BAB XXII

156 31 1
                                    

Markus mendengkus. "Ke mana anak itu? Lama sekali."

North hanya mengintai sekitar. Ikut bertanya-tanya juga pasal kehadiran Helio yang belum terlihat. Jade masih sibuk dengan lencana yang tersangkut dalam tanah kering. Masih terlalusulit untuk dicabut tanpa terkecuali digali terlebih dahulu.

Markus menghela napas kasarnya lalu berdiri. Di bawah terik matahari yang kian membakar kulit, Helio yang belum juga datang dari tugas yang dia perintahkan menambah rasa gerah hingga ke batinnya.

"Aku akan susul dia. Mungkin terjadi sesuatu," ucap pemuda bangsawan itu.

North hanya mengangguk saat Jade tetap fokus pada lencana. Namun, baru kala Markus ingin meninggalkan tempat, derap kaki yang terdengar buru-buru bersama bayangan seorang pemuda mengalihkan perhatian ketiganya.

Helio dari kejauhan nampak berlarian menghampiri mereka. Wajahnya setengah pucat dengan deru napas yang cepat. Tatkala berhenti di depan Markus, pemuda cokelat itu meremat pakaiannya di saat kakinya terasa sulit untuk berdiri normal.

"Apa? Kau kenapa?"

North mendekat, Jade berdiri dari posisinya. Mereka ikut penasaran dsn mengelilingi Helio.

"Ada apa, Helio?" tanya North.

Helio menunduk, mencoba menangkap napasnya untuk kembali normal.

"Orang mati ..." ucapnya terputus.

"Hah?"

Helio mengangkat wajahnya kemudian. "Orang mati, Markus. Maksudku ... Tengkorak orang mati. Di sana, kuburan tulang belulang orang mati."

"Apa?"

Raut terkejut tidak bisa ditahan oleh ketiganya. Meski wajah Jade tetap terlihat datar.

"Apa maksudmu, Helio?" tanya North kembali.

Helio melirik. "Sesuai yang kukatakan. Aku melihat kuburan tulang belulang manusia di sana. Banyak ... Sangat banyak."

"Di bagian mana kau melihatnya?" kali ini Markus bersuara.

Helio lalu menunjuk ke arah di mana dia melihat seluruh hal menakutkan itu. Markus lantas hendak berjalan namun, ditahan.

"Kau mau ke mana?"

"Melihatnya."

"Untuk apa?"

"Untuk mencari tau penyebabnya. Penyebab sisi kota ini hancur bersama kuburan tulang yang kau sebutkan," Jade menjawab.

"Tapi-"

"Kau bisa menunggu di sini kalau kau masih takut, Helio. Kami akan segera kembali. Tidak lama," sela North.

Jade lebih dulu berjalan disusul saudara tirinya setelahnya. Helio masih menahan lengan pakaian Markus dengan erat.

"Tunggulah di sini."

Pemuda tan itu menggigit bibir bawah dalamnya sebentar. "Aku ikut."

"Kau yakin?"

Helio mengangguk. "Aku punya kau dan dua tentara lain. Aku akan di punggungmu."

Markus sontak memasang raut datarnya. "Terserah kau sajalah."

Lantas keduanya berjalan berurutan. Helio mengekor seraya menggenggam belakang pakaian Markus.

Di tempat lain, Jade dan North berdiri berdampingan menatap hamparan tanah dengan ratusan tulang belulang manusia. Mungkin saja ribuan. Keduanya sama-sama enggan untuk bsrsuara. Terlampau bingung, penasaran, bersama sedih yang bercampur aduk di dalam mereka.

Sky Dream || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang