Otoritas khusus kepunyaan Poseidon, menjadi salah satu hal yang membuat ia dianggap sebagai dewa spesial. Bersama hippocampus, ia menyibak dataran Valhalla menggunakan kecepatan tinggi. Mulai dari pokok kayu hingga kersik halus, bergerak mengikuti udara yang dihasilkan kereta perang kesayangan Poseidon.
Maka sampailah mereka, bersama dewi yang akan menjadi bawahan Poseidon. Di bibir pantai, yang menghadirkan samudra tak terbatas. Hippocampus yang merupakan kuda putih kebiruan, ekornya mulai menjelma bak putri duyung. Setiap tungkai dan helai surainya juga menjadi sirip. Hewan spesial ini, menyerupai kuda seperdua ikan.
[Y/n] melirik Poseidon, menunggu perubahan dewa laut tersebut. Namun, ia dibuat kecewa karena Poseidon tak berubah. Ia juga bingung, mengapa dewa yang terkenal dengan nama Neptunus di Romawo Kuno tersebut, tak berubah bentuk.
Usai berubah, hippocampus melinyar sejauh dua puluh kilometer. Tatkala menemukan pusaran air begitu dahsyat, ia sengaja memasukkan diri ke sana. Merelakan gejolak air yang begitu dahsyat, menyerang tanpa ampun. Mungkin inilah yang menjadi alasan, mengapa Poseidon seringkali tak mengizinkan makhluk lain keluar-masuk di olakan air Laut Valhalla. Dan atas kuasanya, pusaran itu hanya bisa dilihat oleh Poseidon. Serta siapa saja, yang mendapat izinnya.
Kedua tangan [Y/n] berusaha menutupi bagian tubuh yang tak terbalut kain. Ah, gejolak yang tak masuk akal, membuat [Y/n] kehilangan beberapa bagian bahan yang membalut tubuh--walau hanya bagian luar pakaiannya saja. Selain itu, ia juga terkadang menggerutu dalam hati, akibat tubuhnya terasa seperti dicabik-cabik. Sejauh pengalamannya dalam mengembara, perjalanan inilah yang menurutnya, paling menyakitkan.
Meski mereka membutuhkan waktu yang lebih cepat. Daripada harus melalui gerbang bifrost untuk menuju Midgard. Akan tetapi tetap saja, ada rasa sakit yang harus mereka bayar.
Berbeda dengan [Y/n], Poseidon sangat terbiasa dengan dahsyatnya olakan. Ia tak tergores. Baju yang terbalut jaket kulit hitam yang memiliki panjang hingga mata kaki, masih utuh. Celana hitamnya, juga sama.
Kini, hippocampus meringkik. Memberitahu bahwa mereka telah berada di ujung pusaran. Dalam lima detik, kereta perang bersama isinya itu, menyembur. Memasuki lebih dalam lautan.
Dalam waktu yang hanya mencapai 0, 1 detik. [Y/n] hampir terjungkal akibat hippocampus yang berenang dengan kecepatan nan lebih lihai daripada ikan marlin. Untung saja ia bisa meraih jaket kulit Poseidon, walau harus mendapat lirikan sinis dari pria tersebut.
Hippocampus menyusuri lebih dalam lautan, ia mampu mencapai kedalaman yang lebih dari dalamnya palung mariana. Dan di sana, mereka disambut oleh jutaan ikan yang seharusnya tak dapat hidup di bagian laut yang sedalam itu. Bahkan, air laut yang tanpa cahaya, kini mulai terang seperti warna laut pada permukaan.
Serta tak jauh dari jutaan ikan itu, terdapat sebuah lubang hitam yang memiliki banyak rumput sepanjang dua meter, meliak-liuk. Mereka melalui lubang tersebut, menuju dasar laut sebenarnya. Melampaui, kelamnya lautan.
Mata [Y/n] berbinar, ketika melihat seluruh bangunan terpampang nyata di sana. Baginya, bangunan tersebut tampak mustahil. Bagaimana bisa bangunan dibuat di dasar laut?
Hippocampus memasuki area bangunan. Mereka disambut oleh para warga yang sangat mirip dengan manusia. Dari pinggang hingga kaki mereka, berbentuk badan ikan. Bagai putri duyung, yang sering dibicarakan orang-orang.
Terlepas dari keheranan sang dewi, hippocampus berhenti di halaman kastel yang diimpikan oleh banyak insan. Di mana kastel tersebut ada di tengah pemukiman, dengan bangunan yang memiliki tinggi lima kali lipat, dibanding bangunan yang berada di daerahnya.
Berhentinya hippocampus, disambut oleh dua penjaga istana Poseidon. Namun sayang, alih-alih menanggapi segala tawaran. Poseidon malah melengos, berjalan memasuki istana yang menjadi tempat persinggahannya.
"Ini di mana?" Keheningan yang begitu lama, akhirnya dipecahkan oleh [Y/n]. Ia membiarkan dewa laut meninggalkannya. Dan memilih bertanya pada penjaga istana, yang pasti lebih ramah daripada pemimpin mereka.
Kedua penjaga itu membulatkan mata, mereka saling bertatapan. Mata mereka tertuju pada telinga [Y/n] dan kaki. [Y/n] bergegas menutup lebih rapat bagian tubuh yang tak tertutup kain.
"Apa yang Kalian lihat?" [Y/n] menatap tajam.
Kedua penjaga langsung mengalihkan pandangan. "Ti--tidak, rasanya aneh ketika Anda berkata seperti itu, Nona. Maka dari itu, kami melihat Anda dari atas sampai bawah untuk mememastikan apakah Anda bagian dari warga sini atau bu--bukan."
Salah satu dari mereka, kemudian berdehem. "Sekarang Nona berada di Laut Aigeia, yang merupakan salah satu dari bagian Laut Mediterania. Dan kediaman ini bernama ... Atlantis."
[Y/n] terperanjat. Pipinya memerah, jantungnya bertempo cepat. "Jadi ini, yang dibicarakan Alastor dulu."
"Nona [Y/n], Anda sedang apa? Tuan Poseidon menyuruh Anda masuk!" seru Proteus, [Y/n] menoleh dan manggut.
Ia berlari memasuki istana. Membiarkan dirinya, disambut oleh ornamen mewah, yang cukup mirip dengan Istana Olimpus. Ia menatap Poseidon yang telah duduk di singgasana, sembari menopang dagu.
Tatapannya yang sempat tertuju pada Poseidon, membuat Proteus kembali memanggil. Ia meminta [Y/n] untuk mengikutinya, dan melalui Poseidon dengan penuh hormat. Langkah pelayan Poseidon itu, tertuju pada sebuah ruang ganti baju.
"Proteus, bagaimana bisa Kau sampai di sini? Bukannya tadi Kamu enggak ikut?"
"Saya tak perlu ikut kemanapun Tuan Poseidon berada. Jika Tuan memanggil saya, otomatis jiwa raga saya terkirim padanya." [Y/n] manggut-manggut. Ia menutup ruang ganti dengan keras.
[Y/n] memperluas pandangan, lantas mendengkus.
"Kenapa baju-bajunya gede dan seksi bangettt?" pekiknya. Sukses menggetarkan kastel.
Pintu ganti baju terbuka sedikit, kepala Proteus menyembul dari sana. "Tuan Poseidon tadi bilang, kalau [Y/n] gak suka bajunya ... suruh dia ciptakan baju sendiri."
***
Di sebuah kamar bernuansa serba ungu. Jam dinding, yang menjadi satu dari dua benda putih nan berada di atas jendela, menunjukkan pukul lima sore. Saat jam menunjukkan pukul setengah enam, [Y/n] meringkuk. Mencengkeram pelipis.
Sensasi aneh dan tak kuasa menyakitkan, menjalar ke setiap inchi tubuh. Gigi-gigi bergeretak, mata melotot, batin terus berdengking. Ia ingin cepat-cepat keluar dari situasi tak menguntungkan ini.
Bunyi pintu yang terbuka, menghadirkan Proteus. Ia melirik ke samping, menatap [Y/n] yang dilanda kesakitan. Saat ia memejamkan mata sejenak, dan membukanya kembali. Pria setengah ikan itu terbeliak, tak mendapati [Y/n].
Gaun biru yang sedari tadi dipakai oleh [Y/n], berangsur-angsur meringsing.
"Nona [Y/n]!" Proteus panik, seruannya menjalar hingga ke setiap sudut lorong. Ia menyibak pakaian milik [Y/n], menatap seekor hewan yang amat lucu. Di mana hewan itu memiliki panjang 85 sentimeter.
Proteus menangkap makhluk air mamalia itu. Lantas membawa makhluk berkulit merah muda tersebut, ke hadapan Poseidon. Usai sampai kepada sang dewa laut, ia memperlihatkan dengan jelas dewi yang baru saja berubah menjadi rakyatnya.
"Lepaskan aku!" [Y/n] berusaha memberontak dari pelukan Proteus. Ia menatap Poseidon yang melengos. "Mengapa aku malah menjadi lumba-lumba? Padahal lebih baik jadi putri duyung!"
-- bersambung --
First Published : Thu, Jun 30, 2022
Jangan lupa vote dan komen yaaaa, makasiiiSelamat menempuh hidup baru menjadi lumba-lumba, Yeen 🤣
Hmm kayaknya aku bakal rombak prolognya, agak kurang puas:")

KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Tyrant of the Ocean [ Poseidon X Reader ] || Record of Ragnarok
Fanfic[Poseidon x Reader] Seluruh lautan adalah kekuasaannya. Menjadi dewa terkuat adalah hasil dari garis hidupnya. Dan menjadi bagian "12 Olympian Gods" adalah bukti kekuatannya. Dia adalah dewa yang mendeklarasikan bahwa dewa adalah makhluk yang palin...