Dia yang terlahir sebagai anak terkutuk, tak pernah diinginkan ada. Harapannya gugur, dendamnya membara. Dia kembali datang bersama umurnya yang melebihi jagung. Membawa api yang telah membesar. Bersama dengan teman-temannya, di mana pandangan dan hati mereka telah dimakan oleh makhluk terkutuk itu. Dialah yang menjatuhkan takhta Naram Sin. Tepatnya, dialah yang membunuh Naram sin. Dia jugalah yang mentitahkan kelinci kecil untuk menggulung takhta Naram Sin. Saat itu tiba, tuhanmu kembali bangkit. Semua orang dilanda rasa takut, takut melalui benang merah menuju jurang kesesatan. Hanya tiga kalung milih tuhanmu lah, yang mempu menyelamatkan manusia dari kehancuran. Atau malah membawa umat manusia menuju kehancuran?
Naram Sin yang tak memakai topeng, seketika membuka mata dan duduk. Napas tersenggal, pupil mata mengecil. Kata-kata itu tertulis pada lapisan hitam di bawah alam sadarnya beberapa detik yang lalu. Setidaknya hampir semua tahu, begitulah cara ia meramal masa depan.
"Panggil [Y/n]. Dia satu-satunya keturunanku yang bermanfaat." Lima wanita yang semalaman tidur di kamar Raja Babilonia itu, mengangguk dan beranjak, usai mendengar permintaan Naram Sin.
Beberapa menit kemudian, [Y/n] memenuhi panggilan. Mereka duduk di sofa, berhadapan. Tak peduli pada para pelayan yang kian-ke mari membawa seteko minuman dan beberapa jenis makanan pengganjal perut.
"Untuk hari ini, Kau tidak boleh ikut bangau putih berperang. Aku, mendapat mimpi bahwa aku akan dibunuh oleh pria yang tahu Pazuzu." Naram Sin, tercekat. [Y/n] mengangkat salah satu alis. Ketidakmengertian gadis itu membuat Naram Sin menjambak rambutnya. Dia memperlihatkan wajah tua, beruban yang tak pernah ia perlihatkan kepada [Y/n] sebelumnya. "Namun aku tidak tahu siapa pria itu. Bisakah Kau perlihatkan pria itu padaku?"
Naram Sin meraih kedua tangan [Y/n], menangkup. Menggoyang- goyangkan kedua tangan yang ia tangkap. "Aku sangat takut, sangat takut. Kau satu-satunya keturunanku yang juga bisa melihat masa depan. Aku bisa berikan ramalan yang kudapat ini!"
"Hah? Kenapa aku? Bukannya Kau masih memiliki anak atau cucu lain selain aku?" [Y/n] semakin tak mengerti. "Aku hanya cicitmu."
"Hanya Kau yang bukan dewi palsu." Mendengar pernyataan Naram Sin, [Y/n] memperlebar matanya. Pria yang umurnya lebih tua dari Adam, manusia pertama itu, beranjak. Ia memejamkan mata, menyentuh ubun-ubun [Y/n] meski gadis itu belum menyetujui. Setelah itu ia membuka mata, membiarkan sang gadis terlelap sejenak. Lalu beberapa menit kemudian, [Y/n] membuka mata.
Surai perak bergelombang, mata biru bagai lautan. Bibir merah alami. Dan tubuh putih, seputih salju. Pria yang paling mirip dengan ramalan yang Naram Sin beri, adalah Alastor. Apa aku perlu memberitahunya? Batin [Y/n], menatap Naram Sin.
"Aku bisa ingat jelas ciri-cirinya, tapi rasanya aku tak pernah melihat pria seperti itu." [Y/n] menyila kedua tangan di dada, ia mengernyit. "Namun, apa-apaan katamu, Buyut? Dewi palsu? Memang Kalian ini palsu? Aku juga sepertinya mengerti kenapa dia ingin membunuhmu. Itu karena Kau seenaknya menyuruh bangau putih untuk mengurus wilayahmu. Kau juga tidak mengurus lautan, padahal Athena telah mempercayakan itu kepadamu. "
"Beraninya Kau bilang begitu? Aku masih satu anggota keluarga denganmu. Kau mendapat hartaku dan beberapa kekuatanku. Apapun yang Kau mau, akan kurampungi. Tak sepantasnya Kau membela pria itu!" bentak Naram Sin.
"Huh, aku tidak mau membahas lebih lanjut. Mendengar kata dewa-dewi palsu saja sudah sangat aneh. Sebenarnya Kalian ini apa?" tanya [Y/n].
Naram Sin menghembuskan napas panjang. "Aku ... sebenarnya masih satu ras dengan Kronos. Umurku lebih tua dari Odin dan Hera. Pazuzu adalah tuhan kami. Para raksasa mendapat kekuatan darinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Tyrant of the Ocean [ Poseidon X Reader ] || Record of Ragnarok
Fanfiction[Poseidon x Reader] Seluruh lautan adalah kekuasaannya. Menjadi dewa terkuat adalah hasil dari garis hidupnya. Dan menjadi bagian "12 Olympian Gods" adalah bukti kekuatannya. Dia adalah dewa yang mendeklarasikan bahwa dewa adalah makhluk yang palin...