Poseidon tak mampu mengatup bibir. Harga dirinya yang tinggi serasa anjlok, tatkala pada bagian matanya menggambarkan [Y/n] yang menyambut keinginan Rhodes, secara senang hati. Tak hanya ia yang menggambarkan kesenangan, Rhodes pun sama seperti Sang Dewi Pencipta.
Tangan Rhodes yang mungil, melambai-lambai kepada sang ayah. Bagian bawah tubuhnya yang selalu berubah menjadi kaki manusia ketika sampai di permukaan daratan, menapak pasir pantai nan disinggahi beragam hewan dua alam dan manusia. Ia menarik tangan kekar dan besar sang ayah, membuat Poseidon yang memakai pakaian renang pria hitam bangkit dan melangkah, mengikuti laju sang buah hati.
(https://pin.it/5oi9zja)
Langkah mereka menuju pada Triton yang bergeming. Anak laki-laki cilik itu, menatap dua kelompok anak yang heboh melempar dan memukul bola. Satu gerombolan berisi enam orang, dan di antara gerombolan itu terdapat dua kayu sepanjang 2,5 meter dan seutas tali yang mengikat mereka selebar 9,5 meter.
"Itu permainan bola pantai?" tanya Rhodes, berlari dan berdiri di hadapan sang kakak. Ia membulatkan mata. "Kakak ingin bermain itu? Ayo, kita bersenang-senang hari ini!"
"Ibu Pinky ikut juga! Biarkan Benthesikime dijaga oleh Proteus!" lanjutnya, melambai pada [Y/n] yang sekarang menuntun Benthesikime bermain. Alis Dewi Pencipta terangkat, sementara Poseidon mendengkus lantas memanggil Proteus. Pria itu mengikuti apa yang Rhodes pinta. Lirikan tajam pria pemilik bau citrus bercampur laut yang khas, mengisyaratkan [Y/n] agar mendekatinya, Rhodes, dan Triton.
Setelah berkumpul, mereka mulai memberi kerangka awal permainan. Intensitas kemampuan pencipta [Y/n] adalah yang terpenting dalam permainan ini. Asal ia telah melihat barangnya, ia bisa menciptakan apapun yang ia inginkan. Maka, [Y/n] juga mampu membuat bola berbahan kulit sintetis sederhana. Di mana bola tersebut sangat mirip seperti bola yang dua kumpulan anak manusia mainkan. Hanya saja, buatan [Y/n] pastilah lebih enak digunakan.
Usai mendapat benda paling dasar dalam permainan, sekarang saatnya mereka menentukan peraturan. Peraturan ini dibuat agar ekuilibrium terjadi. Mereka sama sekali tak boleh mengeluarkan kekuatan apapun yang dimiliki seorang dewa. Meski hanya kemampuan berlari.
Keempatnya setuju, mereka mulai menuju tahap terakhir sebelum dimulainya bermain.
Keterbatasan anggota, membuat mereka hanya bisa membentuk dua tim yang diisi dua orang. Rhodes yang enggan membiarkan [Y/n] dan Poseidon satu tim pun mengusul agar pembentukan tim dilakukan dengan menggunakan metode suit. [Y/n] dengan Poseidon, dan Rhodes bersama Triton.
"Aku ingin merubah wujudku du--"
"Tidak boleh, Ayah! Kita, kan, sudah mau bermain!" cegah Rhodes, sukses membuat ayah biologisnya mendengkus.
"Gajah, semut, manusia!" Rhodes dan Triton berucap secara bersamaan. Dan melempar salah satu jari tangan kanan secara bersamaan. Hasil dari mengundi mereka, mendapat seruan kegembiraan dari Triton. Kakak yang hanya terpaut satu tahun dengan Rhodes, meloncat beberapa kali. Kebahagiaannya memancarkan senyuman kepada Sang Dewi Pencipta. Sesaat setelahnya, tatapan [Y/n] dan Poseidon pun bertemu. Mereka melakukan pengundian yang sama seperti Rhodes dan Triton.
Hasil telah ditentukan, ketika Poseidon menyeringai. Ekspresi Triton berubah muram. Sementara Rhodes yang bergembira, berputar-mutar. [Y/n] bergeming, ia bimbang ingin berbahagia atau tidak.
"Siapa yang melempar bola?" tanya Rhodes. "Bagaimana kalau Ayah dan Ibu Pinky melakukan suit lagi?"
***
Bola berkulit sintetis sederhana melambung, beberapa nol koma detik di udara ia mendapat sebuah tamparan keras nan berasal dari dewa berambut kuning. Bola tersebut menukik ke bawah, membentur pasir pantai. Pukulan yang terlalu kuat, membuat bola tertancap di antara kersik halus. Ekspresi terkejut juga terpancar pada wajah [Y/n] dan Rhodes. Orang-orang yang melihat pun, terbeliak dibuatnya.
"Woh! Satu poin untuk kami!" seru Triton, mendapat senyuman kecil dari sang ayah.
[Y/n] menoleh ke arah bola yang terbenam di belakangnya. Ia menggaruk pasir, mengambil bola tersebut, dan melemparnya ke arah Poseidon. Batara Laut menerima bola tanpa kesulitan. Rhodes dan [Y/n] kembali memasang posisi siap.
"Ayah kuat sekali," gerutu Rhodes.
"Maaf Rhodes, aku pasti bisa menerimanya." [Y/n] mengangguk, ia sangat tahu. Bahkan pukulan kedua dari Poseidon, rasanya begitu cepat dan menyeramkan. Dalam sepersekian detik, ia lagi-lagi berhasil membenamkan bola ke pasir pantai, melalui sisi kosong [Y/n].
Kekuatannya, sukses menarik perhatian para pengunjung pantai.
[Y/n] pirsa, itu memang kemampuan murni Poseidon. Bukan kekuatan sihir. Atau apapun yang dimiliki secara khusus oleh dewa-dewa. Jadi, inilah kekuatan fisik Dewa Laut jika tak dianugerahi titel dewa?
"Pria itu keren sekali! Sayang Dia sudah memiliki istri," bisik salah satu gadis berpakaian serba mini, yang menonton.
"Ya, tapi aku gak yakin Dia mencintai istrinya. Ia memukul terlalu kasar untuk seorang suami. Berarti kita masih ada kesempatan, 'kan?" gadis yang lain menyahut. Urat biru tercetak jelas pada pelipis Rhodes yang memiliki telinga tajam.
"Hanya Dia dan Mama Amfitrit yang cocok dengan ayahku, dasar jalang!" celoteh Rhodes.
[Y/n] yang mendengar ucapan Rhodes, semakin terkejut. Ia mengajak anak itu untuk tak terlalu memikirkan apa kata orang. Rhodes mengangguk, ia meminta maaf dan tersenyum seperti anak pada umumnya. Lantas melanjutkan permainan, berusaha mematikan momentum yang Poseidon dapatkan.
"Dasar pria pengecut. Dia hanya berani melawan wanita, apa yang para perempuan banggakan dari pria sepertinya?" Rhodes, Triton, dan Proteus sukses dibuat menoleh secara serempak, ke arah pria yang berceloteh.
Perkataannya, bagaikan pisau bermata dua. Sebab, Tiran Lautan pasti takkan melepasnya begitu saja. Kemurkaan pun terpampang jelas pada mata Sang Dewa Laut yang baru saja melakukan servis. Langkah kaki Poseidon, hendak menuju ke arah pelaku yang merundungnya.
"Gawat! Ayah akan bertengkar!" Rhodes jelas panik.
Suara benturan bola membuat heboh para pria yang juga menonton pertandingan keempat batara. Tatapan mereka tertuju pada bola yang melambung, nan berasal dari kedua tangan [Y/n] yang membentuk posisi passing bawah. Bola itu mendarat, hanya berjarak satu senti di depan wajah Poseidon. Jika saja Poseidon lebih cepat sedikit, mungkin saja dia akan menjadi korban passing [Y/n].
"Dia bertanding denganku bukan karena Dia pengecut," bela [Y/n], mengibas rambut. "Melainkan karena anak-anaknya yang ingin memainkan permainan ini. Dia melakukan sekuat tenaga untuk membuktikan kalau Dia merayakan ulang tahun anaknya dengan sangat semangat."
Mata Mereka Rhodes dan Triton berbinar. Tubuh mereka menghadap sang ayah, antusias. Rhodes yang berada di sisi [Y/n] juga berlari, menghampiri Poseidon.
"Benarkah?" pertanyaan polos yang dilontarkan secara serempak tersebut, menghadirkan peluh pada pelipis ayah mereka. Emosi negatif sang ayah melemah, kedua pipinya memerah, ia memalingkan pandangan. Nahasnya, pandangan tersebut malah bertemu dengan mata [Y/n].
Aku harus jawab apa? Batin Poseidon. [Y/n] mengangkat bahu.
-- bersambung --
Published : Wed, Jul 20, 2022
Jangan lupa vote dan komennya, makasiii
Lusa kita lihat sisi putihnya Poseidon lagi, ya. Kan , kasian kalian dinistakan teros sama si doi 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Tyrant of the Ocean [ Poseidon X Reader ] || Record of Ragnarok
Fiksi Penggemar[Poseidon x Reader] Seluruh lautan adalah kekuasaannya. Menjadi dewa terkuat adalah hasil dari garis hidupnya. Dan menjadi bagian "12 Olympian Gods" adalah bukti kekuatannya. Dia adalah dewa yang mendeklarasikan bahwa dewa adalah makhluk yang palin...