BAB XVI. NEKROS

214 34 0
                                    

Helio tidak pernah membayangkan kalau perjalanannya mencari Tanah Yang Hilang akan benar-benar terlaksana. Sepanjang jalan, ujung bibirnya tidak pernah berhenti untuk tidak tertarik. Menatap lintasan jalan yang mereka berempat tempuh selama kurang lebih tiga puluh menit. Lahan padang perkebunan yang luas bersama dengan bukit-bukit yang menjulang sangat memanjakan mata. Udara terasa sangat sejuk dan rugi untuk tidak dihirup. Helio melakukan itu beberapa kali yang tanpa disadari selama itu juga Markus mendelik menatap.

"Apa kewarasanmu ketinggalan di rumah? Aku keberatan kalau harus putar balik mengambilnya," cetus Markus.

Helio menoleh. Masih dengan senyum yang merekah lebar. "Aku sedang senang, Markus. Sangat senang sampai kewarasanku hilang."

Pemuda bangsawan itu mengangguk sekali. Dia lalu membuang wajah menatap jalan pasir kerikil mereka.

"Tidak usah dipertanyakan lagi. Kau memang gila."

Kali ini raut Helio berganti masam. Menatap Markus penuh sinis sebelum membuang wajahnya ke arah lain dan kembali tersenyum.

Sementara di belakang, di mana barisan North dan Jade yang senantiasa menatap keduanya. Tentara Aristera Arcus itu hanya diam dengan raut datar tegas. Berbeda dengan North yang beberapa kali sudah terkekeh geli merasa terhibur.

"Kalian terlihat sangat dekat," ujarnya.

Itu membuat baik Helio maupun Markus menolehkan kepala ke belakang.

"Apa aku salah?"

Helio menggeleng. "Bisa dibilang seperti itu. Aku sudah menganggapnya sebagai sahabatku, tapi dia terus memanggilku gila."

"Karena kau memang gila," ungkap Markus. "Manusia waras mana yang menyusup ke kapal bangsawan hanya untuk kabur dari rumah, demi si Tanah Yang Hilang? Hanya kau."

Helio mencibik dan kembali menatap sinis. "Mulutmu tidak bisa dipercaya. Tukang bocor."

"Aku mengatakan fakta."

Dan kembali, kedua pemuda itu bersiteru hanya karena masalah kecil. North terkekeh lagi.

Melirik ke Jade, saudara tirinya tetap dengan mulut yang terkatup rapat. Seolah menolak untuk berbicara. North menerbitkan senyum tipis yang langsung disadari oleh pemuda itu dalam hitungan beberapa detik.

"Kau belum merasa bosan, kan?"

Jade menggeleng lalu membuang tatapannya kembali menatap jalan.

"Ngomong-ngomong, North." Pemilik nama menoleh kesumber suara. "Apa kau pernah dengar tentang kota Nekros ini? Aku baru pertama kali mendengarnya, jujur," tanya Helio.

Pemuda cokelat itu kembali memutar sedikit badannya menghadap ke belakang. Sementara kuda cokelat yang ditunggangi terus berjalan.

"Hm ... aku kurang tau juga soal kota ini, tapi aku rasa aku pernah mendengar kabar-kabarnya," jawab North. "Dari beberapa yang kudengar, kota ini mengisolasikan diri karena sesuatu."

"Mengapa?" Markus bersuara.

North menggeleng dengan bahu terangkat. "Tidak tau juga. Aku hanya sekadar mendengar kabar itu dari mulut ke mulut. Tentang kelanjutannya, aku tidak tau lagi."

Sky Dream || NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang