13. Dia yang Tirani (2)

471 77 10
                                    

Hiruk pikuk kota, menghampiri [Y/n] yang mengerucutkan bibir. Sesekali para putri duyung yang memiliki tinggi empat kali dari [Y/n] menoleh, menjadikan sang dewi sebagai penarik perhatian. Tatapan remeh mereka, mengakibatkan sang dewi oleng. Tumpukan barang belanjaan setinggi lima meter, meliak-liuk. Seluruhnya terus diusahakan untuk bertahan pada tangan sang dewi.

"Kemarin menjadi pecundang, sekarang menjadi siput," cibir Poseidon. Ia memberhentikan langkah, jaraknya dengan [Y/n] terpaut sekitar sepuluh meter. "Kau senang sekali menjadi makhluk rendahan, huh?"

[Y/n] mendengkus. Poseidon selalu saja melecehkannya. Sampai-sampai para manusia duyung yang mendengar, terkekeh pelan sambil melalui dan melirik [Y/n]. Ah, sungguh Poseidon adalah pria menyebalkan!

Mujur tak boleh diraih. Tampaknya penderitaan [Y/n] tak sampai di sana, sebab flatfish yang berkamuflase, ingin sekali menyambutnya. Sang Dewi Pencipta pun, tersungkur. Menjatuhkan berbagai belanjaan, yang pastinya menimbulkan kontra di mata Sang Batara Samudra.

"Sejak awal aku bertemu denganmu, Kau selalu saja membuat kesalahan, dasar tidak berguna! Mengapa ada dewi tak berguna sepertimu?" cecar Poseidon, menohok hati. "Bahkan menjadi budak saja tidak becus."

[Y/n] mengangkat wajah, ia menatap mata Poseidon, tajam. Wajah Sang Dewi merah, urat-urat biru muncul di beberapa bagian, giginya menggeretak. "Sejak awal aku bertemu denganmu, Kau selalu saja bertindak seenaknya, dasar Dewa Tiran! Kau seringkali melecehkan dan memaksaku! Mengapa ada dewa sebejad dirimu? Harusnya Kau tinggal di neraka! Sifat bengismu lebih pantas jadi raja di neraka!"

"Huh. Tarik kata-katamu, [Y/n]." Poseidon menatap, tajam. Urat-urat di beberapa bagian tubuhnya, sedikit menyembul.

"Aku sudah tidak tahan lagi!" [Y/n] bangkit, ia enggan memungut barang belanjaan Sang Dewa Laut. "Sihir pencipta, penjara baja! Aku mengutukmu, untuk menjadi budakku selamanya."

Sebuah jeruji berbentuk kotak bersisi tiga meter kali tiga meter, menangkap Poseidon. [Y/n] berlari, menjauhi pria itu. Pikirannya kacau. Langkahnya, lontang-lantung.

"Huh, lumba-lumba sialan." Kedua tangan Poseidon memegang erat dua ruas jeruji. Ia membengkokkan batang yang menghalanginya, dengan mudah. Manik mata Sang Batara, menatap punggung [Y/n] yang menjauh, ia mendecih.

Ujung kaki Poseidon, mendorong dasar laut. Menimbulkan gerakan cepat, yang menjadi salah satu kelebihan Sang Dewa yang agung. Dalam satu hentakan kaki, ia bisa menyusul dan menghadang [Y/n] .

[Y/n] terbeliak, manik matanya bergetar. "Itu hasil dari obat otot yang Dia beli tempo lalu?"

Dalam sekali kedipan mata, Poseidon sudah tiba di sisi [Y/n]. Tangannya kanannya yang merapatkan jari, memukul leher gadis itu hingga tak sadarkan diri. Poseidon, melirik remeh tubuh [Y/n] yang tergeletak. Lantas mengangkat tubuh dewi itu di pundak, bagai membawa sekarung beras.

"Proteus, pungut dan bawa pulang baju-bajuku yang berserakan," titah Poseidon, Proteus menampakkan diri. "Aku akan memberi pelajaran pada lumba-lumba sialan ini, siapkan jajaran barang penyiksaan di kamarku. Tidak ada yang boleh menggangguku, walaupun mereka adalah Okeanos ataupun Nereus."

"Baik, Tuan," ujar Proteus, memberi hormat. Ia kembali menghilang.

***

Sedu sedan dan suara melibas, mengisi ruang mewah luas nan minim cahaya. Di sisi kasur king size, terdapat sepasang dewa yang saling berhadapan. Salah satu di antara mereka berdiri, lainnya duduk sambil menunduk. Serta merta, pada bagian tangan dewa yang berdiri, terus-menerus melancarkan serangan. Yang membuat siapa saja bergetar.

✔ Tyrant of the Ocean [ Poseidon X Reader ] || Record of RagnarokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang