BAB IX

204 36 0
                                    

Malam pertama bagi Helio di rumah bangsawan. Setelah makan malam yang berlangsung mewah tadi, pemuda itu memutuskan kembali ke kamar sementaranya. Meski sempat tersesat karena luasnya rumah, beruntung Markus dengan suka rela mengantarnya walau harus ditegur lagi sepanjang jalan karena wajah tegang Helio yang masih belum hilang.

Helio tidak pernah tahu menahu soal jam di malam hari. Karena kebiasaan yang menghabiskan malam dengan membaca buku jurnal ayahnya hingga dirinya tertidur sendiri. Namun untuk malam ini, mungkin bisa masuk pengecualian. Kasur empuk yang nyaman, sekali membaringkan badan Helio sudah dilanda rasa kantuk dengan senyum tipis.

"Tidak akan heran aku akan mimpi indah malam ini," pukasnya seorang diri.

Menatap langit-langit atap kasur, sebelum akhirnya memejamkan mata. Sayang, baru kisaran lima detik, Helio harus membuka matanya kembali begitu sahutan suara pintu terbuka mau tidak mau membuatnya bangun dan duduk.

Markus muncul, bersandar di tepi pintu seraya melipat tangan di dada.

"Sudah mau tidur?"

Helio menggaruk belakang kepala. "Apa bangsawan punya jadwal tidur?"

Pemuda bangsawan itu merotasikan mata. "Berhenti bertanya yang aneh-aneh. Kalau kau sudah ingin tidur, tidak apa. Ayahku memanggil di bawah, katanya ingin menunjukkan sesuatu."

Tidak menunggu waktu lama, Helio sontak turun dari kasur empuknya. Rasa kantuk ikut menghilang setelahnya. Menghampiri Markus dengan wajah cerah sedangkan pemuda itu terheran-heran.

"Ayo!"

Markus menghela napas sesaat sebelum berputar balik berlalu menjngga kamar Helio. Menuruni tangga menuju ruangan besar. Yang mana di dalamnya dikelilingi oleh rak buku, berkamuflase sebagai dinding. Ada pula tangga sebagai alternatif mengambil buku yang berada di atas. Kepala Helio mengadah mengikuti tingginya rak buku.

"Apa aku mengganggu waktu istirahatmu, Nak Helio?"

Ayah Markus bersuara. Pria itu berada di tengah ruangan, duduk di satu kursi sepasang dengan meja. Ada kacamata yang bertengger di wajahnya.

Helio menggeleng. "Tidak, Tuan."

"Bagus. Aku berniat menunjukkanmu sesuatu."

Pemuda cokelat itu menatap Markus sejenak. Hanya dibalas dengan delikan bahu sebelum pemuda bangsawan itu berlalu menghadap ke rak buku. Helio lalu berjalan menghampiri Ayah Markus.

"Istriku mengatakan, kau sangat suka membaca buku sejarah dunia," pukas Ayah Markus yang diangguki Helio. "Di ruangan ini, kau bisa bebas membaca buku apa pun karena Markus dan aku juga mencintai buku. Dan tentang sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu adalah."

Sebuah buku tebal dan terlihat tua ditaruh di atas meja oleh Ayah Markus. Dua alis Helio lantas terangkat bersamaan.

"Buku ini dari zaman negeri Arcus dipimpin oleh Raja Omerus," ungkap pria tersebut.

"Raja Omerus? Raja ketiga negeri Arcus? Sudah lama sekali."

Ayah Markus mengangguk. "Satu-satunya buku tua yang kupunya. Dan, kau mungkin akan terkejut kala melihat salah satu isi babnya."

Pemuda cokelat itu berkedip sedikit cepat. Dia kembali menunduk menatap buku tebal yang bergeser di depannya. Melirik Ayah Markus sekali lagi sebelum akhirnya memberanikan diri untuk membukanya.

Sky Dream || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang