50. Epilog

612 46 9
                                    

Beelzebub yang memakai jas putih panjang, dengan dalaman biru muda dan celana hitam, menatap [Y/n]. Tangannya mendorong sedikit amplop gading, agar lebih mendekat dengan kedua tangan Sang Dewi yang melipat di meja. "Poseidon tidak ikut?"

"Dia sibuk," jawab [Y/n], membuka perekat amplop. Ia membentangkan isi amplop, membaca dalam hati, secara mandiri. Wanita itu tersenyum simpul. "Aku akan mampir ke istana Olimpus, apakah boleh?"

Beelzebub mengangguk. "Namun Kau harus berhati-hati. Butuh belasan tahun untuk mendapat hasil itu, 'kan?"

"Ya," jawab [Y/n], memasukkan kembali surat keterangan ke asalnya. "Terima kasih."

[Y/n] sedikit menunduk, ia meninggalkan ruang kerja Beelzebub. Lorong rumah sakit para dewa yang sangat panjang dan sunyi, ia lalui. Hampir tak ada pengunjung ataupun pasien di sana, kalaupun ada yang datang, biasanya mereka hanya curhat masalah hidup. Ya, memang rumah sakit di Valhalla bisa dikatakan tidak terlalu berguna. Oleh sebab itu,
salah satu dokter di sana--Beelzebub, tampak seperti pengangguran.

***

Poseidon menatap sendu wanitanya. Tangan kanannya memegang semangkuk bubur yang dingin, nan utuh. Sementara tangan kirinya, memegang dengkul [Y/n] dan sesekali menggoyangnya pelan.

"Sayang, makan yuk," rayu Poseidon. [Y/n] menggeleng, ia masih membenamkan wajah pada kedua tangannya yang dilipat di atas kedua dengkul. "Apa aku pernah mempermasalahkanmu yang belum hamil juga? Tidak, 'kan? Aku tidak masalah dengan itu. Kau tetap menjadi [Y/n] yang kusayang."

Poseidon menghembuskan napas panjang. "Dewa punya umur yang panjang. Tenang saja."

Ketukan pintu berbunyi, Proteus memanggil ratunya. "Yang Mulia Ratu, Nyonya Hera dan Tuan Zeus ingin menemui Anda."

[Y/n] menjauhkan wajah dari kedua tangan, matanya membulat. Ia tersenyum lebar. Kali ini, dialah yang paling semangat dan menuju ruang ganti nan berada di pojok kamar. Dalam sepuluh menit, ia kembali di hadapan Poseidon dengan pakaian ala wanita Yunani. Poseidon tak habis pikir dan tak diberi waktu untuk berpikir. Ia yang masih memakai pakaian tidur berupa kaus biru dan celana pendek hitam, ditarik tangannya menuju tempat Hera dan Zeus berada.

Baru sampai di ruang keluarga, Hera sudah menyambut [Y/n] dengan pelukan. Cium pipi kanan, lalu kiri. Entah sejak kapan mereka seakrab itu. Zeus hanya terkekeh, canggung.

"Hermes dan yang lain sebentar lagi datang," ujar Zeus. [Y/n] merogoh sebentar saku gaunnya, lalu menautkan kedua tangan. "Apa hadiah yang akan Kalian berikan kepadaku?"

"Spesial," jawab Hera, tersenyum ramah. "Oh, iya. Athena dan Artemis bersaudara tidak bisa datang. Mereka menitipkan kado mereka pada Hermes. "

"Oh. " Poseidon acuh tak acuh. Ia menatap istrinya, penuh selidik. "Ngomong-ngomong, hadiah apa yang Kau inginkan? Memang hari ini Kau ulang tahun? Jangan bilang Kau mengerjai keluargaku."

"Ah!" Zeus tak mau menahan senyuman, ia menatap Poseidon sambil memainkan jenggot.

"Wah, lihat! Aku baru pertama kali lihat kue seperti ini!" seru Benthesikime, yang sudah remaja. Ia memegang kue, memasuki ruangan. Di belakangnya terdapat Hermes yang membawa belasan bingkisan dan Ares yang membawa satu kotak cukup besar.

"Potong kuenya, Ayah!" suruh Benthesikime, ia langsung mendapat cegahan dari Hera. Remaja itu disuruh menyanyikan lagu buatannya terlebih dahulu. Yang terdengar hancur, tidak jelas, tetapi menggemaskan.

"Ada apa ini?" Poseidon menatap yang lain, bingung.

"Udah, potong aja kuenya. Dasar adik banyak tanya!" ujar Hera, jutek. "Kami merayakan ini karena istrimu berhasil memecahkan rekor dewi terlama."

"Dewi terlama?" Poseidon semakin tak mengerti. Ia memegang pisau kue yang berada di sisi kue. Memotong tanpa perhitungan, sungguh merusak estetik. "Huh, keras."

Poseidon memaksa pisau, agar bisa memotong seluruh bagian kue.

"Ah, dasar psikopat!" [Y/n] frustrasi. Ia mendekati Poseidon, memegang tangan sang suami yang memegang pisau. Lantas menuntunnya, agar potongan kuenya lebih rapi. Setiap kali Poseidon bilang ada benda keras yang mereka hadapi, saat itu juga [Y/n] berhenti memotong lebih jauh kue. Hingga saat kue tersisa seperempat dan keluarga Olimpus yang hadir dapat bagian, Poseidon akhirnya bisa melihat benda keras apa yang sedari tadi ia rasakan. "Apa ini?"

Poseidon menatap [Y/n], meminta persetujuan. Ia membuka kotak yang hampir saja ia potong, ragu. Lalu menatap amplop gading, nan semakin membuat ia mengernyit. Poseidon membuka tutup amplop, ia membaca surat keterangan yang menjadi alasan kenapa [Y/n] kemarin pergi.

Dewa Laut itu menyibak poni ke belakang, ia mendengkus, bibirnya berkedut. Beberapa detik kemudian ia menggeleng, tersenyum lebar. Matanya tertuju pada perut [Y/n], tangan kanannya mengelus perut itu, ragu. Jelas sudah, Poseidon memasang ekspresi tak percaya.

"Bagaimana? Apa Kau senang?" tanya [Y/n], terkekeh.

Poseidon dan [Y/n], saling tatap. Mereka prangas-pringis, masih merasakan atmosfer ketidakpercayaan Poseidon. Hingga beberapa saat kemudian, Kedua tangan Dewa Laut meraih punggung [Y/n]. Memeluk erat istrinya. Tak lupa, ia mengecup sekilas dahi sang [Y/n].

Poseidon mengangguk, berkali-kali. "Tentu saja sangat senang. Selamat, telah menjadi dewi terlama yang mendapat momongan."

"Kau selalu saja meledekku."

-- Tamat --

Published : Thu, Oct 13, 2022
Jangan lupa vote dan komen, makasiii

Akhirnya semua sekuel tamatttttt.
Next chapter cuman ekstra chapter, mau dibaca boleh, mau engga juga gpp. Ga wajib ygy. Cerita ini cukup sampai di sini aja, kalo mau tau keadaan [Y/n] selanjutnya harus siap mental (canda wkwkwk) . Fungsi ekstra chapter di sini cuman buat meminimalisir plothole aja 😂

✔ Tyrant of the Ocean [ Poseidon X Reader ] || Record of RagnarokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang