BAB XI

183 36 0
                                    

Helio masih dalam posisi duduk di belakang Markus. Karena terkejut, pemuda cokelat itu sampai terjatuh mendapati pedang panjang dan tajam berayun hendak menebas kepalanya. Beruntung Markus dengan cepat datang dan menangkisnya.

"Markus."

Pemuda bangsawan itu menolehkan kepalanya ke belakang. "Kau baik-baik saja?"

Helio mengangguk. Dirinya kemudian berdiri dan kembali menepuk bokong yang terjatuh dua kali. Lirikannya lalu beralih pada orang berjubah hitam yang dia kejar tadi. Masih belum terlalu jelas untuk melihat wajahnya karena tudung besar yang menutupi setengah wajah. Hanya hidung dan mulut yang bisa Helio lihat.

Markus lalu melayangkan tendangannya pada pemuda cokelat itu. Mengundang ringis serta kejut yang singkat. Kening Helio bahkan menyerit sebagai perwakilan tanda tidak terima.

"Sudah pernah kukatakan untuk tidak melakukan tindakan bodoh. Ini bukan kotamu!" sungut Markus. Terlihat benar-benar sudah kesal pada Helio.

"Maaf. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu pada orang ini, tapi dia kabur," balas Helio seraya mengelus pahanya. Cukup perih mendapat tendangan dari pemuda bangsawan itu.

"Tentu saja dia akan lari, bodoh! Dia tidak mengenalmu. Dia pasti berpikir kau orang gila yang mengejarnya tanpa sebab."

"Hei!" Kening Helio makin mengkerut tidak terima.

Di saat kedua pemuda itu saling bersitatap sungut, orang berjubah itu masih setia memandang keduanya dengan pedang yang terhunus. Pedang itu kemudian di masukkan dalam sarung pedang. Tanpa mengatakan apa pun, kembali melompati dinding dan meninggalkan keduanya.

"Ah? Tunggu!"

Terlambat bagi Helio untuk menghentikannya. Pemuda itu lalu mendengkus kesal dan berbalik menatap Markus.

"Kenapa kau menatapku begitu?"

Tidak ingin mendapat tendangan yang kedua, Helio memilih menahan kesal dan membuang muka.

Mereka baru sampai di rumah ketika langit mulai memasuki gelap. Markus masih menunjukkan muka kusut kala memasuki rumah mewah keluarganya. Lain dengan Helio yang mengekor di belakang, senantiasa cemberut dengan bibir yang mengerucut.

Ibu Markus yang kebetulan sedang menikmati tehnya di ruang depan menatap kedatangan dua pemuda itu dengan heran.

"Kalian baik-baik saja?"

"Tidak," jawab Markus spontan. "Sangat tidak baik-baik saja," lanjutnya dengan sedikit menekan ucapan. Tidak lupa melirik Helio yang langsung melirik ke arah lain menolak berkontak mata dengannya.

Dua alis Ibu Markus terangkat. Kembali menatap putranya dan Helio bergantian.

"Lebih baik kubiarkan saja kepalamu tertebas tadi," tutur Markus.

Helio seketika menoleh cepat. "Kau jahat sekali. Aku kan, sudah bilang maaf padamu."

"Tetap saja. Maafmu itu masih belum menghilangkan kesalku padamu."

Helio mencibik. "Pendendam sekali kau ini."

"Apa kau bilang?"

Sky Dream || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang