, Helio akan melihat-lihat nanti.

Tidak perlu meminta supir untuk mengantar. Helio sudah sedikit hapal jalan menuju pasar masyarakat berkat menemani Ibu Markus. Dan tidak jauh berbeda seperti hari-hari sebelumnya, pasar masyarakat tidak pernah sepi oleh pengunjung.

Helio berkeliling, mengunjungi pedagang demi pedagang. Mulai dari sayur, hewan, hingga buah-buahan. Pemuda cokelat itu terus berjalan dengan mata dan kepala yang sibuk. Sangat banyak mengundang perhatiannya namun, hal pertama yang harus dia beli adalah buah titipan Ibu Markus.

"Itu dia. Semangka."

Helio berjalan mendekati salah satu pedagang buah. Seorang wanita yang cukup paruh baya.

"Buah-buahnya, Tuan?"

Kepala Helio mengangguk sekali. "Apa semangkanya masih baru, Nyonya?"

"Tentu, Tuan. Semangkanya baru saja datang dari kebun Selatan."

"Kalau begitu beri dua. Berapa?"

Sky Dream || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang