Pintu kayu berderit. Cahaya lampu bercampur candra, hampir seluruhnya masuk ke pintu nan menuju tangga menurun. Tangga itu terbuat dari batu. Teksturnya lembab, berlumut, dan tak memungkiri bila licin. Atap ruangan lembab itu, beberapa kali meneteskan air bening. Mungkin saja itu adalah air hasil merembas tanah. Wajar saja, atap ruangan itu tak berbeton ataupun memiliki penampilan yang layak. Suasananya juga mencekam, bak film-film horror bercampur fantasi.
"Anakku, oh, anakku. Apakah sudah cukup Kau mengurungku?" Mata melas menatap sosok yang baru saja tiba. Dia memiliki rambut penuh uban dan tubuh keriput. Kedua tangan dan kakinya terantai, membentang di udara. Tubuhnya tak bisa berhenti bergetar. Dan perut wanita itu tak bisa berhenti berdentang.
Rambut kusut tak terawatnya, sampai-sampai tak bisa ia urus sendiri. Dia hanya bisa melihat sang anak, di balik helai-helainya. Meski penglihatannya buram, ia tetap yakin itu adalah anaknya. Sebab, hanya anaknya lah yang tahu di mana ia berada.
"Ini semua salahmu yang tidak berhasil mengambil liontin ketiga." Alastor menatap dingin sang ibu. Ia menarik pedang rapier yang diciptakan [Y/n] dari sarungnya. Bagian ramping nan tajam pedang tersebut, hampir ia tempelkan pada leher sang ibu. Bergerak sedikit saja, nyawa taruhannya.
Alastor melotot, tatapannya begitu tajam. Bibirnya tak menunjukkan senyuman bak psikopat. Dia penuh amarah, rencananya melenceng. "Padahal dulu aku bilang untuk mencuri kalung-kalung itu. Namun, kenapa Kau malah memberi satu kalung itu untuk orang lain? Kenapa Kau merusak rencanaku? Kenapa [Y/n] masih berkeliaran sampai sekarang?"
Setiap pertanyaan, ia beri jeda. Dan setiap awal kata pertanyaannya, ia semakin mendekatkan diri pada sang ibu. Tatapannya tak mampu membuat siapa saja membuang wajah. Ucapannya membuat siapa yang ia tanya dan ia berikan pernyataan, berpikir dan mengulas kembali pikiran.
Itulah yang terjadi oleh wanita tua nahas tersebut. Ia hanya bisa terdiam, menangis, lalu meminta maaf. Berkali-kali ia lakukan, tetapi setiap kali bertemu Alastor, Alastor akan selalu membahasnya. Mental penghardik yang dahulu kokoh, hancur sudah oleh Alastor. Dia bahkan tak bisa kembali menampar ataupun mencibir sang anak. Nyawanya hanyalah mainan Alastor yang kapan saja bisa dijadikan sekarat, lalu ditinggalkan begitu saja.
"Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi." Alastor memajukan cepat pedangnya. Darah segar bersimbur, mengenai sebagian besar tubuh sang pembunuh yang menatap datar korbannya. Setelah itu, ia mengibas pedang. Memasukkan kembali pedangnya, meninggalkan ruangan lembab itu.
Dia, melangkah sambil menyeringai. "Ini semua karena keteledoranmu, Poseidon."
***
Kembali pada saat Poseidon ingin membeli makanan kesukaan Amfitrit. Dia menggenggam tangan Alantos, tak lupa, beberapa kali ia bertanya, apa yang anak itu inginkan. Dan memenuhi setiap keinginan sang anak.
Bisa dibilang, Alantos adalah anak yang paling beruntung. Lebih beruntung dari anak-anak kandung Poseidon bersama Amfitrit. Dia merasakan cinta kasih Dewa Laut, bahkan Poseidon rela meluangkan waktunya demi Alantos. Alantos selalu mengucap syukur, dia bisa memiliki papa seperti Poseidon. Itu membuat Poseidon salah tingkah, pria itu semakin memanjakan sang anak. Bahkan meskipun anak itu ingin pergi sendirian, dengan alibi, ingin belajar mandiri.
Alantos kecil, pergi bukan tanpa sebab. Dia menemui sang ibunda. Ia yang sudah besar dan seringkali latihan bela diri bersama Poseidon, sudah tak bisa diremehkan lagi. Bahkan, dia bisa saja membunuh ibu kandungnya.
"Aku mengampunimu." Alastor menatap dingin sang ibu. "Tapi Kau harus mencuri dua kalung yang dipegang penguasa Babilonia. Aku pernah baca, dua kalungnya memiliki kekuatan setara dewa. Aku akan kembali lagi entah kapan. Saat itu tiba, Kau harus memiliki perkembangan. Atau tidak, aku akan membunuhmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Tyrant of the Ocean [ Poseidon X Reader ] || Record of Ragnarok
Fiksi Penggemar[Poseidon x Reader] Seluruh lautan adalah kekuasaannya. Menjadi dewa terkuat adalah hasil dari garis hidupnya. Dan menjadi bagian "12 Olympian Gods" adalah bukti kekuatannya. Dia adalah dewa yang mendeklarasikan bahwa dewa adalah makhluk yang palin...